[27] Kidung Kasmaran

16.9K 1.4K 97
                                    

"Sebab, mencintaimu adalah perjalanan abadi."

🌷🌷🌷

HAIDAR dan Sabiya sepakat jika apapun tema yang mereka usung untuk pernikahan mereka, yang terpenting adalah sesuai kaidah syariat yang diperintahkan oleh Allah.

Maka sejak awal konsep yang mereka minta adalah tamu laki-laki dan perempuan harus dipisah saat resepsi. Meskipun tidak seluruh rangkaian acaranya harus dipisah. Ada beberapa yang memang terpaksa harus dicampur. Bagi Haidar yang terpenting jangan sampai ridha dan keberkahan dari pernikahannya menjauh hanya gara-gara hal yang remeh. Sabiya setuju saja. Sejak awal ia tidak masalah dengan konsep itu. Ia malah bahagia. Pernikahan impiannya lebih hebat dari yang dia pikirkan sebelumnya.

Haidar suka warna hijau, sementara Sabiya menggemari warna biru. Untuk itu mereka sepakat akan membagi konsep warna ini dengan seadil mungkin. Haidar menyepakati untuk konsep tentang dekorasi dan kostum biar Sabiya saja yang memilih. Sementara dia hanya meminta satu hal, kalau bisa konsep resepsi di ruangan terbuka. Agar lebih enak dipandang. Dan kesepakatan mereka jatuh pada dekorasi serba putih dan kostum serba tosca untuk acara ijab qobul. Perpaduan yang cukup adil menurut Sabiya.

Hari ini semua seolah sibuk dengan jobdesk nya masing-masing. Suara-suara mereka seperti dengungan lebah. Tidak jelas. Tapi mereka sigap dengan tugasnya. Seperti karyawan toko roti yang mendapat orderan ribuan dalam satu hari, mereka begitu antusias mengemban tugas.

Sabiya di depan cermin. Merasakan perasaannya campur aduk. Sejak semalaman mendadak perutnya jadi sakit. Ia cemas, bingung, dan dominasi perasaan yang entah membuat jantungnya berdetak tak karuan. Ia grogi setengah mati. Dan hal itu ditangkap baik oleh ibunya. Ia tersenyum menatap putri satu-satunya itu begitu anggun dengan gaun pengantin berwarna toska. Dengan riasan yang dibuat senatural mungkin, Sabiya tampak bercahaya di antara yang lain.

"Tenang, Bi." Ibu meremas pundak Sabiya dengan lembut. Mbak Rima--penata rias Sabiya menyingkir begitu ibu mendekat.

Sabiya berusaha tersenyum. Menenangkan debaran jantungnya yang berlarian.

"Kamu kan tinggal duduk manis. Mengangkat tangan saat kata SAH selesai dilantunkan. Kok malah kamu yang kelihatannya gugup setengah mati." Ibu merasa lucu. Seperti melihat dirinya berpuluh tahun lalu.

"Memangnya dulu ibu nggak gugup?" tanya Sabiya melihat ibunya pada pantulan cermin di depannya. Ibu terlihat begitu tenang, seperti biasa. Padahal hatinya juga gugup luar biasa. Hari ini adalah hari di mana ia harus melepaskan putri semata wayangnya.

"Gugup. Tapi, pura-pura nggak gugup. Biar bisa memberi senyum pada semua orang. Biar ketika difoto, jadi nggak jelek." Ibu tertawa. Membuat Sabiya lebih baik perasaannya.

"Dzikir, berdoa agar semua dilancarkan."

"Amiiin," ucap Sabiya mengusap kedua telapak tangan berhenanya ke wajah.

Lalu, ibu menyuruh Sabiya segera keluar. Karena rombongan Haidar dan keluarga sudah datang. Membawa berbagai macam seserahan khas pengantin.

Sabiya seperti bermimpi, sebab satu hari ini, statusnya akan berubah. Dan untuk kali pertama dalam hidup, ia merasa tidak perlu menyesal telah mengambil keputusan ini untuk masa depannya.

🌷🌷🌷

Teman ke SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang