[41] Fraksi Kebenaran

11.7K 1K 39
                                    

"Dalam dekapan ukhuwah, kita menyelesaikan masalah bersama-sama. Sebab lukamu adalah lukaku, bebanmu adalah juga bebanku. Jangan sedih, karena dalam dekapan ukhuwah, harusnya kita berbagi segalanya."

🌷🌷🌷





HAMPIR semua lini hukum bersiap di tempatnya masing-masing. Pengacara, hakim, jaksa, advokat serta para saksi. Pak Hermawan--Papanya Bima, selaku orang yang dijatuhkan dakwaan kejahatan pun hadir. Meski statusnya saat ini masih sebagai saksi.

Beberapa wartawan sudah sibuk mempersiapkan perlengkapan liputan mereka. Kali ini, sidang terbuka akan segera dimulai 20 menit lagi. Haidar yang kali ini mewakili Gio telah bersiap di tempat. Juga beberapa teman-teman santri Ustman bin Affan. Nyaris seluruhnya berada di ruangan pengadilan untuk menyaksikan secara langsung proses persidangan kali ini.

Sejak nama Pak Hermawan terseret dalam kasus ini, banyak media yang memberitakan. Apalagi, tahun 2019 nanti, Pak Hermawan katanya akan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Kasus ini sedikit banyak membuat nama baiknya tercoreng. Ditambah desas-desus kasus penggelapan dana politik untuk kampanye yang dilakukan olehnya dan istri. Bertambah santer lah media massa ramai-ramai membicarakan keluarga Pak Hermawan.

Haidar duduk berdampingan dengan Pak Bramantyo--selaku pengacara keluarga Sarah. Di belakangnya tepat, ada Ammar, Bang Rois, Ustadz Nurrokhman, Rahman, Haikal dan juga Mas Yusuf. Semua sepakat untuk mendukung dan mendoakan Haidar agar bisa memenangkan sidang kali ini.

Sayangnya, di antara doa-doa yang dilangitkan, seorang yang sedang diperjuangkan haknya justru tidak ada. Pak Haryo, Gio, bahkan Sarah. Tidak ada yang datang di pengadilan. Pun bu Minnah, perempuan paruh baya itu memang sengaja diminta Haidar untuk menjaga Sarah sepenuhnya. Takut kalau-kalau Sarah melakukan hal-hal membahayakan seperti dua hari terakhir ini.

Lisa ada di barisan kedua. Menemani Sabiya yang sejak satu jam lalu tampak gelisah dan tidak mau mengatakan apa-apa kecuali wajahnya yang tegang dan kedua tangannya yang bergerak-gerak meremas kerudung panjangnya.

Ia tahu bagaimana perasaan Sabiya kali ini. Nyatanya, ia juga tak bisa membantu banyak kecuali sama-sama menyumbang doa dan mengatakan hal-hal yang bisa melegakan Sabiya.

Namun tetap saja, Sabiya tidak terlihat seperti biasanya. Lisa tahu, ada banyak hal yang dipikirkan perempuan itu. Termasuk tentang kondisi Sarah yang memburuk sejak mengetahui bahwa Gio tidak bisa diselamatkan lagi. Operasi yang berlangsung beberapa jam tiga hari lalu tidak berhasil menyelamatkan nyawanya. Struktur organ dalam kepala Gio sudah terlanjur rusak oleh peluru. Hal itu tentu menjadi pukulan berat bagi keluarga Gio dan juga Sarah. Kali ini, lagi-lagi Sarah harus menelan kenyataan pahit tentang kehilangan.

Setelah mengetahui bahwa Gio tidak bisa diselamatkan, Sarah memang melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri lagi. Dua kali dengan benda-benda tajam dan satu kali dengan mencoba menelan semua obat yang diberikan dokter secara bersamaan. Namun semua percobaan itu gagal--untungnya.

Kini, Sarah dalam pengawasan ketat. Tidak hanya pihak rumah sakit yang mewanti-wanti untuk melakukan penjagaan dan juga sebisa mungkin membersihkan benda-benda yang bisa digunakan Sarah untuk melukai dirinya sendiri. Bu Minnah dan juga keluarganya turut serta mengawasi Sarah 24 jam.

Dua hari ini Sarah memang tampak tenang--bahkan terlalu tenang. Ia diam, menatap kosong satu titik sembarangan. Wajahnya pucat, tidak selera makan atau minum obat, bahkan tak mau bicara sepatah kata pun. Ini lebih parah daripada ketika Sarah kehilangan ayahnya.

🌷🌷🌷

Sidang akan segera dimulai. Lisa menyapu pandangannya ke seluruh ruangan persidangan mencari seseorang.

Teman ke SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang