Sweet -Part 1-

2.3K 291 10
                                    

"The hell Jimin!" Teriak Seokjin saat membuka pintu dan melihat Jimin, yang lebih parah Jimin juga membawa tiga orang lain.

Jimin 4x lipat, membayangkannya saja Seokjin tak sanggup.

"Sonsaengnim~" Jimin tersenyum manis ke arah Seokjin.

Jungkook tahu orang di depan dia adalah Kim Seokjin, guru Fisika dia. Jungkook tak menyangka Jimin berani membawa mereka dengan keadaan seperti ini kepada guru.

"Kenapa Seokjin?" Tanya Namjoon dari dalam apartment. Seokjin memang sudah biasa meneriaki Jimin sebelum akhirnya menyuruh dia masuk. Tapi teriakan ini lebih terdengar parah daripada yang biasanya.

"Kemari lah Namjoon, dua murid dari kelasmu juga ada disini." Ucap Seokjin sambil memijat pelipis dia.

"Suruh saja mereka masuk." Seokjin benar-benar tak mengerti kenapa Namjoon bisa selalu setenang ini. Tak heran jika Jimin tak jera meminta bantuan mereka.

Seokjin menuruti ucapan Namjoon dan menyuruh mereka masuk. Saat Hoseok dan Jungkook membuka jaket mereka, Seokjin tambah kaget melihat seberapa berantakannya baju mereka, dan melihat pelipis Hoseok yang juga terluka.

Ini hari Sabtu, harusnya Jimin ikut libur untuk merepotkannya.

"Seokjin sonsaengnim, boleh aku meminta sesuatu yang hangat?" Tanya Jimin yang sudah memasuki ruang tengah. Dia berkata dengan nada ceria seolah kembali menjadi anak kecil berusia 5 tahun.

"Buatlah sendiri, jangan bertingkah seperti kau tak pernah melakukan itu sebelumnya." Bukannya merasa malu, Jimin malah tersenyum semakin lebar menunjukkan sisi cute-nya. Melihat itu Jungkook memasang wajah 'WTF' dia berbisik pada Hoseok dan Taehyung,

"Apa tadi di jalan kita meninggalkan Jimin dan tak sengaja mengikuti orang yang kebetulan mirip dia?" Jungkook benar-benar heran dengan sosok Jimin saat ini.

"Jimin dari kelas 1 pun sering meminta bantuan dari Seokjin, Jimin juga sering kemari karena itu dia seperti ini." Jawab Hoseok. Seokjin menyuruh Hoseok untuk duduk di sofa sementara Seokjin membawa kotak P3K.

"Aku sudah tahu tentang kelakuan Hoseok. Tapi Jeon Jungkook..." Ucap Namjoon sambil menepuk pudak Hoseok dan menatap ke arah Jungkook. Jungkook khawatir Namjoon akan melapor pada orang tuanya dan dia akan pindah lagi dan semua tambah berantakan dan semua ini karena Park Jimin itu.

"Selamat datang disini, ini pertama kalinya kau kemari kan." Lanjut Namjoon dengan senyuman. Jungkook tersenyum awkward pada Namjoon. Ternyata dia salah. Jungkook tak menyangka akan ada guru yang menyambut dia dengan keadaan begini.

Jungkook duduk di salah satu kursi di meja makan, sementara Seokjin sedang mengobati Hoseok di atas sofa di ruang tengah, Namjoon dan Taehyung juga disana. Tak ada tembok pembatas antara ruang makan yang sekaligus dapur ini dengan ruang tengah, karena itu Jungkook bisa melihat mereka.

Gelas berisi susu cokelat hangat Jimin letakkan di atas meja di depan Jungkook.

"Minumlah." Ucap Jimin dengan nada datar.

"Kau melakukan ini karena merasa bersalah? atau berusaha mendapatkan perhatianku karena aku anggota klub dance?" Tanya Jungkook sambil menatap Jimin di sampingnya. Jimin menatap dia heran.

"Apapun itu alasannya kau tak akan berhasil, Jimin." Jungkook menggeser kesamping gelas di hadapannya. Dan Jimin mendesah melihatnya.

"Aku membuatkan untuk yang lain juga," Jimin menunjuk ke arah salah satu counter disana, yang memang ada 3 gelas lainnya.

"Jika aku melakukan semua ini untuk mendapatkan perhatianmu, maka aku akan menggendongmu untuk datang kemari, aku tahu kakimu terluka. Aku juga tidak hanya akan memberikanmu jaketku tapi aku juga akan memberimu bajuku dan berjalan kemari telanjang dada. Tapi aku tak melakukan semua itu bukan?" Kali ini Jungkook yang terdiam.

"Hentikan sikapmu itu, tak semua orang beesikap baik hanya pura-pura baik, Jungkook." Setelah mengucapkan kalimat itu, Jimin membawa tiga gelas lainnya dan memberikannya pada Namjoon, Taehyung juga Hoseok. Seokjin protes karena tidak mendapatkan apapun dan Jimin memberi alasan kalau buatan Seokjin selalu jauh lebih enak jadi lebih baik Seokjin membuat itu sendiri, Seokjin tak tahu dia harus tersanjung karena pujian itu atau tetap memarahinya.

Jungkook menatap gelas yang tadi ia geser dan mengangkatnya, perlahan dia membawa gelas itu pada bibirnya dan meminum susu itu.

"Terlalu manis..." Jungkook menutup kedua matanya rapat karena rasa manis yang tiba-tiba memenuhinya. Jungkook tak menyukai rasa manis tapi ada sebuah kebahagiaan kecil yang membuat dia tak bisa menahan senyumnya, ini sudah begitu lama sejak seseorang membuatkan dia sesuatu.

Jungkook mungkin tak memperhatikannya tapi Jimin tersenyum ketika melihat tingkah Jungkook.

-

Seokjin menawari mereka untuk makan karena mungkin saja mereka kelaparan, tadinya mereka menolak kecuali Jimin, tapi karena Seokjin memaksa akhirnya mereka mengiyakan.

Berhubung kursi di meja makan hanya ada empat, Namjoon mengeluarkan meja kecil/kotatsu agar mereka bisa makan di atas lantai, sekarang juga sedang sangat dingin. Mereka tak tahu apa Seokjin merencanakan ini atau tidak, tapi begitu banyak makanan yang Seokjin keluarkan, dan Jungkook mungkin menjadi satu-satunya yang sangat kelaparan saat ini.

"Selamat makan." Jungkook bersumpah, dia bisa menangis hanya karena memakan nasinya saja. Jungkook sudah tak ingat kapan dia makan nasi yang tidak datang dari bungkusan plastik.

"Jimin, kau biasanya menolak untuk makan malam disini, kenapa hari ini kau menerimanya?" Tanya Namjoon sambil menyalakan tv di hadapan dia.

"Ayahku sedang pergi, sebelum dia berangkat aku pergi ke tempat kalian." Jimin menunjuk ke arah Hoseok di depannya.

"Minggu depan ujian pertengahan semester, kalian tidak lupa kan? Dan kalian malah main-main sampai seperti ini." Ucap Seokjin. Seokjin benar-benar cocok jadi peran ibu, lihat saja cara dia mengomeli mereka.

Setelah itu Seokjin berceramah sangat panjang, Hoseok dan Taehyung coba mendengarkan dengan seksama karena ini pertama kalinya bagi mereka, sementara Jimin sudah terbiasa dan tak mendengarkan sama sekali, dan Jungkook dia terlalu focus pada makanan.

"Taehyung, kau harus mendapat nilai baik di ujian ini, nilaimu berantakan sekali." Taehyung tersenyum dan kembali menyantap makanannya.

"Tenang sonsaengnim, aku akan mengajari dia agar dia bisa mendapat nilai bagus." Hoseok mengusap kepala Taehyung di sampingnya dan tersenyum padanya.

"Mengajari bagaimana, nilaimu juga berantakan Hoseok." Ucap Seokjin yang membuat Hoseok tertawa paksa untuk menghilangkan rasa malunya. Bagaimanapun juga yang mengatakannya guru pelajaran tersebut, memalukan.

"Aku yang akan mengajarkan mereka berdua." Kali ini Jimin yang berucap.

"Kau juga Jim-"

"Sonsaengnim, masakan ini enak sekali." Jungkook memotong ucapan Seokjin dan berhasil mengakhiri ceramah Seokjin. Karena setelahnya Seokjin menjelaskan bagaimana dia membuat semua masakan ini. Hoseok, Taehyung dan Jimin berterima kasih dalam hati.

Selama makan malam mereka banyak tertawa juga dimarahi oleh Seokjin. Namjoon sangat lah calm dan tak banyak memarahi mereka, tapi Namjoon juga sering memberi kata-kata bijak yang beberapa bagai dongeng sebelum tidur bagi mereka.

Jungkook menahan tangis selama makan malam, bukan karena masakan Seokjin terlalu enak, tapi dia berpikir beginilah harusnya keluarga saat makan malam. Menceritakan bagaimana hari yang mereka lalui, dipenuhi tawa juga omelan. Jungkook tak pernah merasakan ini dan ini membuat dada dia sesak, dia ingin disini selamanya.

*
*
*
Hi ^^

Thanks for reading ><

So yeah, Jikook Time!!!

Support dan bintang kalian berarti banyak buatku ><

C u next time (^^)/

The Way Into The Spring || JiKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang