Mereka sampai di apartment Jimin.
Jungkook berada di belakang Jimin dengan lengan baju yang ditarik Jimin.
Tas Jungkook juga masih berada di tangan Jimin, dan ini sudah pukul 7 malam.Ketika Jimin membuka pintu, Ayah Jimin menyambut mereka. Ayah Jimin terhenyak karena melihat Ibu Jimin.
Jungkook merasakan awkward lagi.
"Appa, Eomma kemari untuk merayakan ulang tahunku. Dan ini temanku, Jeon Jungkook." Jungkook membungkuk sambil tersenyum.
Jimin menarik Jungkook juga Ibunya untuk masuk. Ayah Jimin ternyata memang sudah menyiapkan banyak makanan untuk menyambut Jimin.
Jungkook berpikir, Jimin sangat beruntung, sungguh. Jungkook bahkan tak ingat kapan dia diperlakukan seperti Jimin oleh kerluarganya.
Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan menyalakan lilin diatas kue.
Jimin tersenyum dan mengucapkan permohonan dia dalam hati sebelum akhirnya meniup lilin itu.
Jungkook melihat Jimin begitu bahagia, sangat bahagia. Kebahagiaan dia terlihat begitu tulus sampai Jungkook sendiri bisa merasakannya, mungkin ini lah Jimin yang sebenarnya.
Mereka terus berbincang tentang Jimin dan masa lalunya, menghiraukan terkadang Ibu dan Ayah Jimin terlihat ragu. Mengingat mereka berpisah tak secara baik.
Jungkook juga ingin menceritakan masa lalunya, tapi tak ada kenangan yang cukup baik untuk dibicarakan.
Jungkook begitu iri melihat Jimin, dipenuhi oleh kasih sayang, dan diberi orang tua yang sangat sempurna.
Jungkook sangat diterima disana, Ayah dan Ibu Jimin sesekali mengelus rambut dia dengan sayang dan menatap dia dengan hangat. Jungkook menyukai semua ini.
"Jimin, bernyanyilah." Ucap Ibu Jimin, saat makanan di hadapan mereka sudah hampir habis. Jungkook memperhatikan Jimin disampingnya.
"Tidak, Jungkook dulu, baru aku akan bernyanyi." Jimin menatap Jungkook, memberi dia tantangan, lagi.
Jungkook tak pernah bernyanyi di depan umum, dia gugup. But damn ini tantangan.
Jungkook coba memikirkan lagu yang menggambarkan perasaan dia saat ini agar dia bisa menghayatinya.
Jungkook menarik napas dalam dan mulai bernyanyi,
눈꽃이 떨어져요
또 조금씩 멀어져요
보고 싶다 보고 싶다얼마나 기다려야
또 몇 밤을 더 새워야
널 보게 될까 널 보게 될까
만나게 될까 만나게 될까추운 겨울 끝을 지나...
Dan Jungkook tak bisa melanjutkannya. Air mata begitu sqja jatuh dari matanya, dia menangis.
Jungkook merasa malu menangis di hadapan orang yang baru ia temui, dan menangis lagi di depan Jimin.
Mereka terhanyut oleh suara Jungkook, dan saat suara itu tergantikan dengan tangisan mereka kaget.
Ibu Jimin menghampiri Jungkook dan memeluknya, tak tahu harus melakukan apa.
Kenapa musim dingin ini tak pernah berlalu di kehidupanku.
Jungkook membalas pelukan Ibu Jimin, dia merindukan pelukan seseorang. Jungkook benci mengakui dia butuh seseorang.
Berusaha menghangatkan suasana, Jimin mulai bernyanyi,
괜찮아 자 하나 둘 셋 하면 잊어
슬픈 기억 모두 지워 내 손을 잡고 웃어괜찮아 자 하나 둘 셋 하면 잊어
슬픈 기억 모두 지워 서로 손을 잡고 웃어Ibu dan Ayah Jimin ikut bernyanyi setelahnya,
그래도 좋은 날이 앞으로 많기를
내 말을 믿는다면 한 둘 셋 믿는다면 한 둘 셋-
Jungkook berada di kamar Jimin.
Kamar Jimin berwarna biru tua, terdapat beberapa lukisan disana, juga setumpuk buku berada di lemari samping meja belajarnya.
"Kau pasti bahagia berada di keluarga ini." Ucap Jungkook sambil duduk di kursi meja belajar.
"Sekali dalam 4 tahun." Jimin tersenyum sedih.
Gitar berada di kasurnya, dan Jimin menurunkan gitar itu agar ia bisa duduk di kasurnya.
Jungkook melihat foto yang berada di atas mejanya. Foto Jimin saat masih kecil dengan memakai perlengkapan taekwondo.
"Dulu aku belajar taekwondo, disanalah aku bertemu kakakmu," Ucap Jimin dan Jungkook menatapnya.
"Aku bisa katakan aku membenci kakakmu, sangat. Dan aku hampir membencimu karena itu. Jadi, apa yang terjadi?" Jungkook mengalihkan pandangannya.
Jungkook tak mau membahas kehidupan dia terlalu jauh.
"Jadi, mana Jimin yang sebenarnya?" Jungkook berusaha mengalihkan pembicaraan dan menaruh kembali foto itu.
"Jadi, apa yang ada dalam tas ini?" Jimin sama tak ingin membahas kehidupan dia.
Jimin membuka tas itu dan melihat sketchbook disana, juga sebuah kanvas. Dan Jimin kagum melihat lukisan di kanvas itu.
"Waw, kau pandai melukis." Jungkook tertunduk mendengar pujian itu.
"Ibumu berkata kau juga pandai melukis." Ucap Jungkook.
"Kau jauh lebih hebat dariku." Kembali, Jungkook tertunduk dengan pipi merah.
"Boleh aku menyimpannya? Anggap saja hadiah, ini kan ulang tahunku." Jimin tersenyum ke arah Jungkook.
"The Hell, aku juga suka lukisan ini." Jungkook bangkit dan merebut lukisan itu dari Jimin.
"Hei, aku menyembuhkan luka terkilirmu, memberimu jaketku, menjaga rahasiamu, membawamu merayakan ulang tahunku, tidak kah kau berterima kasih? Setidaknya beri aku kado." Jimin berucap dengan kesal, dan Jungkook tetap tidak mengalah.
"Hei, kau yang menawarkan, aku tak pernah meminta." Lukisan sudah berada di tangan Jungkook.
"Kau juga tidak membalas perasaanku." Tepat saat Jungkook sudah hampir melupakan pertanyaan dalam pikirannya beberapa waktu lalu tentang ini, Jimin mengatakannya.
Kalimat ini juga berarti jawaban dari pertanyaan Jungkook adalah iya.Jungkook mendengus dan menyerahkan lukisannya dengan terpaksa.
"Tidak, sekarang aku ingin hal lain." Jimin menyerahkan kembali lukisan itu pada Jungkook.
Lalu berdiri agar bisa sejajar dengan Jungkook, walau Jimin tetap lebih pendek.
"Baiklah, apa?" Tanya Jungkook dengan nada datar.
"Kecupan," Dan Jungkook memutar bola matanya. Jadi begini Jimin dihadapan crush-nya.
Menyebalkan.
"Di bibir."
Ok ini lebih parah dari menyebalkan.
Jimin sebenarnya ingi bercanda sebentar, mumpung Jungkook sedang luluh.
Tapi sebelum Jimin berkata kalau dia bercanda, Jungkook tiba-tiba tersenyum dan setuju.
"Baiklah, tutup matamu." Ucap Jungkook, dan Jimin tidak bisa menahan senyumnya.
Dia menutup matanya dan menunggu.
Sampai akhirnya benda hangat menyentuh bibirnya.
Telapak tangan Jungkook bertemu bibirnya, dan rasanya lebih mirip tamparan pula.
Jimin terlalu berharap lebih.
*
*
*
Hi ^^Thanks for reading ><
Support dan bintang kalian berarti banyak buatku ><
C u next time (^^)/
![](https://img.wattpad.com/cover/146802598-288-k25592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfic[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin