Lari dari sosok kakaknya.
Jimin segera akan mengejar Jungkook. Jungkook masih terluka karena terkilir, tapi Jungkook tetap lari dengan cepat. Dan Jimin khawatir.
"Jimin?" Orang itu juga masih mengenalinya. Dan Jimin mengabaikan dia, berusaha mengejar Jungkook, untuk alasan yang Jimin juga bahkan tak tahu.
Jimin tak pernah datang kemari dia tak tahu daerah ini, kemana kemungkinan Jungkook pergi. Dia juga harus terus berlari karena kakak Jungkook mengejar, entah apa yang diinginkan kakak Jungkook, tapi Jimin tak ingin berbicara dengan dia saat ini.
Jimin terus berlari hanya mengikuti insting dia, kakak Jungkook sudah terlihat kelelahan membuat jarak mereka semakin jauh.
Saat akhirnya dia melihat sosok Jungkook tak jauh di depannya. Jimin menarik lengan Jungkook dari belakang dan bersembunyi di tembok dekat mereka.
Malam semakin gelap dan tempat mereka bersembunyi mungkin termasuk gang, sangat gelap dan sempit. Penerangan hanya berasal dari cahaya lampu yang melewati jendela rumah tepat diatas mereka.
Posisi mereka saat ini membuat Jimin tak nyaman mungkin lebih tepatnya awkward.
Dada Jimin dan punggung Jungkook saling berhimpit karena tempat yang sempit, lengan kiri Jimin memeluk dada Jungkook, sementara tangan kanannya masih memegang lengan kanan Jungkook bekas ia tadi menariknya.
Jimin merasakan seberapa bergetarnya Jungkook, dan Jungkook masih tertunduk. Saat itu lah Jimin merasakan basah di lengan kirinya, Jungkook menangis. Tinggi mereka memang tak begitu jauh, tapi Jungkook lebih tinggi darinya, dan dengan posisi seperti ini Jungkook seperti anak kecil baginya, anak kecil yang rapuh.
Jimin melihat bayangan kakak Jungkook sudah berlalu, tapi Jimin masih tak beranjak. Jungkook masih menangis, tangan kiri dia memegang lengan Jimin yang berada di sekitar dadanya.
Jungkook terisak dan Jimin semakin bingung. Dia seolah melihat sosok dirinya dulu dalam diri Jungkook. Jimin coba mengingat apa yang paling sosok Jimin dulu butuhkan saat seperti ini.
"Aku disini. Aku tak akan meninggalkanmu." Ucap Jimin setengah berbisik di telinga Jungkook, Jimin ingat dulu ia selalu berharap Ibunya datang dan berkata seperti ini, tapi Ibu dia tak pernah datang.
Kalimat Jimin berhasil membuat Jungkook lebih tenang, terbukti dengan isakannya yang terhenti. Tiba-tiba Jungkook melepaskan lengan kiri Jimin di sekitarnya dan berbalik sangat cepat agar Jimin tak melihat wajahnya dan memeluk Jimin.
Jimin kaget dengan apa yang dilakukan Jungkook, semua terjadi terlalu cepat. Tapi kemudian Jimin balas memeluknya. Jimin yakin ini juga yang dia butuhkan dulu. Pelukan dari Ayah dan Ibunya.
Mereka terdiam seperti itu selama beberapa menit, tubuh Jungkook sudah tak bergetar seperti sebelumnya, Jimin yakin dia sudah sepenuhnya tenang.
Cahaya lampu yang menjadi satu-satunya cahaya mereka sudah padam, tanda kalau penghuni rumah itu sudah tertidur dan Jimin juga sudah mulai mengantuk, dia yakin begitu juga Jungkook. Jika Jungkook tertidur dengan posisi ini maka itu akan jadi kesialan untuk Jimin.
Jimin tahu Jungkook benci terlihat lemah, dan Jungkook pasti tak ingin menunjukkan wajah dia saat ini. Jimin melepas pelukan dia pada Jungkook, dan menyuruh Jungkook untuk melepas pelukannya juga tapi Jungkook menolak.
Jimin tak tahu ini terlihat cute atau menjengkelkan.
Karena Jungkook menolak, Jimin sendiri yang melepas pelukan Jungkook dengan mengangkat kedua tangan Jungkook, dan Jungkook tak melawan.
Dengan Jungkook yang masih menunduk, Jimin melepas jaketnya dan menutupi kepala Jungkook dengan itu. Dengan begitu wajah Jungkook tidak dapat dilihat Jimin, dan Jungkook masih memilih untuk menunduk. Sebenarnya dengan tempat segelap ini Jungkook tak menunduk pun Jimin tak bisa melihat wajahnya.
"Ada yang ingin kau ceritakan?" Tanya Jimin singkat dan Jungkook hanya menggeleng.
"Kau ingin aku merahasiakan ini?" Jimin kembali bertanya. Jungkook benci dikasihani, tapi dia tak bisa melakukan apapun karena itu dia mengangguk.
"Baiklah, aku akan pulang sekarang." Jimin akan melangkah keluar dari tempat itu, dan suara Jungkook menghentikannya.
"Gomawo." Pelan sangat pelan, Jimin hampir tak mendengarnya. Dan saat itulah cahaya mobil melewati tempat itu, dan Jimin bisa melihat wajahJungkook yang sudah tak menunduk.
Dan saat itu juga Jimin pikir waktu terhenti begitu saja. Pipi dan hidung Jungkook merah karena menangis, Jungkook juga melihat kearah lain selain Jimin, terdapat bekas air mata di pipi dia, dan mata dia masih agak merah.
Lalu Jimin melangkah pergi.
*
*
*
Hi ^^Thanks for reading ><
Support dan bintang kalian berarti banyak buatku ><
C u next time (^^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfic[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin