"Berbicara tentang Jimin, bukan kah lusa pernikahan Ibunya?" Jungkook kembali tercengang.
Jimin berkata pada Jungkook dia pergi ke tempat ibunya untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan dia setelah 4 tahun lamanya. Jimin berbohong?
Seokjin mengatakan dia mengetahui itu dari ayah Jimin. Jungkook menatap kearah Hoseok yang tak memberi tatapan shock yang berarti dia mengetahuinya.
Jungkook bertanya-tanya apa hanya dirinya yang tak tahu?
-
"Jadi, kau mau menginap di tempatku?" Tanya Hoseok di perjalanan pulang menuju rumahnya.
Jungkook terdiam tak menjawab sama sekali.
"Jungkook bicaralah sesuatu kau membuatku khawatir." Hoseok menggerakkan bahunya yang menjadi pegangan Jungkook di belakang dia.
"Hoseok, apa ini aneh jika hanya aku yang tak tahu?" Jungkook bertanya dengan pelan.
"Kita mampir dulu di café depan, kau terlihat kacau." Hoseok menghentikan laju sepedanya.
Sudah malam dan langit terlihat sangat gelap, tak ada bintang dan hanya ada hembusan angin yang terus menerus berlalu.
Jungkook tak menggigil seperti tadi siang, seolah terbiasa dengan rasa dingin yang mulai kembali menyapanya.
Hoseok menepuk pelan pundak Jungkook, menyuruh dia masuk dan langsung duduk di salah satu meja dekat jendelas sementara Hoseok pergi untuk memesan minuman.
Jungkook menyandarkan kepalanya ke jendela.
Dia mengingat ketika Jimin menemani dia malam itu, ketika mereka mulai terbuka.
Jimin menceritakan banyak hal, mereka tertawa bersama di malam yang dingin, memeluk lutut satu sama lain berusaha mencari kehangatan, Jungkook kini tak yakin semua itu bahkan nyata.
Hoseok meletakan kopi di depan Jungkook.
"Jimin yang bilang kau suka minuman itu." Jungkook coba mencicipi kopi di depannya. Dan memang itu minuman favoritnya.
Jimin tak berbohong pada Hoseok.
"Aku tak ingin mendengar nama Jimin." Jungkook kembali mengarahkan pandangannya pada pemandangan di luar.
"Jungkook, memang apa yang kau harapkan ketika berpacaran dengan Jimin?" Jungkook tak menjawab dan menolak memandang hal lain selain warna gelap langit.
"Maksudku, untuk situasiku, aku tahu Tae sangat menyayangi teman-temannya, karena itu aku tak mengeluh saat kami berpacaran dan dia menolak ajakanku date dan memilih hang out bersama teman-temannya," Jungkook masih menolak menatap Hoseok.
"Dan untuk Jimin, Jimin memang begitu, dia tak akan mengatakan apapun padamu." Jungkook menatap kearah Hoseok, yang memberi dia tatapan 'ya kan?'
"Aku tahu, hanya saja..." Jungkook menghentikan kalimatnya, dan Hoseok menunggu dia melanjutkan.
"Jimin berusaha menyembunyikan terlalu banyak hal sampai aku tak tahu ketika dia mengatakan sesuatu apa dia berkata kebenaran atau kebohongan." Jungkook percaya Jimin mulai terbuka pada dirinya, tapi sekarang dia kembali ragu.
"Dia tak punya alasan untuk berbohong padamu." Balas Hoseok.
"Apa yang kau tahu Hoseok, kau juga tak tahu apapun tentang dia." Jungkook tersenyum kecut mengatakan ini.
Hoseok tak bisa membalas ucapan Jungkook, memang sedekat apapun dia dengan Jimin, Jimin tak pernah mengatakan hal pribadi padanya.
Hoseok mengetahui semua dari informasi yang dia dapat. Dan Jimin sendiri bahkan tahu tentang Hoseok yang sudah mengetahui semuanya, tapi Jimin masih menolak berbicara langsung.
Terkadang semua rahasia Jimin mengalir keluar begitu saja, seperti tentang masa lalu dia dengan kakak Jungkook yang memang Hoseok ketahui langsung dari Jimin.
Dan hari dimana Jimin datang ke tempat dia menceritakan tentang Jungkook dan perasaannya saja membuat Hoseok kaget.
"Jika kau sudah mengetahui semua tentang Jimin, lalu apa?"
"Jimin melakukan banyak hal untukku, lebih dari semua orang yang kukenal, aku ingin membalas kebaikannya." Jimin menemani dia sampai malam, memberi dia semangat, dan selalu menghangatkan perasaannya.
"Apa hubungannya dengan tahu segala hal tentang Jimin?" Hoseok kembali bertanya.
"Aku tak tahu bagaimana cara membalas semua yang sudah dia lakukan jika bahkan aku tak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan." Jungkook tak tahu apapun tentang Jimin.
Fakta itu kini menghantamnya.
Jungkook dulu mungkin tak peduli, tapi sekarang dia sangat menyayangi Jimin, dan itu menyakitinya.
Hoseok mendesah mendengar ucapan Jungkook.
"Kook, kau tahu dia menyayangimu, kau ada di sampingnya pun itu sudah cukup bagi Jimin. Kau tahu banyak orang yang pergi dari sisi Jimin, karena itu Jimin membutuhkan seseorang yang selalu bisa di sampingnya." Jungkook tahu itu, tapi jika semua yang Jimin lakukan pada orang tuanya bohong, semua yang Jimin katakan pada orang tuanya bohong, bagaimana dengan semua perlakuan Jimin padanya?
Apa semua bohong termasuk perasaan dia?
Apa yang Jungkook bisa percayai?
Jungkook tak menjawab dan hanya menyandarkan kepala dia pada lengannya.
Dia sekarang ingin melihat ekspressi Jimin dan melihat mana Jimin yang sebenarnya.
Jungkook merasakan getaran di handphone-nya, sebuah pesan dari Ayah tirinya, dengan malas Jungkook membukanya,
'Ibumu sakit, sekarang ada di rumah sakit umum. Datanglah.'
Ibu Jungkook sakit, perasaan apa yang harus Jungkook rasakan?
Sedih?
Tak ada sedikitpun perasaan itu di dalam dada Jungkook. Bahkan sekarang Jungkook menyunggingkan senyumnya.
Jungkook tahu dia adalah Ibunya, tapi siapa peduli, memang nyatanya ibu Jungkook tak pernah sekalipun menjadi Ibu bagi dirinya.
"Kenapa kau tiba-tiba tersenyum? Dari Jimin?" Tanya Hoseok. Dia ikut tersenyum melihat Jungkook yang terlihat baikan.
"Aku hanya senang." Jungkook tahu dia memiliki sisi jahat yang tak bisa dia kontrol.
*
*
*
Hi ^^Thanks for reading ><
Fucked up chapter, pretty much......
Next chapter will be so looooooong, get ready...
Next Chapter : Black and White.
8 Part to go~~~
Support dan bintang kalian berarti banyak buatku ><
C u next time (^o^)丿
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfiction[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin