Jungkook memasuki ruang klub dance dan seperti biasa Hoseok sudah ada disana.
Hoseok selalu akan jadi yang pertama untuk dance. Untuk hal sekolah, Jungkook bahkan tak yakin Hoseok masuk hari ini.
"Hi," Jungkook menyapa Hoseok dan mendapat senyuman dari dia.
"Mana Jimin?" Tanya Jungkook datar.
Hoseok berbalik menghadap Jungkook dan semakin melebarkan senyumannya.
"Apa yang tejadi? Kenapa kau mencari Jimin?" Dengan masih memasang senyum yang sama Hoseok bertanya.
"Aku mau mengembalikan jaketnya," Jungkook heran dengan senyum itu, apa Jimin menceritakan semua pada Hoseok.
Jungkook mengeluarkan jaket Jimin dari tas nya.
"Jadi, mana Jimin?" Jungkook kembali bertanya mengabaikan insting buruknya.
"Jimin tak akan masuk sepertinya." Karena senyum Hoseok yang aneh itu tak juga menghilang, Jungkook memastikan dia tak akan menyesali bertanya ini,
"Ok, apa yang Jimin katakan padamu?"
"Semua, Jimin bilang dia mengantarmu pulang, kau takut pulang sendiri Kook?" Jungkook agak bernapas lega mendengarnya, berarti Jimin hanya bercerita sampai sana."Aku menolaknya tapi dia tak menyerah, aku tak membutuhkan itu," Jungkook melepas tas yang masih berada di punggungnya. Sementara Hoseok berbalik dan kembali melanjutkan dance dia.
"Dan mungkin kau sudah mengetahuinya, aku selalu kembali ke rumah pukul 11 malam." Kini Jungkook yang tersenyum penuh arti.
Dia berkata seperti ini sengaja menyinggung Hoseok yang diam-diam mencari infonya. Tapi bukannya merasa bersalah atau malu, Hoseok malah tetap tersenyum tak berdosa menatap Jungkook dari pantulan cermin.
Suara pintu terbuka mengalihkan fokus mereka. Disana berdiri Jimin yang memakai seragam, dan ada secarik kertas di tangannya.
Dia menatap Jungkook sekejap sebelum melangkah mendekati Hoseok.
"Cari info tentang si pengirim surat ini. Dia terus menerus mengirim surat ke tempatku. Ayahku belum mengetahuinya. Tapi cepat atau lambat aku yakin salah satu surat dia akan ditemukan Ayahku." Jimin menyerahkan secarik kertas itu pada Hoseok.
Surat itu hanyalah selembar kertas yang dipenuhi kata-kata hinaan, ancaman dsb. Jimin tak merasa tertekan hanya saja jika Ayahnya mengetahuinya, dia tak tahu harus berkata apa.
"Jimin." Suara Jungkook membuat Jimin terlonjak kaget. Dan Jungkook menatap dia heran.
Jungkook menjadi orang yang paling dihindari dan dicari oleh Jimin sejak saat itu.
Alasan dia kemari pun bukan untuk menyerahkan surat itu, dia bisa melakukan itu sebelumnya toh mereka bolos bersama.
Jimin kemari untuk melihat Jungkook. Tapi ternyata Jimin belum siap untuk menatap dia langsung.
"Apa?" Jimin bertanya dengan nada datar tapi dalam hati pikiran campur aduk memenuhinya.
Hoseok melihat adegan ini dengab menahan tawa, bagi dia yang mengetahui segalanya, ini terlalu lucu.
Jungkook melangkah mendekati Jimin, sementara Jimin hanya melihat Jungkook dari bayangan cermin di depannya. Jungkook itu putih, tak begitu putih tapi sangat bersih. Mata dia bulat dan iris berwarna hitam kelam. And damn thats lips. Jimin baru menyadari Jungkook itu cute. Terlalu cute.
"Jaketmu." Mendengar itu dengan terpaksa Jimin berbalik.
Tak ada ucapan terima kasih atau apapun. Jimin hanya mengambil jaket itu lalu berlalu. Dan jangan berharap Jungkook juga mengucapkan terima kasih, pride dia terlalu tinggi untuk mengucapkan kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfic[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin