"Kita sampai." Jimin menghentikan sepedanya, dan Jungkook dibelakangnya ikut turun.
"Serius, kenapa kau menyuruhku memakai blindfold?" Jimin terkekeh dan menuntun Jungkook untuk duduk di salah satu kursi di tempat itu.
"Aku mencoba untuk romantis, kau tahu."
"Jika kita berjalan, mungkin ini romantis. Tapi, kita naik sepeda, itu menakutkan. Dan damn, kenapa juga harus malam?"
"Nanti juga kau tahu."
Jimin berencana untuk mengajak Jungkook ke suatu tempat malam ini. Ini bukan pertama kalinya, karena dari hari pertama mereka berpacaran Jimin selalu mengajak Jungkook ke tempat yang dia yakin Jungkook akan menyukainya.
Karena alasan ini juga rencana Jungkook ke Busan, batal.
Tempat yang Jimin tunjukan lebih dari cukup baginya.
Ditambah Jimin selalu mengajak Jungkook ke rumahnya, untuk mengobrol atau makan bersama ayahnya.
Ayah Jimin bahkan tak keberatan sama sekali dengan kehadiran Jungkook.
Hari Jungkook lebih baik setelah ia bersama Jimin.
Jimin berdiri di belakang Jungkook, membuka ikatan di matanya.
"Bukalah matamu." Dan Jungkook membukanya.
Jungkook perlahan membuka matanya, Jungkook tersenyum melihat pemandangan di depannya.
"Kau suka?" Jimin menggenggam tangan Jungkook, ragu kalau Jungkook menyukai pemandangan di depannya, karena Jungkook tak berkata apapun selama beberapa saat.
Warna putih salju dan warna langit malam yang kelam sangatlah kontras dan itu membuat semua terlihat lebih indah.
"Lebih dari suka, kau tahu ini sangat indah, kau hebat menemukan tempat ini." Jimin tersipu mendengar pujian dari Jungkook, dan Jungkook mencubit pipinya melihat reaksi Jimin.
"Kalau begitu, mulai lah melukis." Ucap Jimin kembali duduk di salah satu kursi disana.
"Kau tak papa menungguku?" Tanya Jungkook dan mulai mengeluarkan semua peralatan melukisnya.
"Ayolah, ini bukan pertama kalinya kita melakukan ini." Jimin tersenyum sambil mengatakan itu.
"Memang benar, tapi ini malam, disini akan semakin dingin." Jungkook mulai melukis pemandangan di depannya, dia memang khawatir tapi dengan secepatnya melukis mereka bisa cepat pulang.
"Ini resiko yang aku tanggung karena berpacaran denganmu." Jungkook tertawa mendengar itu.
"Jika kau ingin pulang, pulang lah tak usah menungguku."
"Iya."
Bagi Jimin, melihat Jungkook yang excited itu adalah hiburan yang tak akan pernah dia bosan nikmati.
Jungkook mungkin tak menyadarinya, tapi Jimin juga lebih bahagia bersama dia.
Jungkook punya cara sendiri untuk mengatakan dia menyukai Jimin, entah itu memeluk dia tanpa alasan, atau mencubit pipi dia seperti tadi.
Jungkook tak pernah mengatakannya secara langsung, tapi dia menunjukkannya.
Dan Jimin tak keberatan dengan itu.
Jimin akui malam sangat dingin dan ini musim dingin, tapi dengan pemandangan Jungkook yang terlihat bahagia, dia merasakan hangat.
Tanpa ia sadari, ia terlelap dengan lengan sebagai bantal kepalanya diatas meja.
Saat Jimin terbangun dia merasakan berat tambahan diatas bahunya, dan dari baunya Jimin tahu itu jaket Jungkook.
Jungkook sedang berada di sampingnya memainkan handphonenya.
Jimin mengangkat tangannya dan mengelus pipi Jungkook, pipi itu sangat dingin. Jimin tak menyadari berapa lama ia tertidur, tapi melihat Jungkook yang sudah selesai melukis, pasti sangat lama.
"Kenapa kau tak membangunkanku?" Tanya Jimin yang mulai bangkit ke posisi duduk.
Jimin memegang kedua tangan Jungkook berusaha menghangatkan dia.
"Aku tak tega, kau pasti lelah selama perjalanan kemari." Jungkook menggeser duduknya, mengangkat kakinya ke kursi agar bisa menekuk lututnya.
Jimin menirunya dan mereka berhadapan saat ini.
"Tapi jika kau membangunkanku kita bisa pulang dan menikmati rumah yang hangat." Jimin masih menggenggam tangannya.
"Ah, aku tak memikirkan itu." Jimin tertawa dan menautkan jari mereka.
"Jika kita pulang lebih awal kau juga tak perlu meminjamkan jaketmu padaku, kau sekarang sangat dingin."
"Aku melakukannya karena jaket itu menghalangiku melukis."
"Typical Jungkook," Ucap Jimin.
Jungkook tak pernah ingin mengakui kalau dia berbuat baik. Dan Jimin sudah hapal sifat Jungkook yang ini.
"Kemari lah, aku ingin memelukmu." Jimin melebarkan kedua tangannya menunggu Jungkook mendekat.
"Haruskah kau mengatakannya, itu memalukan." Jimin mengabaikan ucapan Jungkook dan menariknya paksa kedalam pelukan.
"Shut up, I know you love it."
Posisi mereka tak nyaman, karena kaki yang berada di antara mereka. Tapi hangat tetaplah hal pertama yang Jungkook rasakan.
"Kau benar-benar dingin." Ucap Jimin sambil memeluk dia lebih erat.
"Aku sudah terbiasa, tenanglah." Mengingat Jungkook selalu mengahabiskan waktu diluar rumah, dingin benar-benar bukan masalah untuknya.
"Kau ingin menceritakan sesuatu padaku?" Tanya Jimin, Jungkook hanya menggeleng dalam pelukannya.
"Apa kau takut aku tak mendengarkan atau sesuatu?" Jimin kembali bertanya.
"Entah." Jawab Jungkook singkat.
Terkadang bagi Jungkook menceritakan masalahnya adalah hal yang sangat merepotkan. Melakukan hal itu hanya membuat dia ingat kalau itu adalah sebuah masalah.
Dan juga mengingatkan dia kalau dia harus menyelesaikannya, bukan lari dari masalahnya.
To be honest, Jungkook hanya ingin mengatasi semua sendiri.
"Katakan lah jika memang itu bisa membuatmu merasa lebih baik."
Tapi mungkin terkadang yang Jungkook butuhkan hanya seseorang yang selalu bertanya bagaimana keadaannya, peduli padanya.
Kembali, Jungkook kalah oleh kehangatan Jimin.
"Aku... selalu bertanya-tanya apa yang sebenarnya harus kulakukan," Ucap Jungkook dengan pelan.
"Tentang semuanya, apa yang bisa membuat semua lebih baik," Jimin tak mengatakan apapun, hanya mendengarkan.
"Mungkin kenyataannya aku butuh seseorang dan tak sanggup melewati semua sendiri." Jimin mengecup kepala dia pelan.
"Sekarang ada aku disini, kau memiliki aku. Karena itu, ceritakan semua padaku, aku akan selalu mendengarkan." Jungkook akhirnya mengangguk.
Jungkook percaya pada Jimin.
"Sekarang, giliranmu menceritakan sesuatu padaku." Ucap Jungkook.
Jungkook kembali pada posisi duduknya dan menggenggam kedua tangan Jimin.
"Aku bahagia denganmu."
*
*
*
Hi ^^Thanks for reading ><
Sweet Times ~
Supposed to update yesterday, but shit thing happened ,,,
hope you liked it ><
Support dan bintang kalian berarti banyak buatku ><
C u next time (^o^)丿
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfiction[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin