Mereka sampai di sebuah taman.
Putih salju memenuhi tempat itu. Jimin berada di depan Jungkook dengan tangan yang ia masukkan kedalam jaketnya.
Dingin, sangat dingin saat itu.
Jungkook bahkan bisa melihat kabut kecil setiap kali Jimin bernapas. Jungkook benci dingin, tapi ia ingin semua ini berakhir.
Jika Jimin bisa menjadi tempat Jungkook untuk kembali, Jungkook juga ingin bisa seperti itu untuk Jimin.
Tapi Jungkook semakin tahu posisinya, dia tak tahu apapun tentang Jimin.
Jimin berbalik dan menatap Jungkook.
Pipi putih Jungkook sudah menjadi merah karena udara dingin, ditambah salju juga ikut turun saat ini.
Dan tempat ini begitu sepi, tanda bahwa kebanyakan orang sudah memilih untuk tidur saat ini.
"Jadi?" Jimin berucap, pandangan begitu datar. Dan itu menyakitkan bagi Jungkook.
"Bukan kah kau yang harusnya bercerita terlebih dahulu?" Jika Jimin menahan amarah dengan berusaha berbicara datar, Jungkook menahan amarah dengan menyunggingkan senyum menghinanya.
"Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui Jungkook?"
"Semua!" Jungkook menaikkan suaranya.
Jimin kaget mendengar itu. Jungkook kembali terlihat seperti sosok ringkih di hadapannya.
Jimin ingin memeluknya menenangkan dia.
Tapi faktanya, Jimin sendirilah orang yang membuat Jungkook seperti sekarang.
"Jungkook kau mengetahui semuanya, keluargaku, sisi lainku, hidupku, apa lagi yang ingin kau ketahui?" Jimin ikut menaikkan suaranya.
"Dirimu," Ucap Jungkook dengan tangan terkepal kuat.
Ada amarah disana, dan Jungkook tak ingin memilikinya pada Jimin. Jungkook tak ingin membenci Jimin.
"Aku tak tahu apapun tentang dirimu." Jungkook melanjutkan.
Jungkook bukan sosok yang cengeng tapi ada air mata tertahan di pelupuk matanya.
"Jungkook, kau tahu apa yang kusuka, kebenci. Kau tahu orang yang kusukai, apa maksudmu kau tak mengenalku?" Suara Jimin melembut.
"Bukan itu," Jungkook berucap dengan pelan.
"Perasaanmu, aku tak tahu apapun tentang itu." Suara Jungkook mulai tercekat, jika dia berbicara lebih jauh mungkin air mata itu akan jatuh.
Jimin tersakiti tapi Jimin tak menunjukkannya, dan itu malah berimbas pada Jungkook, kenapa Jungkook yang menangis?
"Perasaanku? Siapa peduli tentang perasaanku." Jimin menunjukkan senyumnya.
"Aku peduli,"
"Jimin, aku tak bisa lagi membedakan kau berbohong atau tidak." Kali ini ada satu bulir air mata yang lolos pertahanannya, dan Jungkook benci itu.
Bagi Jungkook, lagi-lagi Jimin melihat perasaan dia yang tumpah begitu saja, tapi Jungkook tak melihat apapun dari Jimin.
"Aku tak pernah berbohong padamu." Jimin melangkah mendekat, dia ingin menyeka air mata itu, tak seharusnya Jungkook terluka karena dirinya.
Jimin tak mau Jungkook merasakan rasa perih yang dulu selalu Jimin rasakan, rasa perih kalau dia harus melewati semua sendiri dengan membunuh perasaannya.
"Tapi kau sudah melakukannya," Langkah Jimin terhenti.
"Tentang pernikahan Ibumu, kau merasa sedih tapi kau tak menunjukkan itu sama sekali." Napas Jimin mulai memburu, dia tak ingin membicarakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fiksi Penggemar[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin