0. Tokoh

12.4K 323 26
                                    

Netta mulai menuruni tangga, menuju meja makan. Ia mendapati sosok wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

Sarah, yang selalu ia anggap ibu.

"Pagi Mam!" seru Netta sembari duduk di kursi makan.

"Pagi juga, Netta sayang." Sarah menjawab sapaan Netta dengan senyum manisnya.

"Ini." ucap Sarah menyodorkan sepiring nasi goreng telur mata sapi kepada Netta. Lalu di sambut antusias oleh Netta, ia segera menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya.

"Gimana? Kamu udah dapet tutor belajar pribadi kamu?" tanya Sarah dengan nada lembutnya.

Tiba-tiba saja ada yang menyangkut di kerongkongan Netta, ia tersedak.

"Uhukk!.."

"Eh.. Kamu kenapa? Ini minum dulu." Sontak saja Sarah menyodorkan segelas minuman kepada Netta.

Netta terus meneguk air yang ada di gelas itu, dengan cepat sesuatu yang tersangkut itu mengalir dan Netta tak lagi tersedak.

"Udah? Kamu gak papa kan?" tanya Sarah.

"O-oo.. M-ya! Aku gak papa kok Mam. Emm.. Netta berangkat ya! Bye Mam!" jawab Netta yang nampak gugup. Lalu ia segera mengecup sebelah pipi Sarah singkat, dan meninggalkan Sarah yang masih memandangnya bingung.

Pasti belum nemu tutornya. Batin Sarah sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum miris.

••••••

Zaff, hari ini dia mendapat jadwal piket. Seperti biasa ia selalu menaati peraturan sekolah.

Dia datang lebih pagi dari biasanya. Nampak sekolah masih sangat sepi.

Ia berjalan menyusuri koridor, menuju kelas XI IPA 1.

Sesampainya di kelas, ia mengambil sapu dan mulai menyapu kelas. Suasana benar-benar sunyi. Ketenangan baginya.

Tak lama, gemuruh kedatangan anak lainnya kedalam kelas memecahkan susasan sunyi nan damai itu. Zaff, dia sudah menyelesaikan tugas piketnya.

Dia duduk di bangku nya, yang berada di depan samping kiri dekat jendela. Sambil menunggu bell masuk, anak rajin pastinya selalu menunggu menggunakan buku. Ya, dia mulai membuka buku catatannya, walau dia ingat semua tugas ia telah kerjakan dan hampir stengah buku dapat ia hafal materinya.

Anak yang teladan bukan?

"Zaff!" teriak Yoni.

Yoni, teman sekelas Zaff. Gak pintar, petakilan dan play boy kelas kakap.

Dan jika seorang Yoni telah datang, ketenangan seorang Zaff sirnah seketika. Entah sejak kapan, Zaff mengenal makhluk seperti Yoni.

Zaff hanya menoleh malas.

"Lo udah ngerjain tugas makalah fisika bab tiga belum?" tanya Yoni, nampak tergesa.

Lalu Yoni menaruh tasnya di bangkunya yang paling belakang di sudut kiri, sebaris dengan bangku Zaff. Dan menuju bangku depan, duduk di samping bangku Zaff.

Zaff tidak pernah menghiraukan kalau temannya ini menyontek tugas miliknya, ia sudah mengetahui kebiasaan nya yang buruk itu, tapi Zaff hanya cuek.

"Nih, lo fotocopy aja. Mumpung belum bell." Ucap Zaff sambil menyodorkan sebuah kertas kliping.

"Thank's ya bro, lo emang temen yang paling best!" ujar Yoni dengan senyum sumringah.

Yoni mulai melangkah keluar kelas, tapi belum sampai di pintu ia mendapati sesosok cowok yang punya 1000 gaya buat narik seorang cewek. Tapi selalu gagal.

Ck ck ck.

Dio, cowok yang kerjaannya tebar pesona sana sini untuk dapat perhatian seorang cewek bening di sekolah ini, gak pintar dan petakilan kayak Yoni, satu kelas juga dengan Zaff.

Yoni, Dio, dua teman sekelas Zaff yang paling dekat dengan Zaff. Zaff bisa berbicara banyak kalau sedang berkumpul dengan mereka berdua. Walau sebenarnya jika berkumpul dengan mereka, ketenangan dan kedamaian Zaff hilang begitu saja.

"Eettt... Enak banget mau fotocopy sendiri, fotocopy in gue juga dong. Curang lo!" ucap Dio yang baru saja datang lalu menjitak kepala Yoni.

"Aduh! Santai dong, iya iya gue fotocopy in juga buat lo!" ucap Yoni sambil mengusap kepalanya.

"Siip dah!" Dio merangkul pundak Yoni dan menggoyangkan tubuh Yoni singkat, lalu segera menaruh tasnya di bangku paling belakang, tempat strategis yang dipilih anak-anak untuk menyontek saat ulangan.

Yoni pergi meninggalkan kelas, Zaff masih fokus dengan catatannya. Dio menghampiri Zaff dan duduk di sampingnya.

"Rajin amat mas bro," cibir Dio yang tak mendapat respon apa pun dari Zaff. "Nahkan, gini nih, kebiasaan banget nyuekin orang. Untung lo bukan Ade, cewek gebetan gue. Jadi gue gak harus caper sama lo." Gerutu Dio dengan nada mencibir.

"Males ngomong." ucap Zaff singkat.

"Terah lo deh, gue berharap lo cepet punya cewek biar sifat dingin lo yang kayak es itu meleleh karena kekuatan cinta." ucap Dio sambil menepuk-nepuk pundak Zaff dan pergi.

Zaff hanya menggelengkan kepala.

Cewek terus yang dipikirin. Batin Zaff.

Tbc.

Ini part pertama dari karya pertama saya. Mohon dukungannya ya dengan memberi vote dan saran di kolom komentar.

Mohon maaf jika banyak kesalahan penulisan atau bahasa. Semoga kalian dapat menikmati cerita saya.

Salam.
Azizah❤✌

My Fierce Girl [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang