"Lo bisa nyetir mobil, kenapa gak bawa mobil? Lo gak punya? Mantan supir?" Netta menyerbu Zaff dengan pertanyaan.
Ya, mereka sekarang berada dalam mobil Netta. Sedan putih. Menuju rumah Zaff untuk menjemput Caca.
"Gak, gue punya mobil tapi dijual. Gue jarang make, setelah tragedi kecelakaan ortu. Dan akhirnya dijual. Masih ada motor sih dirumah, juga jarang gue pake. Gue males, gue mending naik kendaraan umum." jelas Zaff panjang lebar.
"Tragedi kecelakaan?" tanya Netta penuh selidik.
"Iya. Bokap-nyokap gue yang kecelakaan. Bokap gue meninggal dan nyokap gue dirawat di rumah sakit." tutur Zaff.
"Kapan?" tanya Netta lagi. Ia nampak penasaran dengan cerita keluarga Zaff yang hampir sama dengan nasib keluarganya.
"Dua tahun yang lalu." jawab Zaff yang hanya fokus pada jalanan.
"Terus kenapa nyokap lo masih dirawat?" Netta terus bertanya.
"Nyokap mengalami luka cukup serius. Hampir 3 bulan dia koma. Dan selama 21 bulan lebih, dia harus dirawat intensif." jelas Zaff secara detail. Netta hanya mengangguk paham.
Mereka tiba di halaman rumah Zaff.
"Lo udah tau Caca kan? Jangan kaget ngeliat sikapnya ya." ujar Zaff sambil mengunci mobil. Netta hanya mengernyit bingung.
"I-iya. Gue tau kok." jawab Netta yang sedikit gugup.
Mereka memasuki rumah bercat putih dengan pintu berwarna crem.
"Kakak pulang! Caca udah siap belum?" tanya Zaff kepada Caca yang tidak terlihat di hadapannya.
"Ya! Aku dah si-" jawab Caca yang tengah turun dari tangga, dan melihat Netta. Ya, orang asing baginya. Bukannya meneruskan langkahnya kebawah, Caca berbalik dan berlari ke kamar. Netta hanya menatap nya bingung.
Kayak gini ya maksudnya? Caca si pemalu. Batin Netta.
"Tunggu aja di sini. Gue keatas dulu. Kalau lo mau minum dapurnya ada di sana." jelas Zaff, dan segera beranjak naik ke atas.
Zaff mengetuk pintu kamar Caca pelan dan membukanya. "Ca? Ayo kita pergi sekarang. Katanya Caca mau ketemu mamah?" ujar Zaff mendekati Caca yang mendekam di balik bantal.
"Gak ah. Aku malu kalau ada orang." jawab Caca yang masih menenggelamkan wajahnya di bantal.
"Itu cuma teman kakak, dia juga mau ngejenguk mama." jawab Zaff penuh kelembutan.
"Tapi Caca gak kenal. Caca malu." ujar Caca semakin menenggelamkan wajahnya.
Zaff berusaha membujuk Caca. Ia menepuk bahu Caca. "Cuma satu orang doang kok, kalau dia macam-macam kan ada kakak, lagi pula dia juga perempuan sama kayak Caca. Masa sesama perempuan malu?" bujuk Zaff.
Caca mengangkat wajahnya. Menatap Zaff lekat-lekat.
"Baik gak orangnya? Ramah? Gak galak kan?" tanya Caca penuh selidik.
"B-baik kok, ramah, kalau di lihat dari dekat manis lagi orangnya." jawab Zaff sedikit gugup.
Ha? Tadi gue ngomong kalo mak lampir manis? Ya ampun, gue gila. Batin Zaff.
"Beneran?" tanya Caca ragu.
"Bener. Suer." jawab Zaff dengan dua jari mengacung.
"Yaudah Caca mau." jawab Caca yang sudah pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fierce Girl [The End]
Teen Fiction[The End] [Part Utuh^∆^] (Masih ada typo bertebaran. Maaf kan:v) Zinetta Karisma. Cewek cantik dan manis, semua orang melihatnya tanpa celah. Dia juga salah satu primadona di sekolahnya, semua menyukainya karena sikapnya yang ramah kepada setiap ora...