Suasana tenang, sunyi dan damai. Kini tengah di nikmati Zaff, ditemani sebuah buku novel dan Earphone terpasang di telinga.
Duduk di perpustakaan, sambil membaca buku novelnya dan mendengar kan musik. Kegiatan yang cukup monoton untuk seorang Zaff.
Jam istirahat masih berlangsung, tak ada satu pun anak yang masuk perpustakaan. Keberuntungan untuk Zaff.
••••••
Netta bedecak. Memikirkan sesuatu yang sejak pagi menggajal di pikirannya.
"Gue gak mau dapet tutor tante-tante, gak mau juga dapet tutor om-om ganjen. Gue maunya tutor yang seumuran sama gue, biar bisa di ajak berantem. Fufufu." Gumam Netta.
Saat ini kelas benar benar sepi, Netta menggerutu sendiri.
Dan ia terpikir sesuatu.
"Gimana kalo gue cari anak terpinter di sekolah ini buat jadi tutor gue. Iya ya, kenapa gak dari dulu gue kepikirannya. Netta bego emang." Ucapnya beruntun, berbicara sendiri.
Tak pikir panjang lagi, Netta meninggalkan kelas dan menuju kantin. Dia harus bertanya kepada teman dekatnya, tentang anak pintar di sekolahnya ini.
Netta anak yang cukup update, bahkan sangat update sampai bisa populer. Tapi sayang nya ia tak pernah update tentang prestasi anak di sekolah ini.
Sesampainya di kantin.
"Sit," panggil Netta kepada cewek berambut pendek dengan kacamata bulat yang ia kenakan, tengah duduk di bangku panjang kantin di sudut kiri dan sedang menikmati segelas minuman. Sendirian.
Siti Nirmawas, cewek lugu dengan kacamata bulat yang di gunakan untuk matanya yang minus. Penyuka minuman bersoda dan paling tidak suka membaca.
Cewek kacamata, gak suka reading ?
Teman sekelas Netta, dan paling deket. Memang sejak kelas X Siti satu kelas dengan Netta. Dan selalu di pertemukan dengan adanya kelompok belajar. Karena itu hubungan mereka erat sampai sekarang. Sahabat? Mungkin.
Siti hanya menoleh, memberi isyarat dengan menaikan dagunya. Netta segera duduk di hadapannya.
"Lo, tau anak terpintar di angkatan kita gak sih?" tanya Netta.
"Ha? Kenapa? Kok tiba-tiba nanyain itu?" jawab Siti dan kembali bertanya.
"Gue butuh tutor buat belajar." Ucap Netta dengan senyum simpul yang selalu nampak ramah di mata setiap orang. Tak terkecuali pada Siti.
"Ouuh, kirain ngapain. Kalo gak salah anak terpintar yang sering juara dan ikut berbagai olimpiade itu.. Zaffin Adepta." Jawab Siti dengan menjentikkan ibu jari dan jari tengahnya.
Netta nampak bingung, ia tidak mengenal cowok yang di sebutkan namanya oleh Siti.
"Kelas mana?" tanya Netta.
"XI IPA 1." jawab Siti singkat dan meneguk minumannya lagi.
Tanpa kalimat tanya lagi, Netta berterima kasih kepada Siti lalu bergegas pergi ke kelas cowok itu.
Zaffin Adepta, XI IPA 1? Batin Netta.
Tak lama berjalan, Netta menemukan kelas cowok itu. Yang memang tidak terlalu jauh dari kantin.
Netta memasuki kelas itu, hanya beberapa kerumunan laki laki yang ada di kelas itu. Sontak saja kerumunan itu menujukan pandangan mereka pada sosok Netta, si primadona.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fierce Girl [The End]
Teen Fiction[The End] [Part Utuh^∆^] (Masih ada typo bertebaran. Maaf kan:v) Zinetta Karisma. Cewek cantik dan manis, semua orang melihatnya tanpa celah. Dia juga salah satu primadona di sekolahnya, semua menyukainya karena sikapnya yang ramah kepada setiap ora...