Zaff mengerjapkan matanya, ia lihat jam menunjukan pukul 05.45 dan ia putus kan untuk segera beranjak ke kamar mandi. Membasuh tubuhnya.
Rasa lelah masih saja menyambutnya pagi ini. Setelah apa yang terjadi tadi malam, tentang perginya ibunya dan kambuhnya kejiwaan Netta.
Untung saja semalam ia masih bisa menenangkan Netta, walau beberapa jam kemudian kejiwaannya kambuh lagi dan membuat tante Sarah memanggil pihak rumah sakit jiwa yang sering menangani Netta, jika Netta mengamuk dengan kadar kejiwaan yang hampir gila seutuhnya.
Dan itu adalah pertama kalinya Zaff mengetahui sisi lain Netta, yang di jelaskan oleh Sarah sendiri tentang kepribadian ganda. Jujur saja Zaff benar-benar terkejut. Entah apa yang terjadi dengan hari kemarin, rasanya ia seperti di tusuk berkali-kali menggunakan benda tajam. Mengetahui Irma telah tiada dan mengetahui riwayat kejiwaan Netta yang sama sekali ia tidak tahu walau ia sudah kenal selama setahun terakhir.
Setelah ia membasuh tubuhnya dengan bersih. Zaff berniat ingin menjenguk Netta di rumah sakit jiwa tempat Netta di rawat untuk satu hari ini, jadi esok Netta di kabarkan sudah di perbolehan pulang ke rumah.
===|===
Hari ini Caca tidak ada di rumah, karena tante Kiara mengajaknya ke Bandung untuk berlibur beberapa hari. Caca tidak tinggal di rumah, melainkan Fila milik Kak Bagas. Fila yang kemungkinan besar tempat yang memang sunyi dan tak ada riuh bising tetangga, tentu saja membuat Caca akan sedikit merasa berlibur.
Zaff berjalan gontai menuju meja makan. Rasanya rumahnya benar-benar tak memiliki suhu hangat-nya. Suhu hangat itu telah hilang semenjak Irma di kuburkan kemarin atau...semenjak kecelakaan itu terjadi. Entah lah, kini Zaff justru merasa hidupnya sebatang kara.
Zaff mengehembuskan nafas lelah, mengambil dua lembar roti tawar yang selalu tersedia di atas meja, ia oleskan sedikit selai kacang yang juga tersedia di sana. Selai kacang itu memiliki rasa yang lezat, tapi bagi Zaff saat ini makanan apapun yang di makannya lebih cocok di bilang hambar seperti air putih.
Ia menelan gigitan terakhir dengan susah payah, dan meminum air putih yang ia ambil dari dapur. Ia lihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 06.54, masih terlalu pagi untuk keluar rumah.
Tapi jika harus menjenguk Netta, Zaff tak akan menunggu hingga siang tiba. Ia segera bergegas mengambip jaket hoodie-nya yang tersampir di sofa ruang tengah. Beranjak menunju bagasi, berniat mengendarai motornya untuk sampai di rumah sakit jiwa.
••••••
"Tante gak tau apa yang terjadi nanti kalau kamu gak ada Zaff," ujar tante Sarah sambil terisak.
"Itu memang sudah kehendak tuhan tante. Tante gak usah khawatir, Netta pasti akan selaku baik-baik aja, kok." ucap Zaff menenangkan tante Sarah.
Sarah terlihat sangat khawatir dari yang pernah Zaff lihat, dan tentu saja ini pertama kalinya atau tepatnya tadi malam, untuk pertama kalinya Zaff melihat wajah Sarah yang begitu cemas.
Kini keduanya berada di ruang tunggu tepat di depan sebuah kamar berpintu putih yang sudah di duga sebagai kamar inap Netta tadi malam. Sarah dan Zaff menunggu Dokter yang sedang memeriksa Netta pagi ini, seperti memberikan obat.
Setelah beberapa menit keduanya menunggu, akhirnya seorang Dokter perempuan keluar dari balik pintu putih itu, berjalan gemulai menuju Zaff dan Sarah yang sudah tersigap mendengar keadaan Netta.
"Bagaimana, dok?" tanya Sarah sudah tak sabar.
"Keadaannya semakin membaik, dan hari ini dia akan pulang, mi. Tadi juga sudah tidak berontak saat pemberian obat," ujar sang Dokter dengan suara lembutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fierce Girl [The End]
Teen Fiction[The End] [Part Utuh^∆^] (Masih ada typo bertebaran. Maaf kan:v) Zinetta Karisma. Cewek cantik dan manis, semua orang melihatnya tanpa celah. Dia juga salah satu primadona di sekolahnya, semua menyukainya karena sikapnya yang ramah kepada setiap ora...