Empat Belas

3.9K 601 10
                                        

Line: Hwang Minhyun
Kamu ngga kerja hari ini, Woo?

Line: Hwang Minhyun
Pak Sungwoon nyariin. Kafe juga lagi rame.

Seongwoo baru saja selesai membereskan apa yang ia dan Daniel perbuat semalam selama dua jam mengingat bokongnya yang masih sakit. Namun setelah membuka notifikiasi iphone 7 miliknya, rasa sakit juga membebani kepalanya.

Ia tidak ingin menemui Minhyun, namun ia juga tidak ingin menyusahkannya karena membiarkannya bekerja sendiri di kafe.

Hwang Minhyun is calling...

Lagi, iphone miliknya bergetar. Namun kali ini karena Minhyun meneleponnya. Dengan ragu, ia menggeser tombol hijau yang tertera di layarnya.

"Halo Hyun?"

"Eh Woo, kamu kok daritadi malem sampe sekarang ngga ada kabar?" Seongwoo meringis.

Ia menghela nafasnya, "Maaf Hyun, aku tiba-tiba ngerasa ngga enak badan. Terus hapenya lupa di cas, jadi yaaa gitu," ucapnya ragu.

Terdengar helaan nafas juga dari sebrang sana, "Kamu sakit? Kok ngga bilang? Yaudah aku kerumah kamu nanti. Jangan kemana-mana,"

Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh Minhyun. Seongwoo kembali menghela nafasnya. Ia tak habis pikir. Kenapa orang yang ia kenal selalu keras kepala? Setelah Daniel dan ibunya, sekarang Minhyun yang tertular. Emangnya Seongwoo punya virus pembuat manusia menjadi keras kepala?

"Woo, kamu oke? Kayaknya lagi banyak pikiran,"

Seongwoo menoleh ke asal suara. Ia melihat Daniel yang berdiri di pintu dengan handuk di bahunya. Bersiap untuk mandi mungkin?

"A-aku ngga apa-apa Niel. Kamu mau mandi? Mau pake bathup ngga? Biar aku siapin,"

Daniel tersenyum, "Ngga ah, pantat kamu aja masih sakit. Aku langsung mandi aja," ujarnya sok kasihan. Padahal Daniel pasti mau-mau saja di bantu oleh calon suami, eh?

"Loh kok gitu? Emang badan kamu ngga kerasa lengket apa gara-gara tadi malem? Bau asem gitu kok. Udah-udah, aku siapin aja bathupnya,"

Seongwoo dengan tergesa menuju kamar mandi milik Daniel dengan tertatih, sesekali mengumpat menyalahkan Daniel karena ulahnya. Emang ya, dia yang nikmatin kok dia yang ngedumel?

Sesaat setelahnya, Seongwoo keluar dari kamar mandi dan memanggil Daniel.

"Niel, itu bathupnya udah aku siapin. Buruan, aku juga mau mandi. Ketularan bau kamu nih,"

Daniel tersenyum mendengarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi namun berhenti sejenak didepan Seongwoo dan menggenggam tangannya.

"Woo, mandi berdua ya?"

--

"Woo, kok badan kamu bisa mulus gini sih?"

Disinilah keduanya sekarang, berada dalam satu bath up dengan Daniel yang menggosoki punggung Seongwoo.

"Apasih kamu? Udah ah gantian, aku lagi yang gosokin punggung kamu,"

Nyatanya, Daniel malah memeluk perut Seongwoo dari belakang dan membuat Seongwoo menyandar pada tubuhnya.

"Gini dulu ya, Woo? Aku suka meluk kamu kayak gini,"

Seongwoo tidak menolak. Pelukan Daniel memang selalu menjadi kesukaan tersendiri untuk tubuhnya.

"Em, Niel?"

"Iya, Woo?"

"Cuma mau bilang, badan kamu empuk. Enak buat disandarin,"

Daniel dan Seongwoo sama-sama terkekeh, dan kembali bercerita tentang sedikit hal saat SMA dulu lalu segera menyelesaikan acara mandi berdua tersebut.

Mari berharap, agar salah satu dari mereka akan menaruh hak kepemilikan. Karena author sendiri tau, digantungin itu ngga enak.

--

Suara bel dan ketukan pada pintu menganggu konsentrasi antara kedua insan yang tengah mengerjakan tugas kuliah bersama.

"Udah malem gini kok masih ada yang dateng ya?" ucap Daniel setelah mensave data dari tugas yang sebelumnya ia kerjakan.

Seongwoo tidak menghiraukan ucapan Daniel. Ia masih asik dengan tugas yang ia cari tak lupa dengan earphone yang menempel di kedua telinganya.

Merasa tak di anggap, Daniel beranjak dari ranjangnya dan segera turun menuju pintu depan.

Ia membuka pintu depan yang sedari tadi masih diketuk dan matanya sedikit menyipit melihat siapa yang datang.

"Lama banget dibukainnya Woo. Aku udah nunggu lama...loh kamu siapa?"

--

Ini, aku kasih bonus buat minggu ini di karenakan besok aku sibuk.

Sibuk ngebucin.g

See you next chap

-Dev

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang