Tiga Belas

4.8K 620 57
                                        

Cahaya matahari yang merembat masuk mengganggu tidur pemuda tampan berbahu lebar itu. Ia menggeliat tidak nyaman, dan perlahan membuka matanya.

Tidak seperti yang orang lain yang perlu mengumpulkan nyawa terlebih dahulu, nyawa Daniel seketika menyatu melihat pemuda manis yang tertidur pulas di sampingnya.

Ia mengecup dahi pemuda itu dan mengelus surainya pelan, tidak berniat untuk membangunkannya.

"Danik!"

Bukan, itu bukan suara Seongwoo yang berada di sampingnya. Melainkan suara mama Daniel yang baru saja mendobrak pintu.

"Astaga, itu siapa? Kok badannya mulus banget?" tanyanya sedikit terkejut.

Daniel menaruh satu jari telunjuk di bibirnya, "Sst, mama nih jangan bising dong. Kasian Seongwoonya," ucapnya sedikit berbisik.

"Mama ngapain kesini pagi-pagi?" lanjutnya.

"Mama khawatir tau, habis tadi malem mama mau nanya kabar kamu. Tapi telepon kamu ngga kamu angkat. Yaudah, mama dateng aja kesini,"

Daniel sedikit meringis mendengarnya. Ingatkan, apa yang mereka lakukan semalam?

"Ma, bicaranya diluar aja. Takut Seongwoo ke ganggu," ujarnya sebelum mengusir mamanya keluar.

"Iya iya, mama sekalian mau nyiapin sarapan. Dasar bucin," ucap mamanya sebelum pergi keluar.

Daniel segera memakai bajunya dan hendak keluar, namun perhatiannya tertuju pada Seongwoo yang sedang menggeliat. Ia segera menghampiri Seongwoo dan duduk diujung ranjang.

"Morning," ujarnya.

Seongwoo mengucek matanya pelan, ikut tersenyum karena memperhatikan Daniel yang sedang tersenyum padanya.

"Pagi, mau kemana? Tumben langsung ganti baju," ucapnya dengan suara khas orang sehabis bangun tidur.

"Mama tadi dateng kesini. Tapi aku suruh keluar pas dia liatin kamu tidur,"

Mata Seongwoo membulat sempurna, "Kok kamu ngga bangunin aku sih? Aku jadi malu tau Niel,"

Daniel meringis, "Hehe, abis kamu tidur pulas banget. Ngga tega ngebangunin jadinya,"
"Yaudah pake baju sana, aku tunggu disini,"

Seongwoo mengangguk. Ia segera bangun namun meringis merasa sakit di tubuh bagian bawahnya.

"Kenapa, Woo?"

"Menurut kamu aja aku kenapa," dengusnya.

Daniel terkekeh. Mengerti akan kendala Seongwoo, ia berinisiatif mengambil baju Seongwoo dan memberikannya.

"Makasih Niel," ucap Seongwoo sembari memakai bajunya.

"Yaudah ayo, Woo. Mama udah nunggu pasti," reaksi  Seongwoo hanya diam dan memasang wajah datarnya menanggapi ucapan Daniel.

"Hehe, iya iya sini aku gendong," ujarnya lagi kemudian menggendong Seongwoo di punggungnya.

--

"Waduh, pagi-pagi udah nebar kemesraan aja nih. Mama jadi iri,"

Daniel mendengus, "Apasih ma, minta aja sama papa. Punggung aku cuma buat Seongwoo," ucapnya.

"Ya habis papa kamu kerja terus. Dikit-dikit ke kota ini, dikit-dikit ke kota itu..."

"Terus kamu juga udah besar, udah ada rumah sendiri. Mama jadi kangen pas kamu selalu ngajak Seongwoo main kerumah," ujar mamanya Daniel.

Daniel dan Seongwoo terkekeh, "Yaudah, mama sering-sering aja main kesini. Tapi jangan marah kalau cuma numpang jadi nyamuk," ujar Daniel bercanda.

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang