Tiga

5.7K 916 58
                                    

"Niel, aku kerja dulu. Nanti jangan lupa sisain aku tempat duduk,"

Seongwoo keluar rumah Daniel dengan terburu-buru, meninggalkan Daniel yang masih mandi. Dengan sedikit uang yang ia punya, ia berniat menaiki bus agar sampai ke kafe 'Cloud Coffee' tempatnya bekerja sekarang.

Ia memasuki bus yang baru saja datang, namun tidak diperbolehkan duduk oleh sang supir karena tidak mempunyai kartu e-ticket dan sang supir tidak menerima uang cash.

"Maaf dik, kamu harus punya kartu dulu baru bisa naik,"

"Lah, jadi saya kerja nanti gimana? Udah mau telat ini,"

Bapak supir itu terlihat menghembuskan nafasnya, "Tapi tetep aja, kalau ngga ada kartu kamu ngga bisa naik dik,"

Seongwoo pasrah, ia menyesal karena meninggalkan Daniel tadi. Ia segera turun dari bus, namun tangannya ditarik oleh seseorang.

"Pak, gesek untuk dua orang ya,"

Bapak supir itu mengangguk, kemudian membiarkan Seongwoo dan pemuda tadi masuk.

"Em, makasih," ucap Seongwoo malu-malu.

Pemuda itu tersenyum kemudian menjulurkan tangannya, "Kim Jonghyun, salam kenal ya,"

"E-eh iya, Ong Seongwoo, salam kenal juga ya Jonghyun," ucapnya canggung sembari menerima uluran tangan Jonghyun.

Mereka duduk berdampingan, namun tidak ada yang membuka obrolan. Membuat kesan yang Seongwoo rasakan benar-benar canggung.

"Jadi, um baru pertama kali naik bus?"

Seongwoo mengangguk, "Ngga pernah naik bus sebelum ini," ucapnya pelan.

Jonghyun memandangi Seongwoo yang sedaritadi melihat ke jendela, ia tersenyum teduh. Seongwoo juga merasa wajahnya memanas melihat refleksi Jonghyun yang melihatnya dari jendela.

"Eh anu, aku turun disini. Uangnya aku kembaliin kalo ketemu ya. Eh, atau datang aja ke kafe itu yang ada awan-awannya. Aku kerja disitu soalnya, aku duluan ya," ucap Seongwoo gugup kemudian segera keluar dari bus.

'Iya, senang bisa kenal kamu Seongwoo,'

--

"Eh Seongwoo, cepet ganti baju terus gantiin Minhyun di kasir. Kasian dia nungguin kamu daritadi," ucap Pak Sungwoon, sang pemilik kafe.

Seongwoo meiringis, "Eh iya pak, maaf ya Hyun," ujarnya sembari berjalan melewati Pak Sungwoon dan Minhyun menuju ruang ganti.

Setelah berganti baju, Seongwoo pergi ke belakang meja kasir dan meminta Minhyun mengajarinya sedikit.

"Jadi kalau ada orang mesen minuman atau makanan, kamu tinggal pencet aja namanya di mesin uang. Nih misalnya kamu pesen espresso, kamu tinggal pencet aja tuh tombol yang ada tulisan espressonya. Nanti harganya langsung kecantum sendiri, Woo,"

Seongwoo mengangguk-angguk paham, ia kembali memperhatikan Minhyun menerangkan.

"Nah, misalnya nih total harganya 11,900 won, tapi uang orang yang mesen 20,000 won. Kamu tinggal ketik 20,000 won di tombol angka, terus pencet ini tombol enter. Yaudah tinggal kamu ambil aja uang kembaliannya,"

Seongwoo kembali mengangguk paham, "Oke oke, makasih ya Hyun," ujarnya dengan semangat.

"Yo'i, nanti kalau ada masalah teriak aja namaku. Aku jaga dibelakang,"

Seongwoo memberi acungan jempol untuk Minhyun. Ia mulai menjaga di balik kasir, sesekali menghapal letak-letak tombol yang ada di mesin kasir.

"Ah, selamat datang, ingin memesan sesuatu?" tanya Seongwoo ramah pada pengunjung pertamanya.

"Itu, saya mau mesen iced americano satu, americano hangat satu, terus chocolate cakenya satu yang besar sama strwaberry cheese cakenya satu,"

Seongwoo memencet tombol-tombol dengan nama makanan dan minum yang ada di mesin kasir dengan bangga.

"Jadi total semuanya 23,000 won,"

Perempuan dihadapannya tampak mengambil dua lembar uang 10,000 won dan selembar uang 5,000 won dan memberikannya ke Seongwoo.

'Oke, ini ada kembaliannya,' ucapnya dalam hati dengan semangat yang membara.

Ia segera mengetik nominal uang yang diberi perempuan itu, menekan enter dengan bangga dan mengambil kembalian untuknya.

"Bungkus atau makan disini?" ucap Minhyun yang akhirnya mendatangi Seongwoo karena sedaritadi memperhatikan Seongwoo yang terlalu asik dengan mesin kasir.

"Ah makan disini aja," ucap perempuan itu.

Minhyun mengangguk, "Baiklah, silahkan duduk sebentar. Nanti pesanannya kami antarkan," ujar Minhyun.

Perempuan tadi mengangguk dan segera mencari tempat untuk duduk.

"Aku lupa Woo. Kalau dia udah selesai mesen, kamu tanyain, mau buat makan disini atau dibungkus. Terus kalau udah selesai sama mesin kasirnya, kamu kebelakang kasih tau aku dia mesen minuman apa. Kalau masalah kue, kamu yang ambilin sendiri tuh disamping meja kasir,"

Seongwoo mengangguk cepat seperti anak kecil, "Siap kapten Minhyun!" ujarnya dengan semangat, tak lupa dengan pose hormatnya.

Sepeninggalan Minhyun, Seongwoo kembali fokus mengambil pesanan pengunjung dan melakukan apa yang disuruh oleh Minhyun tadi.

Minhyun juga sesekali memperhatikan Seongwoo yang baru bekerja di kafe ini dan tersenyum melihat betapa lucunya pemuda itu.

'Kayaknya mulai hari ini, aku ngga bisa kerja dengan tenang deh'


--


Halo, ketemu lagi dengan saya hehe.
Semoga ngga bosen kalau saya update terus tengah malam kayak gini.

Saya harap, agar tidak banyak silent reader di work kali ini. 

Jujur, saya kecewa membandingkan view dengan vote yang ada di work sebelum ini. Bukan karena saya panjat sosial atau apa, tapi saya juga bandingin view dan vote dari chap awal dengan chap-chap selanjutnya dan itu bedanya jauh banget.

Jadi ketauan banget kalau work sebelumnya tidak banyak yang berminat.

Maaf kalau kesannya saya jadi galak gini. Peace Out ;v

-Dev

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang