Dua Puluh Lima

3.4K 498 9
                                        

Sudah seminggu sejak kejadian di rumah sakit kemarin, dan sudah seminggu pula Daniel tidak bertemu Seongwoo. Bukannya mereka berantem atau ada masalah, namun Seongwoo sendiri yang meminta Daniel untuk tidak menemuinya dulu sementara sampai dirinya tenang.

"Niel, aku minta tolong ya. Kamu jangan temuin aku dulu buat sementara, nanti kalau aku udah tenang bakalan aku telfon deh," begitu katanya.

Mereka tidak sepenuhnya pisah, bahkan mereka masih bertemu di kampus. Hanya saja ketika bertemu, Seongwoo akan buang muka dari Daniel dan berlalu begitu saja padahal mereka berdua sekelas. Membuat Daniel uring-uringan tidak jelas dan tidak fokus pada mata kuliahnya.

Saat ini, Daniel masih menggumam dan mencak-mencak tidak jelas hanya karena ia tidak sengaja memergoki Seongwoo memperhatikan dirinya dari jauh saat di kampus tadi.

"Apa-apaan dia itu,"

"Kalau udah bosen kenapa ngga bilang?"

"Arghh,"

Begitulah kira-kira gumaman yang menyatakan kondisi Daniel saat ini. Gila dan haus. Gila akan Ong Seongwoo dan haus akan kasih sayang sang kekasih.

Atensi Daniel menoleh ke arah iphone x nya saat benda persegi itu bergetar menampilkan telepon masuk. Dengan segera ia menyambarnya dan memperhatikan siapa yang menelpon, siapa tau Seongwoo sudah agak 'tenang'.

Mama

Raut wajah Daniel berubah menjadi tidak bisa di artikan. Entah kecewa karena Seongwoo tidak menelepon atau senang karena mamanya yang menelepon. Ia pun menggeser tombol hijau untuk menerimanya dan memposisikan iphone x nya di samping telinga

"Halo?"

"Halo, Niel. Gimana kabar kamu?"

"Baik kok ma. Kenapa emangnya ma? Tumben banget mama nanyain ini,"

Terdengar kekehan dari ujung sana, "Jadi mama ngga boleh nelfon anaknya gitu?"

"Bu-bukan gitu..."

"Mama cuma mau bilang kalau mama besok mau dateng. Mau ngelihat calon kamu sekalian, mama kangen abisnya. Eh? Beneran kan kalau dia calon kamu? Jangan bilang kalau kalian belum pacaran?"

"Heh, enak aja mama. Dia udah jadi punyaku ya!" jawab Daniel sewot.

"Iya iya, jangan ngegas dong, emang mama motor kamu gas gitu. Jadi mama boleh dateng ngga nih?"

"Boleh kok ma, boleh. Mama mau nginep ya?"

"Ngga ah Niel, nanti mama iri sama kamu. Mama dateng kesana besok agak siangan, paling pulangnya sore. Oh iya, jangan lupa suruh Seongwoo masak buat mama ya~ Mama pengen banget nyobain masakan Seongwoo,"

"Iya nanti aku bilangin deh,"

Sedetik setelahnya, Daniel baru ingat kalau Seongwoo belum mau ketemu dengannya. Mampus, batin Daniel.

"Eh ma tapi..."

"Yaudah mama tutup ya dadah~"

tut

Sambungan telepon di putus sepihak oleh mama Daniel. Menyisakan Daniel yang diam dan tidak tahu harus bagaimana bila mamanya datang besok. 

Ia melirik ke arah jam di nakasnya. Tanpa ia sadari, dirinya telah mencak-mencak hampir 5 jam dan sekarang sudah jam 11 malam. Daniel meringis, dan merutuki dirinya sendiri.

Karena sudah malas berpikir panjang dan lelah karena mencak-mencak sendiri. Danielpun akhirnya ketiduran dengan pulas di kasurnya.

--

Tidur Daniel yang awalnya tenang dan tentram secara tiba-tiba menjadi riuh. Bagaimana tidak? Tubuhnya sedari tadi di goyangkan oleh seseorang yang terus menerus memanggilnya. Padahal ia ingat sekali jika hanya ada dirinya sendiri di rumah.

"Niel..."

Daniel bergidik ngeri mendengarnya. Ternyata menonton film horror secara terus menerus tidak baik. Efeknya baru terasa sekarang.

"Niel bangun cepet,"

Mana suaranya mirip dengan Seongwoo lagi. Merasa makin takut di hantui dengan bayangan Seongwoo, Daniel menarik selimut untuk menutupi kepalanya dan kembali tidur.

Tidak ada apa-apa lagi setelahnya, hanya terdengar suara desahan lelah seseorang lalu hening. Harusnya Daniel merasa lega kalau hantu Seongwoo tadi sudah pergi. Namun ternyata ia kembali di ganggu, dan kali ini lebih parah.

"Daniel bangun, cepet siap-siap! Bentar lagi mama kamu dateng kan?" ujar suara itu.

 Mata Daniel sontak terbuka mendengarnya. Itu bukan hantu bersuara Seongwoo, melainkan suara asli dari Seongwoo yang tengah menendang-menendang tubuhnya saat ini.

"Seongwoo?" ujar Daniel parau.

"Iya ini aku! Emang kamu pikir apa? Setan?"

grep

Daniel memeluk tubuh Seongwoo. Erat. Mengendus leher sang empunya sepuasnya dan mengecupinya pelan.

"N-Niel, bangun dulu. Bantuin aku beres-beres, berantakan banget ini,"

"Sekarang jam berapa, Woo?"

"Jam 8, buruan,"

Daniel tersenyum di belakang Seongwoo. "Mama dateng agak siangan, gini aja dulu sampai aku puas,"

Seongwoo tidak meronta. Malah, ia senang selalu di perlakukan Daniel dengan benar dan layak seperti ini.

"Kamu mau tau sesuatu ngga, Woo?"

"A-apa itu Niel?"

"Aku kangen. Kangen banget sama orang yang namanya Ong Seongwoo,"

--

Yang berbaik hati bisa dong ya cek work sebelah :)). Ada yang baru di republished, semoga masih suka sama ceritanya.

Habis ini yang manis-manis aja ya sampai end? Biar diabetes

Setuju atau seseven?

-Dev

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang