Seongwoo lelah. Ia lelah dengan semua masalah yang terjadi kepadanya saat ini.
Ia merasa hidup ini tidak adil. Kenapa di saat banyak orang kaya yang bisa bermain uang dengan seenaknya, malah dirinya yang terkena masalah ekonomi saat ini. Ia bukanlah orang seperi itu, hanya pemuda dengan hidup sederhana yang mulai saat ini harus menghidupi dirinya dengan adiknya sendiri.
Terima kasih untuk ayahnya, pria tua yang tidak tau diri itu. Karena dia, semua uang di rekening Seongwoo harus di tarik karena uang itu di duga hasil dari jual beli obat-obatan terlarang milik ayahnya.
Kepala Seongwoo makin terasa pening saat ini, terlalu banyak yang harus ia pikirkan.
Iphone 7 miliknya bergetar menampilkan pesan dari Daniel. Ah iya, Daniel. Ia lupa untuk memberitahu Daniel jika ia pergi tadi siang untuk mengurus masalahnya dengan ayahnya.
DanikDanikDanik
Woo
Kamu kemana aja daritadi siang?
Aku telpon juga ngga di angkat
Kalau kamu baca pesan ini, telpon aku ya?Seongwoo sedikit tersenyum membaca pesan dari Daniel. Dengan sigap, ia mendial nomor milik Daniel di ponselnya dan menunggu Daniel mengengkatnya.
"Em halo, Niel?"
"Astaga, Woo. Kamu kemana aja? Aku khawatir tau. Tadi aku cari ke kafe tapi Minhyun bilang kamu ngga ada,"
"M-maaf, Niel. Aku ngurusin masalah sama ayahku dulu tadi biar ngga nyusahin kamu terus. Sekarang aku juga udah di apartemen, bentar lagi mau tidur hehe,"
Bila Daniel peka. Bisa terdengar jelas itu adalah nada bahagia yang sangat di paksakan.
"Beneran? Bagus deh, Woo. Kamu utang cerita ke aku besok di kampus,"
"Em Niel?"
"Iya sayang?"
"Aku titip absen ya besok. Aku mau istirahat dulu, capek banget Niel,"
"Hm yaudah, aku ke apartemen kamu aja besok,"
"Ng-ngga usah N-Niel, aku...aku ngga mau di ganggu dulu..."
Terdengar suara desahan kecewa dari ujung sana. Membuat Seongwoo kembali mengurut pelipisnya frustasi.
"Oke oke, aku ceritain ke kamu besok malem, oke? Nanti aku telpon. Udah ya, aku tutup dulu. Woof you, Niel,"
"Allright then. Woof you too kitten,"
--
"Bang, ini aku bawain makanan. Di makan dulu,"
"Iya Lin, taruh aja disitu. Nanti abang ambil,"
Guanlin menghela nafasnya pasrah. Sudah dari tadi malam abangnya itu mengunci dirinya di kamar dan bahkan belum makan sama sekali. Nampan sarapan dan makan siang yang Guanlin taruh tadi masih utuh, belum tersentuh sama sekali.
"Bang, aku ngga mau abang mati kelaperan. Jadi tolong dimakan makan malemnya," ujarnya kemudian berjalan ke kamarnya sendiri.
Beberapa detik setelahnya, Seongwoo membuka pintu kamarnya dan mengambil nampan makan malamnya yang di taruh Guanlin tadi dengan malas. Semangkuk sup krim, satu porsi udang tempura, dan salad tertata dengan rapi di atas nampan yang ia bawa saat ini.
Tunggu? Darimana Guanlin belajar memasak? Kalau ia tidak memasaknya, darimana ia mendapatkan uang untuk membeli semua ini? Semua makanan itu jelas bukanlah makanan yang murah.
Merasa masa bodoh, Seongwoo lebih memilih menggelengkan kepalanya pelan karena tidak mau menambah pikiran lalu memakannya.
--
Setelah beberapa menit menghabiskan makanannya, iphone Seongwoo bergetar menampilkan pesan Daniel. Iya, Daniel lagi, ia benar-benar lupa dengan kekasihnya itu sedari kemarin karena memikirkan hidupnya.
Line: DanikDanikDanik
Woo, aku khawatir. Kamu ngga apa-apa kan?Seongwoo tersenyum. Hatinya terasa menghangat karena mengetahui masih ada orang yang peduli dengannya selain Guanlin. Tanpa menunggu lama, ia segera menelpon Daniel.
"Ah halo Woo. Kamu kemana aja hari ini? Ngga ada kabar sama sekali malah. Aku khawatir banget tau,"
Seongwoo tertegun, "Maaf Niel, aku pengen istirahat aja. Jadi ngga megang hape sama sekali,"
"Tunggu bentar, Woo," setelahnya, jaringan telepon di putus oleh Daniel dan digantikan dengan sebuah panggilan video call.
Seongwoo segera menggeser tombol hijau dan tersenyum melihat wajah Daniel dari sebrang sana.
"Halo Niel,"
Yang di sana terkekeh melihat kekasih lucunya dengan filter kucing yang menghiasi wajahnya.
"Loh? Kok mukaku ada kucingnya? Ini ngga rusakkan Niel?"
"Hehe, ngga kok. Jangan di ganti filternya, kamu lucu kalau kayak gitu,"
"Jadi...mau ceritain sekarang atau mau gemes-gemesan dulu?"Benar, Seongwoo juga lupa kalau ia punya utang cerita untuk Daniel.
"Aku cerita, tapi kamu jangan kaget ya,"
Seongwoo bisa melihat jika Daniel mengangguk menanggapi jawabannya. Ia menghela nafasnya. "Ayah di rumah sakit sekarang,"
"Dia..."
"Dia overdosis, Niel,"
"I'm sorry, Woo,"
"No it's ok,"
"Hey, kamu ada masalah lain? Coba kasih tau aku pelan-pelan,"
"Ngga ngga, nanti aku nyusahin kamu terus. Udah ya Niel, aku tutu..."
"Eh tunggu dulu Woo. It's oke, Woo. Aku bakalan ada di samping kamu, so no need to panic, ok?"
Seongwoo mengangguk lalu kembali menatap mata Daniel di sebrang sana.
"Ayah kena kasus penyelundupan narkoba Niel. Jadi...ja-jadi..."
Tangisan Seongwoo pecah. Air matanya mulai mengalir dengan deras.
"Jadi Niel. Uang di re-keningku di tarik sama pi...pihak ke-polisian,"
Seongwoo berusaha tegar. Daniel bisa melihat itu dari caranya berusaha untuk menyampaikan semua masalahnya.
"Terus ka-rena a-aku ngga pu-nya uang lagi sekarang. Ja-jadi aku ha-rus mi-kir buat bisa bayar se-muanya, Niel,"
Daniel tersenyum. Bukan bahagia melihat Seongwoo sengsara, melainkan bahagia melihat betapa tegarnya kekasihnya saat ini.
"You know what? Aku ke apartemen kamu sekarang, pinnya masih sama kan?"
tut
Dan sambungan video call mereka di putus sepihak oleh Daniel.
--
Adakah yang masih nungguin work ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Him - OngNiel
Fanfic[End][BxB] Hanya kisah cinta Ong Seongwoo dengan berbagai masalah yang ia hadapi dan dia.