Tujuh Belas

3.7K 582 29
                                    

"Dia nembak kamu?"

Seongwoo mengangguk sebagai jawaban, ia kembali menyesap milk teanya.

"Jadi, kamu jawab apa?" ujarnya sedikit tidak rela.

Seongwoo tampak berpikir sebentar sambil mengetukkan telunjuknya di dagu lalu kembali tersenyum cerah.

"Aku jawab ngga..."

Penasaran apa yang terjadi tadi malam? Jadi ceritanya begini...

"Jadi Woo, kamu mau ya jadi pacarku?"

Mata Seongwoo berbinar namun ia menepis tangan Daniel yang sedang menggenggam tangannya.

"Cara kamu ngga romantis banget ngajakin aku ke tempat gelap-gelap kayak gini. Pas kamu nembak Sejeong aja sampe nyuruh-nyuruh aku niupin balon warna pink unyu gitu. Ngga mau ah Niel," kesalnya.

Raut wajah Daniel berubah. Ia kecewa, sangat kecewa dengan jawaban yang Seongwoo berikan.

"Aku di tolak nih, Woo?" lirihnya pelan.

Tawa Seongwoo pecah seketika. "Aku ngga bilang aku nolak kamu. Aku cuma bilang ngga mau," ujarnya sambil tertawa.

"Ya makanya itu, Woo. Kamu ngga mau kan jadi pacar aku? Sama aja aku ditolak kalau gitu,"

Lagi, Seongwoo tertawa melihat wajah Daniel yang terlihat seperti anak yang permennya baru saja dicuri. Setelah berhenti tertawa ia segera menggenggam tangan Daniel, lalu mengelus pipi Daniel pelan sambil tersenyum.

"Niel..."

"Ah aku ngga mau denger kamu ngomong dulu, Woo. Aku lagi mikir gimana cara nembak kamu yang bener biar aku diterima,"

Seongwoo terkekeh. "Hey, aku kan udah bilang kalau aku ngga nolak kamu..."

"Aku cuma bilang ngga mau. Ngga mau nolak buat jadi calon suaminya Kang Daniel,"

Daniel menoleh ke arah Seongwoo dengan tatapan berbinarnya. Sudut bibirnya tertarik untuk tersenyum dan tangannya terulur untuk merengkuh tubuh kurus Seongwoo.

Sama dengan Daniel, Seongwoo tersenyum lebar. Ia membalas pelukan Daniel tak kalah erat.

Pelukan mereka terlepas. Keduanya saling menatap mata satu sama lain dengan senyum yang masih belum hilang.

"Jadi, aku pacar kamu sekarang, Woo?" Seongwoo mengangguk.

"Aku udah boleh cemburu sekarang?" lagi, Seongwoo mengangguk.

"Aku udah boleh jagain kamu sekarang?" masih, Seongwoo masih betah mengangguk menanggapi Daniel.

"Aku udah boleh nyodok kam..." cukup, sebelum Daniel ngelantur kemana-mana, Seongwoo sudah membungkam bibir Daniel dengan bibirnya sendiri.

Tidak ada nafsu dalam ciuman kali ini. Hanya ciuman yang menyalurkan kebahagiaan yang baru saja di dapatkan oleh kedua manusia itu.

Ciuman dengan lumatan yang teratur dan lembut, tempo yang pelan, serta tidak ada tangan Daniel yang nakal itu seperti sensasi baru yang Seongwoo rasakan.

Tubuhnya menghangat, jantungnya berdegup kencang, serta perutnya terasa seperti dikelilingi oleh ribuan kupu-kupu di taman bunga.

Ciuman keduanya terputus saat Seongwoo memukul dada Daniel pelan. Keduanya kembali menatap manik satu sama lain, lalu kembali tersenyum.

Daniel merangkul Seongwoo dan Seongwoo menyandarkan kepalanya di pundak lebar milik Daniel.

"Makasih, udah mau nerima aku Woo," ujar Daniel.

"Makasih juga Niel. Untuk semuanya," balas Seongwoo.

Kedua manusia itu kembali menikmati waktu mereka bersama di bawah bulan yang menyinari mereka.

"Loh kamu beneran jawab ngga? Berarti aku masih ada kesempatan dong,"

"Apasih Hyun? Aku belum selesai ngomong juga. Aku jawab ngga...

"...ngga nolak buat jadi calon suaminya, hehe,"

Pupus sudah harapan Minhyun untuk menaruh hak milik kepada Seongwoo hari ini. Raut wajahnya kembali berubah menjadi tidak rela.

"Tapi Hyun, kamu ngajakin aku ngobrol ke tempat bagus ini mau ngapain? Kan katanya ada yang mau kamu omongin sama aku?"

"Eh itu..."

"Waduh maaf Hyun, lain kali aja ya ngomongnya? Itu Daniel udah jemput. Aku duluan yah, dadah~," timpal Seongwoo sebelum Minhyun menyelesaikan kalimatnya.

Minhyun menatap punggung kecil Seongwoo yang berjalan menjauhinya kemudian menghilang saat memasuki mobil yang ia duga milik si Daniel Daniel itu.

Ia menghela nafasnya pasrah.

"Iya, Woo. Nanti aja aku ngomong ke kamunya. Tunggu kamu putus sama dia,"

--

Em, teman-teman. Aku minta tolong ya?

Kalau ada typo atau apa, mohon bantuannya untuk mengomentari.

Terima kasih

-Dev

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang