Dua Puluh Tiga

3.5K 493 16
                                    

WARN: Ada slight PanWink, jadi kalau yang ngga nyaman bisa di skip aja.

--

"Halo?"

"..."

"Ah iya, saya Seongwoo,"

"..."

"Ayah saya? U-udah bangun?"

"..."

"O-oh o-oke, m-makasih dok,"

"Siapa itu, Woo?" tanya Daniel yang baru aja selesai buang air kecil dari kamar mandi.

"Oh, dari rumah sakit Niel. Katanya ayahku udah bangun,"

Daniel mengangguk-angguk paham, sama dengan Seongwoo, tidak ada reaksi berlebihan yang ia berikan. Aneh, kemarin mati-matian Seongwoo menahan tangisannya di kamar agar tidak terdengar oleh Guanlin. Sekarang setelah bersama Daniel, dunia serasa milik mereka berdua.

"Nanti aja ya, jenguknya? Habis aku kuliah,"

Kepala Seongwoo menoleh ke arah Daniel. Benar juga kata Daniel, ayahnya sudah bangun sekarang, itu berarti ia harus menjenguknya bukan?

Setelah bergulat dengan pikirannya sebentar, Seongwoo menganggukkan kepalanya canggung ke arah Daniel. "Siap Niel, abis kamu kuliah pokoknya jemput aku. Jangan lupa absenin aku, hehe," ucapnya diikuti dengan kekehan pelan dari mulutnya.

Daniel tersenyum teduh sembari menganggukkan kepalanya pelan. Rasanya aneh sekali pagi ini. Ternyata benar juga, cinta bisa mengubah segalanya.

--

"Iya sebentar!"

Suara bel yang sedari ditekan dengan tidak sabar harus membuat mandi pagi Guanlin terusik. Dengan hanya memakai handuk yang melingkar di pinggangnya, Guanlin pun keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju pintu depan.

"Maaf lama, ada apa ya pagi-pagi dateng ke...eh? Jihoon?"

"Iya hehe, kamu kok lama banget bukain pintunya?"

"Aku habis mandi, Hoon. Masuk dulu, aku mau pake baju," ujar Guanlin sambil membukakkan pintu masuk untuk Jihoon.

Awalnya, Jihoon mengira Guanlin sudah memakai singlet atau setidaknya bathrobe. Namun entah keberuntungan darimana, ia sudah melihat tubuh mulus Guanlin pagi-pagi begini. Memang tidak salah jika ia tadi harus bangun jam 5 hanya untuk mengajak Guanlin berangkat bersama.

Mata Jihoon masih memperhatikan bagaimana kurus dan putihnya tubuh Guanlin sampai-sampai ia tidak sadar tujuan awalnya datang ke sini. Wajah Jihoon memanas hanya karena Guanlin melap air yang turun di dadanya. Jihoon mesum? Emang, tapi hanya ke Guanlin.

Bagaimana dengan Guanlin? Ia tentu sadar jika badan kurusnya yang terekspos itu bisa mengundang pikiran mesumnya Jihoon. Namun apa boleh buat, ia suka melihat wajah Jihoon saat ia berpikiran mesum. Seperti manusia yang tidak pernah di beri makan setahun kalau menurut Guanlin.

"Eh tadi aku mau ngapain ya?"

"Eh...itu...anu...iya anu, eh?" Jihoon gelagapan seketika, membuat Guanlin terkekeh tanpa sadar.

"Oh iya, aku lupa pake baju, hehe. Tunggu sini ya Hoon," ucapnya sembari meninggalkan Jihoon yang sudah frustasi ingin menyentuh dada Guanlin.

"Dasar Guanlin, untung aku udah sarapan tadi,"

--

"Jadi...masalah kamu sama ayah kamu udah selesai, Lin?"

"Belum semua sih, tapi untuk sementara udah agak reda. Kenapa emangnya, Hoon?"

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang