Dua Puluh Enam

3.4K 485 14
                                        

"Niel, mama kamu kok ngga dateng-dateng ya?"

"Hng? Ngga tau juga Woo. Mungkin aja telat karena ada urusan,"

Seongwoo mengangguk-anggukan kepalanya pelan sambil lanjut memotong sayur-sayuran untuk di buat salad nanti. Dibantu oleh Daniel yang sedang mencuci daging.

"Woo, ini dagingnya abis dicuci mau di apain? Dijemur ya?"

Seongwoo menggelengkan kepalanya heran sambil terkekeh pelan. Daniel ini sangat aneh menurutnya. Saat sedang lapar begini, pasti selalu aja ngelantur tidak jelas.

"Taruh sini aja Niel, sisanya aku yang lanjutin. Kamu kalau mau istirahat ya istirahat aja dulu," ujar Seongwoo tanpa menoleh ke arah Daniel.

Tidak ada jawaban setelahnya, melainkan pelukan Daniel yang terasa di tubuh Seongwoo.

Seongwoo jelas tersentak, namun ia lebih memilih tersenyum dan terkekeh kecil.

"Sana dulu ih Niel, orang lagi masak juga," ucapnya tapi tidak menjauhkan tangan Daniel di perutnya.

"Aku kangen sama kamu Woo. Kamu tau ngga? Aku tiap hari udah ngga tahan buat dateng ke apartemen kamu, tapi karena kamu bilang ngga usah ketemu dulu jadi ngga aku lakuin,"

"Udah berhari-hari aku mondar-mandir ngga jelas nungguin kabar dari kamu. Untung aku masih sabar, kalau ngga udah aku terkam kamu tadi Woo," lanjutnya sambil mengecupi tengkuk Seongwoo.

Bisa Daniel rasakan jika Seongwoo berhenti dari aktivitasnya dan berbalik menghadap dirinya. Keduanya saling bertatapan, saling mengagumi satu sama lain.

"Jadi ngga jadi nerkam aku?" anggukan Daniel berikan sebagai jawaban.

"Yaudah, sekarang gantian. Aku yang nerkam kamu,"

Setelah mengucapkan itu, Seongwoo segera mencium Daniel dengan lembut. Sungguh, Daniel tidak menyangka ini akan terjadi. Tubuhnya menegang seketika dan otaknya blank hanya karena ciuman yang tidak ia dapatkan selama seminggu ini.

Setelah otaknya berjalan dengan normal, ia pun segera membalas ciuman Seongwoo tak kalah lembut darinya.

Awalnya, ciuman itu terasa imbang karena tidak ada pihak yang ingin mendominasi. Namun Daniel berpikiran lain. Dengan segenap tenaga yang ia punya, ia segera mengangkat Seongwoo ke atas meja makan dan melumat bibir Seongwoo kasar hingga Seongwoo kewalahan untuk mengimbanginya.

"Nghh..." satu desahan lolos dari bibir Seongwoo.

Membuat Daniel tambah bergairah dan segera membuka seluruh kancing kemeja Seongwoo tanpa melepas celemek yang masih bergantung di leher Seongwoo.

Tangan Seongwoo juga tidak diam. Ia sedaritadi sudah menggerayangi tubuh Daniel yang sudah terekspos entah sejak kapan.

"Ahh Nielhh..." Seongwoo mendesah lagi saat Daniel sudah memelintir kedua noktahnya nakal.

Niat Daniel awalnya ingin kembali menelusuri tubuh Seongwoo dan menggodanya agar ia mendesah lagi dan niat awal Seongwoo hanya ingin menikmati sentuhan-sentuhan nakal Daniel dan kembali berperang lidah dengan pemuda itu.

Namun keduanya harus menepis niat itu jauh-jauh setelah mendengar teriakan dari mamanya Daniel.

"ASTAGA!!! KALIAN BERDUA NGAPAIN DI MEJA MAKAN?"

--

"Bisa di jelasin yang kalian lakuin tadi?"

Setelah di teriaki dan di omeli habis-habisan tadi, Seongwoo dan Daniel segera mengambil dan memakai baju mereka masing-masing dan melanjutkan aktivitas mereka dalam diam. Tidak berani bersuara sama sekali.

"Kalian berdua bisu ya?"

"Maaf ma," ujar Seongwoo lirih.

"Untung tadi yang ngeliat mama bukan orang lain, kalau itu orang lain, bisa habis kalian berdua di gebukin sama tetangga,"

Keduanya kembali menunduk takut melihat Mama Kang yang masih marah.

"Kamu juga Niel, belum sah aja udah sok-sokan ngelakuinnya di meja makan. Jangankan sah, kalian aja masih belum ada status yang jelas,"

"Eh ma ngga gitu..."

"Apanya yang ngga gitu? Kamu itu laki-laki loh Niel, ngga boleh mainin perasaan Seongwoo terus,"

Daniel kembali menyela. "Tapi ma..."

"Kamu itu diem deh Niel, kamu mau jadi anak durhaka karena ngelawan mama terus?"

Akhirnya, Daniel menyerah. Ia menghela nafasnya kasar dan lebih memilih diam mendengar apa kata mamanya.

"Walaupun Seongwoo laki-laki juga, tapi kan ngga baik kalau mainin perasaan orang terus. Apalagi yang kamu mainin perasannya itu laki-laki sebaik Seongwoo. Ntar kalau Seongwoo pergi, awas aja kamu merengek ke mama lagi. Bener ngga Woo?"

Yang ditanya hanya bisa meringis dan tersenyum paksa.

"Sebenernya ma..."

"Aku udah lama pacaran sama Daniel," cicit Seongwoo.

Sontak mata mamanya Daniel melebar mendengarnya. Terlalu bahagia karena bisa mendapat calon mantu idamannya.

"Kenapa kamu ngga bilang daritadi sih Niel? Kalau gitu kan mama ngga bakal marah-marah kayak tadi,"

"Tapi ma..."

Sebelum Daniel berbicara, Seongwoo sudah menyelanya duluan dengan menggenggam tangan Daniel dan menggeleng pelan saat Daniel memperhatikannya.

"Yaudah-yaudah, mama minta maaf karena salah paham tadi. Jadi sekarang kita makan aja dulu ya. Masih banyak yang mau mama tanyain ke kalian," ujar mamanya Daniel dengan senang sebelum mereka bertiga menyantap makanan yang di buat Seongwoo tadi dengan khidmat.

--

Seperti biasa, Seongwoo dan mamanya Daniel segera membereskan meja makan dan mencuci piring berdua. Tentunya dengan percakapan antara mantu dan mertua.

"Jadi selama pacaran sama Daniel, kamu seneng ngga Woo?"

Seongwoo mengangguk dengan antusias. "Seneng. Seneng banget malah ma. Walaupun banyak banget masalah yang harus kami hadapin, tapi kami selalu ngehadepinnya berdua," ucapnya bahagia.

Mamanya Daniel ikut tersenyum mendengarnya.

"Mama punya satu pertanyaan lagi, kamu pokoknya harus kasih tau mama,"

"Tanya aja ma, siapa tau Seongwoo bisa jawab,"

"Apasih rahasia kamu buat godain Daniel selain badan mulus sama wajah cantik kamu? Kan mama juga mau biar papanya Daniel mau sama mama lagi hehe,"

Seongwoo gelagapan....benar, ia baru ingat. Mama dan anak yang satu ini tidak ada bedanya.

--

Apa ini ya lord wkwkwk.

Adakah yang masih setia menunggu ff abal-abal ini?

Him - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang