Bagian 5

97.2K 9.9K 1.3K
                                        

Too many secrets

────୨ৎ────

JIKA ada kuesioner tentang apa yang paling cepat berubah di dunia ini? Maka jawaban paling akuratnya adalah pikiran manusia. Cepat sekali, rasanya lebih cepat dari MRT. Tidak sampai satu detik, manusia bisa berubah haluan dan keinginan. Dan karena aku bagian dari mereka yang disebut 'manusia', sekarang aku berubah pikiran lagi. Aku benar-benar tidak ingin berangkat kerja, cause I know the office atmosphere will make me feel uncomfortable now.

Sepertinya lebih baik berada di hari kemarin saja, tanpa harus melewati hari-hari berikutnya. Perasaan dan pikiranku sedikit berantakan akibat perkataan Athaya semalam, dan itu membuatku tidak ingin melihatnya lagi. Padahal semalam aku begitu hectic menyiapkan pakaian untuk berangkat kerja. Semoga saja atmosfer buruk ini segera menghilang sebelum aku sampai di kantor. Let's hope!

"Sesusah itu ya makan sama sayur? Rasanya satu suap dikunyah satu abad," tanya Bang Abil ketika melihat tumis brokoli dan wortel di piring ku tidak berkurang sedikit pun.

Aku hanya melahap nasinya saja, itu pun sengaja kuambil dua-tiga sendok agar cepat habis. Tumis sayur kutambahkan ke piring hanya untuk formalitas. Aku tipe orang yang makan sedikit dan tidak bisa makan cepat and you may have felt like that. Orang yang memasak kadang tidak berselera makan setelahnya.

Ketika melihat tubuhku yang hanya tulang berlapis kulit, orang-orang sering sekali berkata "Jadi Shafira enak, pake baju apapun pasti masuk." "Kamu nggak perlu lagi insecure sama berat badan," atau "Bisa punya badan sekecil itu, program dietnya gimana, Shaf?" Fyi, berat badanku memang selalu underweight satu kilo dibawah berat ideal.

Padahal punya tubuh kecil juga menyiksa, mereka belum pernah mengetahui bagaimana rasanya menggunakan handshock longgar, dress kebesaran, ukuran sepatu nanggung dan jam tangan yang berputar di pergelangan meski sudah dikaitkan pada ukuran paling kecil. Yang kelebihan berat badan punya kemungkinan obesitas, yang kekurangan berat badan juga rentan terkena TBC. Every weight has its respective consequences, jadi mari kita bersyukur atas kelebihan dan kekurangan masing-masing.

"Memangnya kamu nggak akan kesiangan nyampe ke kantor? Makan penuh khidmat begitu?" tanya Bang Abil lagi ketika aku tak kunjung menjawab pertanyaannya karena terlalu fokus pada handphone. Aku menggeleng pelan menjawabnya. Tanganku sibuk berselancar di Instagram mencari username milik Athaya, mungkin saja aku bisa mendapatkan informasi tentang ibunya di sana.

"Kayaknya semalam kamu bangun lebih awal ya?" tanyanya lagi.

"Eum ..." jawabku sembari mengangguk lagi. Setiap hari Senin, Ayah tidak pernah ikut sarapan dengan kami. Itulah kenapa meja makan hanya diisi aku dan Bang Abil. Ayah sering berangkat lebih awal dan membawa sarapannya ke tempat kerja, karena jalanan Jakarta selalu unpredictable di hari senin—itu menurut Ayah—padahal menurutku dihari lain pun sama saja.

Ayah bekerja disebuah perusahaan serba oranye yang memiliki motto on time every time, itulah kenapa dia paling anti yang namanya ngaret dan paling tidak suka membuang-buang waktu. Guess where he works? Yup, di POS Indonesia. Setiap harinya dia berkeliling Kota Jakarta dan membuat orang-orang bahagia dengan cara mengetuk pintu rumah mereka sambil berteriak "Paket ..." dengan nadanya yang khas.

"Lama-lama kamu bisa ketularan aneh juga. Separah apa sih bos mu itu? Sampai kamu nggak bisa makan dengan tenang," selidiknya karena aku lebih banyak diam. Saat aku bersikap seperti ini saja, baru dia berbicara sehalus itu. Semalam ketika aku membahas sikap aneh Athaya, dia kemana saja?

"Sekarang aku baru kesiangan," kataku dengan wajah datar tanpa ekspresi, padahal tidak ada orang yang kesiangan memasang wajah sesantai itu. Aku tidak mau menceritakan soal Athaya yang menghubungiku semalam. Abangku cukup sensitif ketika ada orang yang memperlakukan atau berbicara kasar padaku.

SHAF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang