DIRGA (2)

10.1K 418 3
                                    

Rooftop. Tempat yang paling di sukai Dirga CS di SMA Rajawali. Mereka bertiga cukup sering mengunjungi tempat ini untuk menghilangkan rasa jengahnya belajar.

Dirga duduk di sebuah kursi yang sudah terlihat buluk sambil memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang dari atas sana.

Menit berikutnya tanpa di sadari Dirga, sebuah lengkungan terbentuk manis di bibirnya.

Senyuman itu berasal dari ingatannya tentang betapa lucunya gadis itu saat tertawa yang sedari tadi berhasil memenuhi kepalanya.

Sesaat kemudian, otaknya seolah tak membiarkannya untuk berlama-lama mengingat gadis itu kini beralih ke ingatan tentang ucapan sahabatnya sewaktu di kelas tadi. Ucapan yang mengatakan gadis manis nya adalah gadis cupu.

Setelah berkecamuk dengan pikirannya yang semakin tidak jelas. Dirga memilih merebahkan badannya di kursi buluk itu dengan tangan menutupi kepalanya.

"Persetan dengan seragam." ujarnya.

🍒

Bel istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Tetapi Ana masih sibuk dengan buku tebal di depannya saat ini.

Sedangkan Lisa sudah lebih dulu pergi ke kantin. Awalnya Ana di ajak namun gadis dengan pipi tembam itu tetap menolak dengan alasan 'sudah kenyang'. Nyatanya, sedari tadi perutnya berbunyi tanpa henti.

"Gak ke kantin lo?" mendengar suara, ia mendongakkan kepala dan dengan kaget di dapatnya Aldy dan Rafa sedang berdiri di depannya.

"Nggak" jawab Ana berusaha jutek.

"Jutek amat lo. Ntar gak ada yang mau temenan sama lo." ujar Rafa.

"Kan ada Dirga." timpal Aldy. "Eh iya, Dirga tadi titip salam sama kita. Katanya salamin sama cewek cupu itu." lanjut Rafa dengan terkekeh. Lalu keduanya berjalan pergi meninggalkan kelas.

Ana yang mendengar perkataan mereka hanya mendengus kan nafasnya pelan dan berucap, "Sabar Ana. Mereka cuma bercanda." sembari mengelus dadanya.

Tanpa berlama-lama memikirkan kejadian yang tak mengenakkan hati. Ana kembali ke kegiatan awalnya yaitu menyibukkan diri membaca buku tebal di hadapannya saat ini.

🍒


Baru sejenak masuk, duduk dan ingin bercerita bersama teman sebangku masing-masing sembari menunggu guru yang akan mengajar. Tiga menit berikutnya suasana kelas berubah menjadi hening ketika mendengar suara langka kaki yang berjalan masuk ke kelas 11 IPA 2 dengan mata tajam serta rahang yang tegas.

"Assalamualaikum anak-anak." ujar guru perempuan dengan suara lantang.

"Wa'alaikumsalam Buk..."

"Perkenalkan nama saya Tetinawati. Kalian bisa panggil saya Ibuk Teti. Saya disini mengajar Matematika."

"Dan saya adalah Wali Kelas kalian." sambungnya.

Ketika mendengar kata 'Wali kelas kalian' terdapat tiga macam ekspresi yang muncul dari tiga puluh wajah murid kelas 11 IPA 2, yaitu:
Pertama, ekspresi pasrah dengan senyum tipis yang di paksakan sembari menghembuskan nafas pelan.
Kedua, ekspresi yang menampilkan senyuman lebar seolah senang mendengar kalimat terakhir Buk Teti.
Ketiga, ekspresi datar yang tak perduli apapun.

Bisa di tebak bukan siapa saja pemilik ekspresi ketiga? Ya benar! Dirga, Aldy, dan Rafa.

"Sebelumnya saya ucapkan selamat atas keberhasilan kalian hingga bisa naik kelas dan berada di kelas IPA 2. Berhubung saya tidak banyak tau dengan kalian kecuali tiga mahluk di pojokkan itu." ucap Buk Teti menunjuk Dirga CS dengan jari telunjuk.

Rafa tersenyum lebar, lalu berdiri sembari memberikan gaya hormat ke setiap sudut kelas. Buk Teti, dan dua temannya menggelengkan kepala melihat tingkah Rafa. Sedang murid lainnya seolah bersyukur dengan tingkah Rafa tersebut yang membuat suasana menjadi cair.

"Mari kita mulai memperkenalkan diri kalian terlebih dahulu. Dan cukup berdiri di kursi masing-masing."

Sesi perkenalan di mulai dari tempat duduk paling depan dekat pintu masuk dan bergilir ke samping.

Tiba di barisan kedua, nomor meja ke tiga, "Hai. Perkenalkan nama saya Ana Septiana." Ana memperkenalkan dirinya tak tinggal dengan senyum manis nya. Setelah memperkenalkan diri dan kembali duduk. Terdengar sebuah suara yang berasal dari pojok kelas, berkata, "Hai cupu. Gue Aldy. Calam kenal ya!"

"Gue Rafa. Calam kenal juga ya Ana ci cewex cupu." ujar Rafa meniru Aldy dengan nada suara yang di buat-buat bak anak kecil yang berhasil membuat seisi kelas tertawa. Tidak berlaku untuk Dirga.

Ana hanya memberikan senyuman manisnya. Walaupun ingin rasanya ia menangis karena ulah mereka yang membuat diri nya malu.

"Sudah-sudah!" Buk Teti menghentikan murid yang tertawa akibat ulah Rafa dan Aldy dengan menghentakkan penggaris kayu ke meja guru. Seisi kelas kembali diam.

Sesi perkenalan di lanjutkan hingga tiba giliran Tino, cowok yang duduk di pojok sebelah kanan bertepatan dengan suara bel pulang yang berbunyi nyaring dan di sambut suara sorakan dari beberapa kelas yang terdengar ke kelas lain.

🍒🍒

Dirga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang