Dirga dan Rafa sedari tadi berjalan menelusuri beberapa tempat yang ada di SMA Rajawali untuk mencari Aldy. Pasalnya teman mereka satu itu dari pagi hingga bel istirahat berbunyi tidak masuk kelas. Padahal sebelum bel masuk pagi tadi mereka melihat Aldy sedang bercanda gurau dengan teman kelas mereka.
Rooftop, Perpustakaan, Kantin, Taman belakang sekolah serta tiga puluh ruang kelas sudah mereka datangi satu persatu tapi hasilnya tetap nihil juga.
Dirga memikirkan satu ruangan yang sempat mereka lewati dengan alasan Aldy tak mungkin masuk ke dalam sana. Karena mereka tahu laki-laki itu tak menyukai bau obat-obatan.
"Kita ke ruang UKS, Raf!" pinta Dirga berjalan lebih dulu.
"Tapi kan Ga."
"Iya gue tau Aldy gak suka sama bau obat. Tapi gak ada salahnya kan kita coba ke sana." keukeuh Dirga hingga akhirnya Rafa mengalah dan mengikuti langka Dirga.
Sampailah mereka di depan ruangan khusus untuk orang-orang sakit. Pintu yang sedikit tertutup menandakan ada orang di dalam. Dengan pelan Dirga membukanya. Setelah pintu terbuka sepenuhnya, benar saja di atas kasur berlapis sprei putih terdapat laki-laki yang sedang tertidur dengan kondisi tangan di perban kain putih khas orang habis kecelakaan.
Keduanya mendekat kearah Aldy. "Al, tangan lo kenapa?" tanya Dirga.
"Ini salah gue. Kenapa gue harus dekat dengan Ana sewaktu di sekolah." lirih Rafa.
Dirga hanya tersenyum samar mendengarkan lirihan temannya itu, "Jadi apa kata Aldy pagi tadi benar. Lo suka sama Ana, Raf?" tanya Dirga dalam hatinya.
"Aldy tadi jatuh sewaktu dia mau manjat pagar sekolah dan ketahuan sama Pak Ipul." suara wanita yang datang dari arah belakang kedua nya.
"Aldy manjat pagar sekolah?" tanya Rafa pada Yeni meyakinkan.
"Iya, dia manjat pake tangga yang ada di belakang sekolah. Tepat di bagian tangga terakhir, teriakan Pak Ipul buat dia kehilangan keseimbangan."
"Tapi tenang aja dia cuma luka kecil kok." sambung gadis berponi itu.
Dirga juga Rafa mengangguk paham dengan apa yang di jelaskan Yeni. Tak lama dari itu, Aldy sadar. Ia membuka matanya seraya memegang kepala.
"Ngapain lo kesini?!" tanya Aldy dengan ketus pada Rafa. Tetapi, Rafa tak mengindahkan pertanyaan Aldy. Ia melihat Aldy yang berusaha untuk duduk, dengan cepat berniat membantunya.
"Gue gak butuh tangan lo, cupu!"
"Al,"
"Diem lo, Ga. Lo gak tau apa-apa!"
"Al gue mau ngejelasin semuanya. Apa yang lo liat itu ga---" dengan cepat Aldy memotong perkataan Rafa, "gue gak butuh penjelasan lo. Apa yang udah gue liat tadi udah lebih dari bukti."
"Pantes lo nanya sama gue pernah atau enggak suka sama orang dalam diem. Terus pulang sekolah kemarin lo ngebonceng itu cewek. Ternyata lo suka sama dia?! Hahaha pantes sih sama-sama kampungan!"
Rafa yang tak tahan lagi dengan ucapan yang di lontarkan Aldy untuknya. Ia memilih pergi tanpa meninggalkan satu katapun. Berbicara yang sebenarnya juga percuma, Aldy tak akan percaya.
Yeni yang melihat pertengkaran dua laki-laki itu hanya diam. Ia tak mengerti dengan pembicaraan keduanya. Berbeda dengan Dirga, ia tak menyangka jika Rafa juga menyukai gadis yang sama dengannya.
Sejak kapan?
🍒
"Raf," panggil Ana ketika berlintasan dengan Rafa.
Rafa yang sedari tadi berjalan menunduk, merasa namanya di panggil mendongakkan kepala. "Iya Na, ada apa?" tanya Rafa seraya mendudukkan tubuhnya di bangku koridor yang juga di ikuti Ana.
"Aldy ketemu?"
"Iya, dia sekarang lagi ada di UKS."
Ana yang tak tahu apa-apa terkejut mendengar ucapan Rafa. "UKS? Emang dia kenapa, Raf?" ujarnya dengan nada cemas.
"Dia tadi mau bolos, tapi ketahuan pak Ipul. Terus---." Belum sempat menyelesaikan ucapan nya. Gadis itu hendak berdiri pergi. "Mau kemana, Na?" tanya nya.
"Ke UKS, jenguk Aldy. Gue ngerasa bersalah banget sama dia." ujarnya lalu berjalan cepat meninggalkan Rafa.
"Lo emang baik banget, Na. Gue ngerasa bersalah sama lo." gumam Rafa lalu ia ikut menyusul Ana.
Ana yang baru tiba di depan UKS, langsung berjalan mendekat ke arah Aldy juga Dirga, yang tak lupa juga ada Yeni di dekat mereka.
"Aldy... Gue minta maaf.. Rafa---"
Aldy menoleh, "oh jadi lo pergi tadi buat manggil pacar baru lo ini. Lo ngadu, Raf?!" ucapnya yang melihat Rafa berdiri di ambang pintu.
"Aldy, Rafa nggak salah yang salah itu gue." tutur Ana dengan lembut.
"Baru sadar lo, kalau lo selalu salah!"
"Emang ya udah kampung, cupu, keganjenan juga! Gak dapet Dirga, Rafa juga di embat! Lo pake pelet apa emang?!" tanya Aldy menusuk.
Ana terkejut mendengar perkataan menusuk dari Aldy. Ia menunduk meneteskan air matanya.
"Lo pikir gue bakal kasihan gitu ngeliat lo nangis? Jangan ngarep deh!"
"Oh jadi gara-gara cewek ini mereka berantem. Padahal cantik juga nggak." ucap Yeni membatin.
"Udah sana pergi lo! yang ada tambah sakit gue ngeliat lo berdua." usir Aldy.
"Ana keluar dulu ya, gak papa kan?" ujar Dirga lembut pada Ana. "Raf, bawa Ana keluar dulu. Kasihan dia."
Rafa menarik tangan Ana lembut berusaha mengajaknya keluar dari ruangan bernuansa putih itu. Untungnya Ana langsung menurut.
"Nih lap dulu muka nya." Mengulurkan dua lembar tisu yang di ambilnya dari dalam UKS.
Ana menerimanya. Seperti perkataan Rafa, ia mengelap pipinya yang sudah basah.
"Maar ya. Kita yang berantem lo yang nangis." ucap Rafa sembari terkekeh kecil.
Ana tersenyum. "Gak papa." jawabnya.
"Tapi Aldy aslinya gak begitu kok. Anak nya baik suka nolongin orang juga."
"Berhubung gue belum pernah di tolongin nya. Jadi menurut gue, gak baik."
Rafa tertawa, "iya ya lo kan di bully nya terus."
"Gue juga sih suka ngebully lo. Maafin ya...." sambungnya.
Ana tersentuh saat sadar bahwa laki-laki yang berjalan di sampingnya ini menatapnya dengan tatapan tulus. Gadis itu hanya mengangguk sebagai responnya. Lalu ia berjalan mengarah ke toilet wanita yang berada di sebelah kanan.
"Gue duluan." ucap Rafa yang lagi-lagi mendapatkan respon yang sama seperti sebelumnya.
🍒🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga (Completed)
Teen Fiction'karena gengsi, mengalahkan semuanya.' -----------------------------•••----------------------------- • Dirga Saputra, salah-satu murid di SMA Rajawali yang terkenal suka membully dengan kedua temannya: Aldy dan Rafa. Meski begitu, hanya Dirga lah ya...