"Besok jalan yuk, Ga." ajak Lisa saat ia turun dari motor Dirga.
"Kemana?"
"Ya kemana aja. Besok kan minggu juga. Mau yaaa.."
"Iya tapi jam tiga aja. Aku ada urusan." alibi Dirga yang sebenarnya malas sekali menuruti kemauan kekasihnya.
"Ya udah kamu pulangnya hati-hati. Bye." Setelah itu Dirga langsung menancapkan gas nya tanpa menunggu si perempuan masuk ke rumah terlebih dahulu.
Di tempat yang berbeda...
"Udah sampai, Na." ujar Aldy menghentikan motornya.
"Iya Al, makasih. Maaf ya ngerepotin." Aldy justru terkekeh mendengar permintaan maaf dari Ana.
"Kenapa minta maaf? lagian kan gue yang mau bukan lo yang minta."
"Oh ya boleh minta id line lo?"
"Oh boleh. Nih." balas Ana seraya mengulurkan ponselnya pada Aldy.
Setelah berkutik dengan ponselnya juga ponsel Ana. Ia mengembalikannya, "thanks."
"Ya udah gue pulang dulu ya, Na."
"Iya Al, hati-hati..."
Aldy hanya mengangguk lalu ia melajukan motornya meninggalkan Ana yang masih di depan gerbang rumahnya.
Setelah Aldy pergi barulah Ana masuk ke rumah. Saat hendak menutup pintu rumah, Ana terkejut di belakangnya sekarang sudah ada kedua orangtuanya.
"Siapa tuh?" tanya Fadli penasaran.
"Siapa apanya Yah?" tanya Ana balik yang tak mengerti dengan pertanyaan ayahnya barusan.
"Itu yang nganterin kamu."
"Oh itu Aldy namanya Yah."
"Pacar kamu ya?" goda Leni pada anak satu-satunya ini.
"Ih apaan sih Bun. Aldy cuma teman kok."
"Oh jadi karena mau di antar dia, makanya kamu gak mau Ayah jemput." ujar Fadli yang ikut-ikutan menggoda Ana.
"Teman Yah..." ujar Ana berjalan menuju dapur, mengambil segelas air putih lalu dibawanya ke ruang tengah.
"Pacar juga boleh kok, Na. Kan katanya udah besar. Iya gak Bun?" Leni hanya mengangguk mengiyakan ucapan suaminya.
Ana di buat salah tingkah karena ulah kedua orangtuanya ini. "Ih Ayah terus aja goda anaknya." ucap Ana memasang muka cemberut. Leni dan Fadli saling bertatap muka dan tersenyum geli melihat tingkah anak tunggal mereka.
"Aduh Ana lupa. Bunda sama Ayah mau pacaran ya. Duh maaf-maaf, Ana ke kamar deh. Dah Bun, Yah." ujar Ana kini menggoda balik kedua orangtuanya lalu pergi meninggalkan Ayah dan Bunda nya.
Leni juga Fadli tertawa geli, "dasar kamu ya..." ujar Leni.
Ana masuk ke kamar lalu menghempaskan tubuhnya di kasur empuk berwarna coklat.
"Kok bisa ya Aldy jadi berubah kayak gitu?"
"Ngomongnya juga gak pake nada tinggi lagi kayak dulu."
"Masa iya Aldy salah makan, terus efeknya bisa baik gitu ke gue?"
"Is apa sih, Na, mikirin dia terus. Bagus dong kalau dia berubah jadi baik kayak gitu."
"Tau ah..." ujar Ana pada dirinya sendiri. Ia melirik jam yang tertempel manis di dinding, sekarang masih pukul dua lebih lima belas menit. Itu artinya masih ada waktu untuk Ana tidur sebelum membersihkan tubuhnya.
Posisi Ana berbalik menghadap ke samping. Hendak memejamkan matanya tetapi suara dari benda pipih di atas nakas mengurungkan niatnya.
Ia meraba nakas yang terdapat di sebelahnya. Setelah benda pipih itu terpegang di tangan Ana. Ia mendapatkan sebuah panggilan dari deretan nomor tanpa nama. Tanpa berpikir lama, Ana segera menggeser warna hijau keatas.
"Halo..."
Seketika Ana di buat tegang dan terkejut mendengar suara dari seberang sana.
"Halo..." ucap orang itu lagi, menyadarkan lamunan Ana.
Sama seperti tadi saat menerima panggilan, tanpa berpikir lama juga Ana segera memutuskan panggilan tersebut dan mematikan ponselnya.
🍒🍒
Hayo menurut kalian siapa orang yang menelfon Ana? ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga (Completed)
Teen Fiction'karena gengsi, mengalahkan semuanya.' -----------------------------•••----------------------------- • Dirga Saputra, salah-satu murid di SMA Rajawali yang terkenal suka membully dengan kedua temannya: Aldy dan Rafa. Meski begitu, hanya Dirga lah ya...