Selama di perjalanan tidak ada yang berani untuk membuka suara. Keduanya sama-sama merasakan canggung. Pun sibuk dengan dunia imajinasi mereka masing-masing.
Setibanya mereka di rumah besar nan sederhana dengan di hiasi beberapa macam tanaman yang begitu elok di pandang mata.
Dirga memarkirkan motornya. "Ayo masuk." ajak Dirga yang sudah berjalan lebih dulu.
Tak ada mendengar suara kaki. Lantas Dirga menoleh dan ia melihat Ana yang masih setia berdiri dekat motornya. "Kenapa Na? Ayo masuk." ajaknya lagi.
"Dirga, gak jadi aja ya ketemu nyokap lo. Gue takut, Ga." tutur Ana gugup.
"Tenang aja. Mama gue nggak kayak lo kok."
Ana mengkerutkan alis nya tak paham dengan maksud ucapan Dirga barusan. Laki-laki yang memakai kaos hitam itu mengerti dengan raut muka Ana. "Maksudnya tuh, Lo suka ngigit orang. Kalo Mama gue nggak." ejeknya di iringi dengan tertawa. Sedang gadis itu mendengus kesal.
"Ish awas aja lo!" geram Ana.
Lalu, ia menyusul Dirga yang pergi meninggalkannya. "Dasar main tinggal anak orang aja. Emang gak tau apa di tinggal itu gak enak!" imbuhnya dengan mengumpat kesal.
Dirga tersenyum mendengar umpatan Ana barusan. Lalu ia berhenti dan menggandeng tangan Ana. "Gue gak bakal ninggalin lo kok. Udah ah jangan cemberut terus ya Anabel."
"Ana gak pake Bel." tegas Ana.
"Panggilan sayang gue buat lo." ujar Dirga membuat Ana menunduk, menyembunyikan pipinya malu.
"Baper ya mbak." goda Dirga.
"Siapa juga yang baper. Sok tau." sembari melepas tangannya dari genggaman Dirga.
"Yah padahal kalo baper gue siap kok tanggung jawab. Tapi kata lo enggak, ya udah gak jadi hahahaha."
"Tau gitu gue bilang iya aja tadi." batin gadis itu.
"Assalammualaikum Ma." Salam Dirga pada Dina yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Assalamualaikum Tante." ucap Ana sembari mencium tangan Dina.
"Wa'alaikumsalam."
"Eh ini yang namanya Ana ya? Cantik banget. Tante sampe pangling liat nya." kata Dina hiperbola.
Ana yang di puji seperti itu hanya tersenyum manis dan balik memuji balik. "Makasih tante. Tante juga cantik kok kayak masih anak muda hehe."
"Kamu bisa aja. Ayok-ayok duduk." ujar Dina sembari mendudukkan tubuhnya di sofa berwarna putih dan di ikuti dengan Ana.
Saat Dirga hendak duduk, suara mamanya membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya dan memutar bola matanya malas. "Dirga, tolong ambilin minum ya untuk Ana."
"Gue di sini pembantu atau anaknya sih." rutuknya.
Setelah menuangkan air nya ke gelas. Ia kembali ke ruang tengah. Laki-laki yang memegang nampan berisi dua gelas jus jeruk itu pun lantas tersenyum melihat pemandangan di depan sana. Dua wanita cantik yang sedang mengobrol nyambung.
"Minuman spesial buat lo. Pake hati ni buatnya. Abisin awas kalo nggak."
"Makasih ya Dirga."
"Ana, tante boleh tanya sesuatu?" izin Dina sebelum melanjutkan ucapannya.
"Oh iya tante boleh kok."
"Kamu sama Dirga pacaran gak?" Ana yang sedang meminum minumannya hampir tersedak gara-gara pertanyaan konyol dari Dina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga (Completed)
Fiksi Remaja'karena gengsi, mengalahkan semuanya.' -----------------------------•••----------------------------- • Dirga Saputra, salah-satu murid di SMA Rajawali yang terkenal suka membully dengan kedua temannya: Aldy dan Rafa. Meski begitu, hanya Dirga lah ya...