Sesampai di rumah, Ana langsung menuju kamarnya. Seperti biasa, lagi-lagi rumahnya seperti tak berpenghuni hanya ada bik Imah selaku pembantu di rumahnya.
Setelah berganti pakaian. Ia ke bawah menuju dapur untuk memberi jatah pada perutnya.
Di dapur ada bik Imah yang sedang memasak. "Bik, Bunda belum pulang ya?"
"Eh non Ana. Iya non Ibu belum pulang." jawab bik Imah yang masih berkutik dengan pisaunya."Non mau makan?" Sekarang menghadap kearah Ana.
"Iya bik. Tapi, Ana mau makan di luar aja bik. Jangan bilang sama Bunda ya." pinta Ana dengan memohon kepada bik Imah.
Leni, Bundanya Ana memang melarang Ana untuk makan di luar sembarangan karena menurutnya makanan itu belum tentu higienis. Padahal tidak semua makanan di luar seperti itu.
Bik Imah yang belum sepenuhnya selesai memasak. Pun merasa tidak enak jikalau harus menolak permintaan anak majikannya. "Baik non. Tapi jangan lama-lama ya keluarnya. Takut Ibu pulang duluan."
"Oke siap bik. Ya udah, Ana langsung aja ya bik Imah." ucap Ana dengan lembut sembari memberi tanda hormat kepada pembantunya itu...
🍒
Merasa suntuk karena dari tadi ia hanya memainkan bola basket di dalam kamarnya. Ia melirik jam yang tertempel manis di dinding dan jarum panjangnya menunjuk ke angka tiga.
Ia pun langsung memakai jaket bomber nya yang berwarna biru tua dan mengambil kunci motor di atas meja belajarnya.
Hendak membuka pintu utama, terdengar suara wanita paruh baya yang mengurungkan gerakannya. Dan menoleh ke arah sumber suara.
"Kamu mau kemana, Dirga?" ulang si pemilik suara.
"Main Ma."
"Kamu baru aja pulang sekolah udah mau main lagi." ujar Dina, Mama Dirga.
"Bentar doang Ma, boleh ya."
"Oke deh Mama kasih izin. Tapi jangan pulang maghrib!" peringati Dina kepada anak bungsunya itu.
"Iya, aku jalan dulu Ma." sambil mencium tangan Dina. "Assalamualaikum."
"Ingat jangan pulang maghrib!" ulang Dina lagi. "Wa'alaikumsalam."
Dirga hanya mengangguk mengiyakan setelah itu ia pergi dengan motor besar bewarna merahnya.
🍒
Gadis dengan rambut sebahu yang berada di warung bakso pinggir jalan duduk sendirian sambil memakan bakso pesanannya dan sesekali ia melihat orang-orang atau kendaraan yang sedang melintas di depan warung bakso tempat ia sekarang.
Ana melirik jam di tangan kirinya, di dapatnya jarum jam sudah menunjukan pukul empat. Ia memakan bakso terakhir, lalu meminum segelas air putih dan membayar makanannya.
Selintas terpikir olehnya ingin membelikan Bakso untuk bik Imah sebagai tanda terimakasih karena sudah mengizinkannya untuk makan di luar tanpa sepengetahuan Bunda nya.
"Mang, Bakso satu bungkus ya." sambil memberi selembar uang dua puluh ribu.
"Siap neng."
Sembari menunggu Bakso. Ana membuka benda pipih yang berwarna gold. Siapa tau ada notifikasi masuk kan. Syukur-syukur notifikasi dari Doi.
![](https://img.wattpad.com/cover/152855598-288-k491831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga (Completed)
Fiksi Remaja'karena gengsi, mengalahkan semuanya.' -----------------------------•••----------------------------- • Dirga Saputra, salah-satu murid di SMA Rajawali yang terkenal suka membully dengan kedua temannya: Aldy dan Rafa. Meski begitu, hanya Dirga lah ya...