Hari ini Aldy berangkat sekolah pada pukul enam lewat dua puluh menit. Jarang-jarang ia ke sekolah sepagi ini.
Setelah memarkirkan motornya, ia berjalan menuju kelas sendirian. Dengan tas yang disampirkan nya di pundak sebelah kanan, juga kedua tangan di masukan ke dalam saku. Di tambah dengan wajah datar yang jarang sekali tersenyum. Meski begitu bagi murid perempuan itu adalah hal menarik bagi mereka. Apa lagi sepagi ini. Mau heran tapi itu Aldy.
"Masih pagi udah liat yang beginian, rejeki anak sholeh ini namanya."
"Lah lo kan anaknya Makmur."
"Aldy kenapa gak jelek aja sih."
"Ra kuat aku tuh, Al."
"Eh Aldy gak pernah pacaran kan?"
"Kata siapa? Gue pacarnya!"
Aldy tetap lah Aldy. Ia tak akan memperdulikan sekalipun itu pujian level seratus yang di berikan untuk nya. Tiba di pintu kelas 11 IPA 2, ia menghentikan langka kaki nya.
Di dalam sana ada sepasang manusia sedang bercengkrama sesekali tertawa. Sebelum kembali melanjutkan langkanya. Ia berdehem dengan sengaja. "Ehem."
Ana dan Rafa yang menyadari itu pun melihat Aldy sedang berjalan menuju kursinya di pojok kelas.
"Pantes dari kemarin, gue gatel-gatel deket lo, Raf." ujar Aldy tanpa menoleh ke Rafa maupun Ana. Rafa yang mengetahui maksud Aldy, ia hanya diam tak menghiraukan ucapan temannya itu.
"Mainnya sih sama yang kampungan." lanjutnya lagi.
Rafa menghampiri Aldy yang sedang merapikan rambutnya, "kenapa sih lo, pagi-pagi udah sewot? Salah makan lo?!"
"Kok marah? Merasa tersindir pak?" tanya Aldy sembari menunjukan seringai mengerikan khasnya.
"Gue tau Al, lo benci sama dia. Tapi gak kayak gini juga. Hampir setiap hari lo ngebully dia, gak bosen? Bahkan sampe sekarang. Gue gak tau alasan lo benci sama dia itu apa."
"Gue udah berapa kali ngomong, gue benci sama dia karena dia itu cupu!" balas Aldy seraya menunjuk kearah Ana dengan jari manisnya.
"Banyak Al yang lebih cupu dari dia. Tapi gue gak pernah tuh ngeliat lo sampe segininya sama mereka. Oh atau jangan-jangan lo suka sama dia? Iya?!"
"Najis!"
"Najis? Dia juga makan nasi Al sama kayak lo!"
"Lo kenapa sih dari tadi ngebelain dia? Lo suka sama cupu itu?!" Rafa hanya diam ditanya seperti itu.
"Aldy maaf ya, kalo Rafa tadi dekat-dekat sama gue. Kita cum ngomongin---"
Belum selesai Ana menyudahi perkataanya, langsung di potong Aldy dengan cepat. "Gue gak nyuruh lo ngomong! Emang ya kalau orang kampungan tuh, gak punya sopan santun."
Tetapi Ana tetap berusaha sabar. Ia tak mungkin ikut membalas perkataan Aldy yang kasar itu. Baginya Aldy hanyalah salah paham. "Rafa enggak salah Al. Dia cuma nanya tentang---"
Lagi-lagi Aldy memotong ucapannya. "Tentang lo ada pacar atau e/nggak? Gitu kan maksud lo hah?!"
"Udah Na gak papa." tutur Rafa. "Mending lo diem dulu ya."
"Tapi Raf gue mau ngejelasin sama Aldy. Biar dia gak marah-marah terus sama lo."
"Drama terus. Lo berdua pikir ini lagi di korea. Ini jakarta bung!" sindir Aldy lagi.
"Udah gak papa, Na."
Dirga dan Lisa yang baru saja datang keheranan. Kenapa Aldy dan Rafa adu mulut sepagi ini. Di tambah lagi ada Ana yang berdiri dekat keduanya.
"Kalian berdua kenapa sih?" tanya Dirga saat sudah bersama Aldy juga Rafa.
"Teman kita, Ga. Udah mulai suka sama nih cewek kampung." ujar Aldy melirik Rafa juga Ana gantian.
"Lo suka sama Ana, Raf?" tanya Dirga.
"Bukan gitu, Ga. Aldy cuma salah paham."
"Iya Dirga. Aldy cuma salah paham aja kok." saut Ana membenarkan ucapan Rafa.
"Nyaut mulu sih lo!"
Seperti itulah Aldy keukeuh tak mau mendengarkan penjelasan dari Ana juga Rafa. Jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang tiga menit menandakan tak butuh waktu lama lagi bel akan segera berbunyi.
Kring....
Murid-murid kelas 11 IPA 2 sudah duduk di tempat mereka masing-masing seraya memperhatikan empat manusia yang masih setia berdiri dengan muka serius. Membuat aura kelas terasa mencekam.
"Rafa gak salah Al. Maaf ya." cicitnya pada Aldy yang serasa enggan mendengar suara Ana.
"Raf sorry."
"Gak papa, Na. Lagian juga ini bukan salah lo." balas Rafa tersenyum. Setelah itu Ana kembali ke tempat duduknya karena merasa tidak enak di perhatikan satu kelas.
"Assalamualaikum anak-anak." salam buk Anum.
"Wa'alaikumsalam Buuukk." seru murid-murid.
Tanpa berucap satu kata, Aldy nyelonong pergi keluar kelas. Buk Anum yang melihat tingkah Aldy seperti itu kebingungan. Ada apa dengan Aldy. Kenapa ia keluar tanpa izin.
"Kenapa dia?" tanya buk Anum dengan seluruh murid yang berada di kelas.
"Lagi kebelet boker kali buk." jawab Dika dengan asal.
"Ya sudah kita lanjut belajar. Buka halaman 123, kalian catat itu ambil yang penting saja sampai dengan halaman 128. Langsung kumpul hari ini."
Murid-murid hanya memutar kedua bola mata mereka malas. "Nyatat lagi buk?" tanya Aden.
"Kamu mau saya beri lima puluh soal dan langsung kumpulkan hari ini?!" tanya buk Anum seperti mengancam.
"Makasih Buk. Tapi saya milih nyatat aja Buk gak papa." jawab Aden. Jelas laki-laki berambut ikal tersebut tak terima. Pasalnya guru itu kalau memberi soal selalu berbeda dengan apa yang mereka pernah pelajari.
"Mampus lo!" ucap Dika.
"Dika, siapa yang suruh kamu bersuara?!" tanya buk Anum menyadari gerak-gerik sang ketua kelas.
Dika tak menjawab, ia kembali dengan pekerjaannya yaitu mencatat. Begitu juga dengan murid yang lainnya.
🍒🍒
SEE U!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga (Completed)
Fiksi Remaja'karena gengsi, mengalahkan semuanya.' -----------------------------•••----------------------------- • Dirga Saputra, salah-satu murid di SMA Rajawali yang terkenal suka membully dengan kedua temannya: Aldy dan Rafa. Meski begitu, hanya Dirga lah ya...