Tidak terasa tiga bulan sudah berlalu. Selama itu juga Ana harus memperbanyak sabar karena ulah Aldy dan Rafa yang selalu saja membully-nya. Ana bisa saja mengadukan hal ini kepada pihak sekolah tetapi ia tidak tega jika mereka harus mendapatkan hukuman.
Emang susah kalau mempunyai sifat tidak enakan sama orang sedangkan orang seenaknya sama kita.
Tiga bulan juga Ana dan Dirga sering bertukar pesan lewat aplikasi bernama Line. Tidak ada yang mengetahui kedekatan mereka selain mereka berdua dan Tuhan.
Jika saat bertukaran pesan mereka berdua sudah seperti orang yang sangat akrab. Tapi, lain halnya jika bertemu langsung di sekolah.
Lihat saja seperti sekarang ini. Ana yang baru tiba di depan lorong kelas sebelas, harus bertemu dengan tiga manusia yang paling ia benci. Ralat. Hanya dua yang di bencinya. Satunya lagi Ana juga tidak tahu harus menyebutnya apa. Karena, menurutnya yang satu itu sudah berhasil membuatnya mesem-mesem sendiri dan susah tidur setiap malam.
Oke. Kembali ke Realita.
Tiga manusia yang di lihatnya dari jauh sedari tadi hanya becengkerama sesekali mereka tertawa.
Lima atau empat langkah lagi Ana tepat berjalan di depan mereka. Ana sudah salah tingkah. Tepatnya salah tingkah di depan Dirga. Ia merasa bimbang antara ingin menyapa atau tidak. Jika tidak, ia akan seperti orang yang sombong dan ia tidak mau dinilai seperti itu oleh laki-laki itu.
"Senyuman itu. Senyuman yang buat gue suka sama dia sejak masuk sekolah dan sialnya sampe sekarang rasa itu tetap ada." Batin seseorang ketika melihat Ana berjalan di depannya dengan tersenyum manis.
"Kenapa lo, kesambet? Pagi-pagi udah senyum, sok manis lagi." ucap Rafa dengan ketus. Heran melihat tingkah Ana pagi ini.
"Lo berdua senyum sama nih cupu?" tanya Rafa ke Aldy dan Dirga
"Gue senyum sama dia? Lihat dia aja gue eneg apalagi senyum." jawab Aldy dengan menusuk.
Sedangkan Dirga hanya diam dengan wajah temboknya. Tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan dari Rafa.
Ana yang melihat raut muka Dirga seperti itu merasa kecewa di tambah dengan ucapan dari Aldy yang menusuk. Pagi-pagi sudah dapat makanan enak saja.
"Kan apa kata gue gak ada yang senyum ke lo. Lo sih sok cantik." kata Rafa lagi yang membuat hati Ana bertambah nyesek.
Lagi-lagi tidak di gubrisnya ucapan Rafa. Ia langsung berjalan masuk ke kelas dan duduk di tempatnya.
"Cemberut amat tuh muka mbak." goda Lisa. Ana hanya diam dan membuka buku pelajaran yang akan ia pelajari nantinya.
🍒
Masih pada ingat kan kejadian di kantin waktu itu? Ketika Ana di buat malu oleh Aldy. Sejak kejadian itu Ana enggan untuk pergi ke kantin. Ia takut kejadian itu terulang kembali. Bikin malunya saja, pikirnya.
Seperti sekarang, Ana hanya duduk sendirian, semua teman-temannya sudah pergi untuk mengisi perut mereka. Sedangkan ia menahan lapar karena pagi tadi ia tidak sarapan. Salah satu kebiasaannya. Alhasil perut Ana sedari tadi berbunyi terus tanda segera minta di isi.
Tapi apa daya, ia takut untuk ke kantin. Ia juga tidak sarapan dan ia pun lupa bawa bekal karena buru-buru pergi ke sekolah. Niat ingin cepat-cepat bertemu dengan seseorang, tapi orang yang ingin di temui malah memasang muka tembok. Ingin rasanya muka itu di tambahnya dengan Cat No Drop cat pelapis yang anti bocor atau cat maskulin ijo telur asin.
Ponselnya bergetar. Langsung saja ia membuka notifikasi yang masuk. Rupanya sebuah pesan yang di kirimkan oleh orang yang sedari tadi memenuhi pikirannya. "Panjang umur nih orang." batinnya.
Dirgasa: Gue tunggu di taman sekolah. Sekarang.
Ana mengernyitkan dahinya setelah membaca isi pesan tersebut. Untuk apa ia menyuruh Ana ke taman sekolah sekarang. Mau nunjukin muka temboknya itu kalau sudah kokoh dan gak bocor-bocor?
Tapi itulah Ana demi orang yang berhasil membuka pintu hatinya. Cailah dah. Ia tak peduli apa yang akan terjadi nanti. Toh hari ini penampilan Ana jauh lebih baik di banding waktu itu.
Di sinilah ia sekarang. Berdiri tegak di belakang orang yang sedang duduk di salah satu kursi di taman belakang sekolah. "Ada apa?" tanya Ana to the point.
Mendengar suara dari belakang punggungnya membuat Dirga langsung memutar tubuhnya. "Sini duduk dulu." Ana menurut. Kemudian Dirga mengulurkan sebungkus roti dan satu botol air mineral. "Nih ambil."
"Buat apa?" Tanya Ana bingung.
"Buat di pelototi. Nih kayak gini." jawab Dirga sambil mencontohkan ucapannya barusan. Ana yang melihatnya justru tertawa keras. "Gue serius Dirga." ujar Ana di sela tawanya.
"Besok gue seriusin, mau?" tanya Dirga yang membuat Ana berhenti tertawa dan ia merasakan pipinya memanas sekarang. Oh jangan sampai Dirga melihat pipinya yang mungkin sudah memerah seperti tomat busuk. Eh maksudnya tomat masak.
"Cepetan ambil. Gue tau lo belum makan." Mendengar pernyataan seperti itu, mata Ana langsung berbinar dan langsung di ambilnya roti bulat itu dari tangan Dirga. "Perhatian banget sih lo sama gue. Terimakasih ya."
"Apa sih yang nggak buat lo." cicit Dirga.
Ana yang masih mampu mendengar itu langsung tersedak dan dengan cepat Dirga memberinya air mineral yang sudah terbuka dari tutupnya. "Kalo makan tuh hati-hati."
"Lo tadi ngomong apaan?" Ana balik tanya.
"Lo. Itu. Kalo. Makan. Hati-Hati." jawabnya dengan kata perkata.
"Ish bukan itu, Dirga. Tapi yang sebelumnya."
Dirga berpikir dan detik kemudian ia sadar apa yang ia ucapkan. "Mau sampe kapan disini? Cepet abisin." alihnya.
Sungguh Ana kesal. Pasalnya bukan itu yang di harapkan nya tetapi ah sudahlah. Toh Dirga juga sepertinya tidak peduli akan hal itu.
Selesai menghabiskan roti beserta minumnya. Mereka kembali ke kelas.
Tepat saat keduanya tiba di depan kelas. Bel masuk berbunyi, dan keduanya pergi ke tempat duduk masing-masing.
"Harusnya gue gak suka sama dia. Harusnya! Tapi itu semua terlambat." Kata seseorang dalam hati.
🍒🍒
Ana❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga (Completed)
Подростковая литература'karena gengsi, mengalahkan semuanya.' -----------------------------•••----------------------------- • Dirga Saputra, salah-satu murid di SMA Rajawali yang terkenal suka membully dengan kedua temannya: Aldy dan Rafa. Meski begitu, hanya Dirga lah ya...