DIRGA (18)

4.4K 204 7
                                    

Ana yang sedari tadi menangis tak henti-hentinya karena ucapan Dirga yang menyakiti hati bahkan Lisa yang notabene-nya adalah sahabatnya sendiri yang sudah dianggapnya seperti saudara, selalu berbagi cerita suka juga duka. Tak pernah terpikirkan olehnya Lisa akan mengkhianatinya dengan cara merebut kekasihnya.

Suara berat laki-laki membuat Ana kaget. Setahunya sekolah ini sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, "nggak pulang?" tanya pemilik suara itu.

Ana tak menggubrisnya. Ia masih menundukkan kepala. Enggan untuk mengangkat hanya ingin tahu siapa seseorang yang bertanya dengannya.

"Lo nggak mau pulang?" tanya laki-laki itu lagi.

"Pulang aja sana! Gak usah perduliin gue." bentak Ana di sela tangisnya.

"Kalau ada masalah ceritain. Jangan di pendam sendiri." ujar laki-laki itu sambil mendudukkan tubuhnya di sebelah Ana.

"Gue emang gak kenal sama lo. Tapi, gue sukarela nyumbang telinga gue. Itu juga kalau lo mau cerita, kalau nggak ya udah gue pulang." Karena tak ada respons dari gadis di sebelahnya, ia pun memilih berdiri hendak pergi. Belum satu langkah, suara Ana menghentikannya.

"Emang salah kalau cewek jelek suka sama cowok ganteng? Emang salah kalau cewek cupu pacaran?!"

"Nggak. Nggak ada yang salah. Setiap orang berhak ngerasain yang namanya cinta. Sekalipun untuk orang kayak kata lo barusan."

"Mereka yang hanya terpaku pada fisik artinya belum menemukan sebuah ketulusan dari orang lain. Manusia di bumi banyak, kalau fokus di fisik doang gak akan ada habisnya."

"Tapi dia gak pernah menilai orang dari fisik."

"Mungkin lo baru kenal dia luarnya aja, belum dalam nya. Udah mending gak usah di pikirin. Sayang waktu lo jadi terbuang sia-sia cuma buat nangisin laki-laki yang bahkan gak perduli sama lo."

"Lo cantik. Kehilangan dia bukan kerugian besar. Percaya deh, di depan sana masih banyak orang yang siap bikin lo bahagia."

"Ayo pulang, gue anter." ajak laki-laki itu.

Rasa sedih Ana sedikit berkurang setelah mendengar tiap ucapan yang dikeluarkan. Ana merasa bersyukur, ia masih dipertemukan dengan orang yang masih memiliki rasa peduli sesama.

🍒

Selama perjalanan menuju rumah Ana, kedua nya sama-sama diam. Sesekali mengeluarkan suara, hanya saat bertanya jalan mana yang di lewati selanjutnya.

Selang berapa waktu mereka tiba di rumah Ana. "Makasih ya kak, udah nganterin gue." ujar Ana berterimakasih.

"Makasih juga untuk kata-kata penenang tadi."

"Sama-sama Ana."

"Loh kakak tau nama gue?" tanya Ana keheranan.

"Dari nametag lo." jawabnya sembari menunjuk dengan dagu. Ana tertawa kecil, sungguh ia tak kepikiran itu. "Oh haha iya iya sorry gak kepikiran gue."

"Mikirin cowok nya terus sih!" cibir laki-laki ini. Ana hanya mendelik tak suka.

"Oh iya tapi jangan baper dulu, gue nganterin lo sebagai ucapan terimakasih gue karena sudah lo traktir. Thanks ya, Na."

Ana bingung. Traktir apa?

"Traktir bakso di kantin." lanjutnya sedikit menjelaskan. Detik selanjutnya, Ana mengangguk mengerti seraya membentuk huruf O di mulutnya.

"Nama gue Ari kelas 12 IPA 5." ujar laki-laki ini memperkenalkan dirinya.

"Oh iya kak Ari hehe."

"Ya udah gue pulang dulu. Lo jangan nangis mulu. Harus bahagia terus." ujarnya kini memajukan badannya sedikit mendekat ke Ana, "udah jelek tambah jelek." lanjutnya berbisik.

Ana mendelikan matanya tajam. "Sana pulang lo kak!" usir Ana kesal. Sedang Ari hanya tertawa melihat ekspresi Ana yang menurutnya lucu. Lalu ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

🍒

Dirga dan Lisa tak langsung pulang, mereka pergi ke salah-satu pusat perbelanjaan yang ada di Ibu kota. Sebenarnya, Dirga malas pergi-pergi ketempat seperti ini. Mungkin saja kalau ia langsung pulang ke rumahnya, sekarang ia pasti sedang asik dengan mimpinya.

Sungguh sial.

Lisa yang terus-terusan mengajaknya dari toko sebelah ke sebelahnya lagi hanya untuk melihat-lihat. Entah sudah berapa toko yang mereka masuki. Sudah hampir satu jam dan gadis itu baru mendapatkan sepasang baju untuk dirinya.

"Lis, udahan ya belanjanya."

"Bentar lagi ya, Dirga." Selalu seperti itu setiap Dirga mengajaknya pulang.

"Kita makan dulu ya sayang." imbuh Lisa. Lagi-lagi Dirga hanya menurutinya.

Selang beberapa waktu, makanan yang mereka pesan sudah datang. Keduanya disibukan dengan makanan masing-masing. Tanpa menyadari ada sepasang mata yang tak sengaja melihat keduanya dari kejauhan.

"Dirga sama Lisa?" batin orang itu mengepalkan kedua tangannya.

🍒🍒

Dirga (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang