Tahukan kalian para pria? bila kalian suka dengan wanita yang susah didapatkan, begitupula dengan wanita. Mereka juga suka dengan pria misterius yang menyimpan sejuta misteri. Rasanya wanita itu ingin sekali masuk kedalam mata hitam kelamnya untuk mengetahui semua rahasia yang pria itu punya.
Dua minggu berlalu. Hari ini Arga dan yang lainnya pergi ke gedung yang diberitahu oleh Bu Qory. Dari sepulang sekolah, mereka pulang ke rumah masing-masing dulu untuk ganti baju kemudian langsung pergi menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Saat Vanya sampai, suasana sudah ramai. Tak dilupakan bahwa ada 4 sekolah lain selain sekolah dirinya dan mereka semua nantinya akan menjadi satu tim.
Vanya masuk ke gedung tersebut dan panggilan Tasya membuat teman-temannya menoleh ke dirinya. Ia langsung menghampiri gerombolan murid-murid Cahaya Bangsa. Makin lama suara di lobby tersebut semakin berisik karena sudah semakin banyak yang datang. Akhirnya seseorang yang memakai seragam kerja di tempat tersebut memanggil mereka dan langsung menyuruh mereka semua naik ke atas.
Karena mereka ramai, jadi tidak diperkenankan menggunakan lift, tetapi menggunakan tangga. Mereka di tuntun sampai ke aula gedung. Ruangannya sangat luas. Seluruh lantai ditutupi oleh karpet yang berwarna oren kemerahan bermotif bunga. Lampu hias besar yang berada di atap ruangan itu menambah kesan elegan. Terdapat beberapa meja dan kursi yang letakkan di pinggiran ruangan agar tak menghalangi. Pendingin ruangan pun terasa dikulit sejak pertama kali memasuki ruangan itu. Ruangan itu mirip dengan ballroom di hotel-hotel. Hampir semuanya memohon di dalam hati bahwa ruangan itu merupakan tempat mereka bekerja nantinya.
Seseorang berumur sekitar 20-an yang dari tadi mengobrol dengan lelaki remaja dari sekolah lain menyuruh mereka untuk duduk di karpet. Tak ada yang protes karena walaupun duduk di bawah tapi masih tetap terasa nyaman.
Setelah Vanya duduk, dia segera merubah mode ponselnya menjadi mode diam. Tiba-tiba ada yang mencuil bahunya.
"hai, gue Jeha dari sekolah Taruna" seseorang di sebelah kirinya mengangkat tangan kanannya mengajak bersalaman. Dia sangat cantik, berambut panjang dan sedikit berbentuk spiral di bawahnya. Kulitnya putih dan terdapat sedikit rona di pipinya. Dan Vanya yakin itu bukan dari warna blush on atau apapun itu. Bibirnya berwarna pink karena dipakaikan liptint oleh Sang empunya. Tapi Vanya yakin, walaupun ia tak memakai liptint, bibirnya akan tetap berwarna pink muda.
"halo, gue Vanya" ucap Vanya sambil menjabat tangan Jeha dengan tersenyum.
"assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh" suara cowok terdengar mengucap salam dari depan saat Vanya sedang membetulkan jilbab persegi yang dipakainya.
"perkenalkan nama saya Abraham al-fath, kalian bisa panggil saya Abra" Vanya mendongakkan kepalanya. Cowok yang sedang berbicara itu berada di antara Arga dan satu orang lainnya yang tak Vanya kenal.
"saya yang akan memimpin kalian semua selama di sini. Disamping kanan dan kiri saya adalah wakil saya. Ini Arga dan yang ini Reyhan." Cowok itu menunjuk Arga dan cowok di sampingnya yang ternyata bernama Reyhan.
"jadi kalau saya gaada, kalian bisa cari Arga ataupun Reyhan. Kita semuanya di sini sama aja. Cuma bedanya, saya lebih bertanggung jawab atas kalian semua. Saya mohon kerja samanya dan saya harap kita bisa jadi satu tim yang baik. Gaada yang bangga-banggain sekolah masing-masing di sini. Saya gak mau liat nanti ada gerombolan-gerombolan. Gerombolan ini sekolah ini, gerombolan itu sekolah itu. Bisa dimengerti?"
"ngerti Ab.." suara teriakan berlebihan dari cowok-cowok di samping kiri Vanya terdengar memekakkan telinga. Sementara anak-anak yang lain hanya menjawab seadanya tanpa semangat. Kemungkinan orang-orang di samping Vanya itu satu sekolah dengan Abra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe in MAGIC [FINISHED]
Teen FictionTentang dua orang manusia yang dipertemukan takdir bukan untuk bersatu, melainkan sebagai pemanis skenario Tuhan.