Jarum pendek sudah menunjukkan ke angka 4. Vanya melirik jam tangannya sekali lagi untuk memastikan. Ternyata sudah 3 jam ia duduk di stand penjualan tiket malam apresiasi Highschool yang akan diisi oleh beberapa artis ibu kota dan penampilan-penampilan dari beberapa SMA yang sudah terseleksi. Letak stand itu agak terpisah dari stand-stand bazar dan lebih mencolok dengan tenda berwarna putih dan bertuliskan 'Penjualan Tiket Malam Apresiasi Highschool Festival'
Vanya, Gita, dan Anggi bergantian menguap sejak tadi. Shift mereka akan berakhir saat maghrib nanti, itu artinya masih ada waktu 2 jam lagi untuk mereka duduk menjaga stand tersebut. Bahan obrolan pun rasanya sudah habis sehingga ketiganya hanya diam.
Akhirnya Vanya meminta izin untuk menunaikan shalat ashar. Vanya berjalan melewati jalur tempat dilaksanan lomba festival band dan modern dance. Suara sorakan dan siulan memenuhi tempat itu saat para dancer meliuk-liukkan badan mereka. Vanya berhenti sesaat untuk sekedar melihat penampilan dancer yang membuat semua orang riuh mengerubungi panggung.
Tampaklah 6 wanita yang diperkirakan Vanya seumuran dengannya memakai baju croptee hitam dengan hotpants lalu ditambah dengan stocking sedang menari mengikuti irama lagu. Semua orang bersorak melihat penampilan mereka bahkan para panitia berkumpul menjadi satu rombongan di pinggir panggung untuk menonton dan juga bersorak ketika gerakan para dancer itu seakan menghentak-hentakkan 'dada' mereka.
Dan disana Abra. Duduk di dekat para panitia lainnya. Panitia ada yang duduk di kursi, dan ada yang duduk lesehan di lantai agar dapat lebih menikmati pertunjukan. Dan Abra duduk di kursi, sedang menundukkan pandangannya sembari memutar-mutar ponselnya seakan tidak ingin melihat para dancer yang sedang meliukkan badannya.
Diam-diam Vanya tersenyum melihat tingkah Abra yang gelisah seakan menanti kapan dance itu akan berakhir. Tiba-tiba seorang dancer berjalan kearah para panitia dan meliuk-liukkan badannya serta membuat gerakan sensual yang membuat para panitia berteriak heboh apalagi para lelakinya. Dengan sangat jelas Vanya melihat wanita itu memandang kearah Abra dengan pandangan yang menggoda membuat sesuatu di dalam diri Vanya panas. Karena merasa, Abra yang tadinya menunduk akhirnya melirik wanita itu sontak membuat wanita itu semakin menambah gerakan sensualnya seakan menggoda Abra. Abra menatap tajam dancer itu dan 5 detik kemudian dia mengalihkan pandangannya dan mendengus lalu dia berdiri dari kursinya. Ia berjalan keluar dari kerubungan penonton.
'YES!' sorak Vanya dalam hati dan tersenyum. Setelah kepergian Abra, dengan wajah masam dancer itu berjalan kembali ketengah panggung. Ternyata teman-temannya yang lain juga habis menggoda para penonton. Setelah mereka bergabung kembali di tengah panggung, Vanya memilih untuk pergi dari tempatnya berdiri. Ntah kenapa, dia muak melihatnya.
Vanya pergi ketempat tujuan awalnya yaitu masjid untuk menunaikan shalat ashar. Masjid di sekolah Permata terletak di antara laboratorium kimia dan laboratorium biologi. Keadaan masjid saat itu berbanding terbalik dengan panggung. Sunyi, sepi, dan senyap membuat Vanya dapat melaksanakan shalatnya dengan khusyu.
Setelah melaksanakan kewajibannya, Vanya kembali melanjutkan tugasnya di stand penjualan ticket. Malamnya, setelah shift penjualan ticket selesai, ia dan beberapa panitia lain sibuk mempersiapkan properti untuk malam apresiasi sementara acara festival band dan modern dance belum selesai karena memang jadwal hari ini sampai jam 8 malam dan akan dilanjutkan pada esok hari.
Setelah melakukan briefing, para panitia pun dipebolehkan pulang pada jam 9 malam. Vanya pamit dan langsung keluar ruangan karena papanya sudah menjemputnya.
Keesokan harinya, Vanya yang sedang sibuk di belakang panggung tiba-tiba ditelepon Arga untuk segera ke ruang panitia karena rapat panitia inti.
Ia masuk kedalam ruangan dan panitia inti yang lain sudah duduk berkeliling di sofa. Ada ketua, wakil ketua, sekertaris, bendahara, dan para koordinator bidang. Sepertinya ada pembahasan yang penting sehingga raut wajah mereka serius. Vanya duduk di antara Indah dan Dita Sang bendahara 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe in MAGIC [FINISHED]
Teen FictionTentang dua orang manusia yang dipertemukan takdir bukan untuk bersatu, melainkan sebagai pemanis skenario Tuhan.