PART 24 : YOU ARE THE REASON

9 4 0
                                    

Sabtu ini, setelah maghrib Vanya dan Abra kembali terjebak di dalam mobil yang sama karena ingin menghadiri pesta pernikahan dari teman SMA Abra. Atas usulan Feby, atau lebih tepatnya atas paksaan Feby, Vanya akhirnya ikut ke tempat pesta pernikahan tersebut.

Pesta digelar cukup mewah dan meriah. Pandangan masyarakat Indonesia tentang pesta pernikahan memang cukup tinggi membuat Vanya bergidik ngeri membayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan hanya untuk pesta sehari ini.

Karena client Abra sedang menyapa Abra dan mengajaknya mengobrol, Vanya izin memisahkan diri untuk menuju stan dessert. Vanya memandangi desain interior dari ballroom yang menaunginya itu. Sepertinya teman Abra mengusung tema kerajaan awan di pesta pernikahannya. Banyak kapas-kapas yang digantung di langit-langit ballroom ini. Tidak lupa hiasan-hiasan lainnya yang tak bisa Vanya lihat satu persatu yang membuat pesta ini seperti kerajaan awan sungguhan.

"Vanya?"

Vanya menoleh saat bahunya disentuh dan namanya disebut oleh seseorang di belakang Vanya.

Vanya sempat mengernyit heran bagaimana wanita yang memakai gaun malam berwarna coklat muda yang sangat anggun dengan potongan yang menampakkan kedua bahunya itu bisa mengenal Vanya.

"maaf, sia- Jeha?" tebak Vanya dengan suara pelan karena takut salah.

"Vanya, yaampun!" wanita cantik itu kemudian memeluk Vanya erat membuat Vanya juga membalas pelukan wanita itu.

"finally Nya! Where've you been? Gue kangen banget sama lo! Ini gue ga mimpi kan?" wajah Jeha yang sangat ekspresif membuat Vanya terkekeh dan yakin bahwa ini adalah Jeha yang dulu dikenalnya.

"gue 7 tahun di Wina, Je."

"seriously? Pantes gue gak pernah liat lo sama sekali semenjak perpisahan panitia. Yaampun gue sampai pengen nangis. Oh iya, lo harus kenalan sama tunangan gue. Yuk" Jeha tiba-tiba menyeret Vanya sejauh beberapa meter. Di hadapannya kini berdiri seorang laki-laki yang lagi-lagi tak asing di ingatan Vanya. Laki-laki itu juga memandang Vanya dengan raut wajah mengingat sesuatu. "de Vienna wirtj?" laki-laki itu menyebut nama panggung Vanya di Austria membuat Vanya melebarkan matanya.

"Vanya, ini Arga tunanganku. Dan Arga, ini.. Vanya. But wait, tadi kamu nanya apaan?" keterkejutan Vanya semakin bertambah ketika Jeha memperkenalkan tunangannya.

"ar..ga?" ucap Vanya tergagap sambil menunjuk laki-laki di depannya.

"Vanya? jadi de Vienna wirtj itu lo?!"

Vanya masih diam karena keterkejutannya sedangkan Jeha sibuk melihat ke arah Arga dan Vanya secara bergantian.

"bentar-bentar, gimana Ga? Apa tadi yang kamu sebut de Vi- apapun itu tolong jelasin" wajah Jeha menggambarkan bagaimana ia sangat bingung saat itu.

"kamu ingat yang waktu aku liburan ke Austria tahun lalu? Trus aku cerita kalau aku iseng nontonin konser pianist di sana karena katanya bagus. Trus aku ketemu Abra. Itu tuh.. konsernya da Vienna wirtj, dan aku inget mukanya. Mirip banget sama.." kepala Arga beralih ke arah Vanya. "Vanya, itu berarti elo??"

Vanya menghembuskan nafas pasrah dan terkekeh pada keterkejutan Arga. "kenapa? Lo gak percaya gue jadi pianist?"

Arga sejenak mengusap dagunya dan terlihat sedang berpikir. "sekarang gue percaya. Dan gue inget lo narik semua berkas SNMPTN lo dan kasih kuotanya buat orang lain. Gue kira lo bakal daftar kuliah kedokteran di luar negri. Ternyata lo sekarang ganti jalur ke musik ya" Vanya tertawa mendengar ucapa Arga.

"by the way kita ketemu gaksih kemarin di GI?" tanya Arga lagi membuat Vanya mengernyitkan kening mengingat sesuatu.

"ohh! Yang nabrak gue?" Vanya tiba-tiba teringat laki-laki berjas di dalam GI kemarin.

Believe in MAGIC [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang