PART 10 : BERKAT DION

12 4 0
                                    

Tak terasa, malam apresiasi atau yang disebut-sebut juga sebagai malam puncak akan terlaksana 2 hari lagi. Semua panitia dan penampil tampak berkeliaran di sekitar ICE BSD Tangerang karena memang acara akan digelar di tempat tersebut.

Hari ini adalah hari dilaksanakannya gladi resik sekaligus waktunya untuk panitia menyiapkan dan mendekorasi tempat yang akan dipakai untuk acara malam puncak. Dari mulai mempersiapkan dekorasi pintu masuk, dekorasi panggung, sound, lighting dan masih banyak lagi.

Semua panitia tampak sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya masing-masing walaupun sedikit diselingi candaan sehingga suasana terdengar cukup riuh di sana-sini.

"geser geser kanan" Dita tampak mengarahkan teman-temannya yang mengangkat sound ke panggung. Dion dan Adit yang sudah dibanjiri keringat mengikuti arahan mulut dan tangan Dita.

"aduhh, kejauhan. Kiri deh"

"kanan-kanan, nah op op, eh kiri dikit lagi" dengan sengaja Dita mengerjai Dion dan Adit sehingga membuat Dion tampak emosi.

"ANJ-"

"Ab, nih Dion-"

Dengan cepat Dion menarik walkie-talkie yang dipegang Dita untuk berkomunikasi dengan Abra dan yang lainnya.

"gue pites juga ni anak" Dion melotot kearah Dita dan membuat Dita tertawa.

Sedangkan di atas panggung, tampak Abra sedang mengarahkan kegiatan gladi resik yang sedang berlangsung dengan walkie-talkie. Beberapa kali ia tampak mengerutkan kening tanda tak suka, kemudian dengan teganya ia menyuruh para penampil untuk mengulangi tampilannya dari awal agar hasilnya lebih sempurna. Menjelang hari malam puncak yang tersisa 2 hari lagi, semua panitia memang terlihat lebih emosi. Semua menginginkan sesuatu yang sempurna. Apalagi Abra dan Arga yang memang sudah galak jadi bertambah galak akhir-akhir ini. Untungnya emosi Reyhan masih bisa stabil sehingga tidak segalak Abra dan Arga.

Vanya yang sedang duduk menyunting rundown acara di bangku penonton sesekali melihat wajah serius Abra yang membuatnya tersenyum gemas. Lalu akhirnya ia merasa malu sendiri atas kejadian beberapa waktu lalu ketika Abra sakit.

Sejak kejadian itu, Vanya sebisa mungkin menghindar agar tidak berdekatan dengan Abra. Sejauh ini, rencananya berhasil. Gak tau 1 jam lagi.

Ia berdecak pelan karena mengingat ini sudah keempat kalinya ia menyunting rundown acara. Namun sebuah suara yang lumayan mengagetkan membuat bahu Vanya bergetar dan hampir membuat laptop yang dipegangnya terlepas.

Vanya menoleh ke kiri tempat sumber suara yang berhasil membuatnya kaget setengah mati. Betapa terkejutnya ia ketika melihat serpihan-serpihan kaca berada di lantai sangat dekat dengan tempat duduknya, karena memang Vanya duduk di bangku paling pinggir. Kemudian di tempatnya berdiri, Danu diam mematung dengan wajah yang pias. Kebetulan waktu itu, lighting dalam keadaan tersorot ke bangku penonton sehingga Vanya bisa melihat wajah pucat Danu.

Belum selesai dalam keterkejutannya, Vanya langsung tersadar ketika Abra, Arga dan panitia lainnya yang berada di dalam ruangan tersebut datang menghampiri Danu. Ketika itu, suara riuh yang awalnya dibuat oleh para panitia dan para penampil yang tersebar di bangku penonton langsung sunyi tak bersisa.

Abra yang tidak tau harus berkata apa saat itu, langsung menyuruh semua panitia untuk berkumpul di luar ruangan.

Vanya langsung menyimpan file yang ia kerjakan, dan meninggalkan laptopnya di bangku penonton. Kemudian dia mengikuti semua panitia keluar dari ruangan itu.

Panitia duduk di lantai dengan diam menunduk. Di depan para panitia, tampak Abra yang sedang berdiri menghadap kaca sehingga membuatnya membelakangi panitia. Walaupun begitu, namun tak dapat disembunyikan ia yang beberapa kali mengusap wajahnya dengan tangan dan menghembuskan nafasnya. Beberapa panitia yang duduk di bagian depan mendengar Abra mengucapkan istighfar dengan sangat pelan. Begitu terus hingga dua kali lalu setelah itu dia berbalik badan menghadap panitia lainnya yang duduk di lantai. Dia menatap panitia dengan tajam sekaligus tatapan lelah secara bersamaan. Sekali lagi dia menghembuskan nafas dan berucap istighfar.

Believe in MAGIC [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang