PART 8 : JEALOUS

16 5 0
                                    

Suara Bu Rita masih setia menjelaskan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sedangkan Vanya terus saja melirik jam tangannya untuk mengetahui berapa lama lagi ia akan keluar kelas. Bu Rita adalah tipe guru yang sangat disiplin. Ia tidak akan diperbolehkan izin keluar lebih awal 'hanya' karena menyiapkan pertandingan yang diadakan sepulang sekolah.

Saat yang dinanti-nanti pun tiba. Suara bel berbunyi nyaring menghentikan penjelasan dari Bu Rita.

"baiklah, kita akan melanjutkan minggu depan" ucap Bu Rita yang kemudian langsung keluar kelas.

Setelah ia berganti baju, ia langsung turun menuju lapangan dan ternyata sudah ramai akan panitia. Ia memilih untuk membantu mengangkat meja untuk table futsal.

Sekilas ia melihat Abra sedang menjelaskan sesuatu terhadap pemain yang sudah siap dengan baju jerseynya. Namun ia tak begitu peduli karena memang tak begitu penting. Ia masih ada urusan lebih penting yaitu mengangkat meja.

Jam sudah menunjukkan ke angka setengah 3 kurang 5 menit. Itu tandanya 5 menit lagi pertandingan akan dimulai.

Kali ini ia mengangkat meja bersama Farah. Ia mengangkat menghadap depan sedangkan Farah berhadapan dengannya sehingga membelakangi jalan. Tiba-tiba di tengah lapangan tangannya melepaskan meja yang diangkatnya sehingga membuat Farah melotot kaget.

Disana, Abra bersama seorang cewek memakai baju kotak-kotak yang terasa familiar di mata Vanya. Ah iya, itu baju sekolah yang pernah dipakai Abra ketika datang ke sekolah ini. Rambutnya digerai dengan liukkan-liukkan indah di bagian bawahnya dan wajahnya cantik. Dan yep, itu adalah cewek yang pernah dilihat Vanya ketika di rumah sakit.

Tidak-tidak, masalah baju dan rambut tidak penting. Yang terpenting adalah Abra memberikan jaketnya ke cewek itu! hah?! Sekali lagi, Abra memberikan jaket ke cewek itu dan kemudian dipakai oleh cewek itu!

"VANYAAAA" Vanya tersentak kaget mendengar teriakan dari Farah.

"ah iya, sorry Far. Iya-iya ayo udah mau sampai tuh" Vanya kembali mengangkat meja itu untuk diletakkan di pinggir lapangan.

Vanya kembali melihat ke arah dua orang itu. Abra sedang serius membaca sesuatu dan cewek itu duduk melihat kearah lapangan dengan kepala yang sudah tertutupi oleh kupluk jaket tersebut.

'dasar cewek gabisa kena panas' rutuk Vanya.

Suara Dion yang berbicara menggunakan microfon pertanda bahwa acara sudah dimulai. Vanya sendiri tidak ada jadwal untuk menjadi timer keeper ataupun yang lainnya pada pertandingan pertama. Ia hanya duduk di samping Indah yang menjadi pencatat nama pencetak skor.

Vanya melirik Abra lagi. Ia sedang berbicara dengan cewek itu. Mencoba menahan sabar, Vanya mencoba fokus pada pertandingan. Tiba-tiba topi yang tengah ia pakai diangkat oleh seseorang membuat Vanya menoleh kebelakang. Arga.

"pinjem dong, punya siapa nih" tanya Arga sembari mencoba topi putih tersebut.

Vanya hanya menjawab dengan dagu yang menunjuk ke arah Abra dengan pandangan kesal.

"Abra?" tanya Arga dengan topi yang sudah bertengger manis di kepalanya. Arga menduduki kursi di belakang Vanya yang kosong.

Tiba-tiba Vanya berdiri dari kursinya dan menarik topi yang dipakai Arga dan dia berjalan kearah Abra yang sedang berbicara dengan cewek itu dengan langkah kesal.

"nih, makasih pinjamannya" Vanya memberikan topi itu ke Abra membuat Abra dan cewek itu mendongak. Vanya sama sekali tak berniat melihat kearah cewek berselubung jaket itu, udah kaya orang sakit, pikir Vanya

Believe in MAGIC [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang