17

114 18 6
                                    

Sampai pada suatu saat kita benar-benar terlihat serasi ketika dilihat dari cara saling menyakiti.
⚖️

Arkana merebahkan tubuhnya pelan di sofa. Menarik nafas kemudian mengeluarkannya perlahan. Sekelebat bayangan Claretta hadir kembali bersama dengan aroma khas Claretta yang terbawa bersamanya.

Arkana tersenyum kecil. Bahkan meskipun gadis kecilnya itu tidak sedang bersamanya, ia tetap menguasai seisi pikiran.
Mengingat bagaimana gadismungil itu begitu sulit-sulit gampang didapatkan. Semuanya menjadi terasa lucu ketika kini dia sudah memilikinya.

Klontangg...

Arkana terkesiap mendengar sesuatu jatuh dari arah dapur.

'Mama? '

Arkana beranjak menuju dapur. Menemukan sosok paruh baya yang dicintainya sedang kesulitan. Tangan kirinya menggendong balita mungil yang merengek tanpa suara. Sedang tangan yang lain memegang botol susu.

"Mama, kenapa gak minta bantuan Mbak Ratna sih?" Arkana mengambil alih balita mungil itu dari pundak Maya-mama Arkana.

Hebatnya Olin yang tadinya merengek kini justru tersenyum sumringah memegangi pipi Arkana saat tubuhnya jatuh ke dalam gendongan Arkana.

Arkana terpesona dengan senyum sumringah adik perempuannya itu.
"Olin sayang,  jangan bikin Mama susah lagi atutu." Arkana membuat gerakan naik turun, memegangi bagian ketiak Olin, mengulang gerakan itu membuat Olin tertawa kesenangan.

Tangan kecil nan menggemaskan Olin melingkari jari telunjuk Arkana.
"Oi--inn aa-ngen aabang hehehekk (Olin kangen abang)." Jari telunjuknya digoyang-goyangkan oleh tangan mungil itu.

"Iya abang juga kangen duh gemesnya." Tangan Arkana tidak kuasa lagi menahan kegemasana untuk meremas kecil pipi Olin, mencium keningnya dengan lembut.

"Bantu Mama bawa Olin ke kamarnya, Kak." Maya mendahului Arkana dan Olin dengan membawa 2 botol susu hangat yang berhasil di buatnya.

Menaiki tangga demi tangga menuju kamar sembari terus bercanda ria dengan Olin. Hal membahagiakan yang utama bagi Arkana.
Selama ini dia berusaha menjadi Ayah sekaligus kakak yang baik untuk kedua adiknya. Tidak akan membiarkan kedua adiknya merasa kekurangan dalam kasih sayang.

Sebab Arkana mengerti sendiri bagaimana sakitnya ketika mengingat semua yang sudah ayah perbuat padanya.

Arkana menyerahkan Olin ke dalan gendongan Maya. Selanjutnya dengan lembut Maya membuai Olin, memberikan susu botol dan Olin menyambutnya dengan raut bahagia.
Melihatnya Arkana begitu bahagia dan lega.

Mata Arkana terlempar pada Mbak Ratna yang tengah menggendong Okan yang tampaknya sudah tertidur. Menggendong sambil menepuk pantat kecil itu pelan untuk menjaga tetap tenang.
Arkana menghampiri Mbak Ratna, menggunakan ekspresi wajahnya untuk mengisyratkan pada Mbak Ratna agar dapat mengambilalih Okan kedalam gendongannya.

Mbak Ratna pun mengerti. Dalam sepersekian detik adik gantengnya itu telah dalam gendongannya. Arkana memandangi inci demi inci wajah ganteng Okan yang terlihat begitu mirip dengan wajahnya ketika bayi dulu.
Perlahan tangannya mulai mengusap pipi Bakpao Okan, kemudian memberikan kecupan kecil dikeningnya.

"Oh ya Kak. Joe tadi kesini. Terus bilang ke Mama nunggu kamu di gedung belakang, kamu kesana sekarang ya. Okan biar Mbak Ratna yang urus." Arkana mengangkat kedua alisnya ketika nama Joe tersebut.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang