2

394 106 74
                                    

Jangan melukai dirimu sendiri, atau kamu akan semakin terluka. Mungkin nanti aku juga akan ikut terluka.
~Anonymous boy~




Aku berjalan cepat (mirip berlari) menyusuri lorong menuju ke kelas sambil menekan kuat debaran di dadaku.  Berulangkali ku geleng-gelengkan kepalaku untuk menghapus kejadian yang barusan aku alami dari ingatanku. Membuat rambut panjangku bertebaran tak karuan.

Sesaat kemudian, aku sampai ke kelas. Segera menuju ke bangku kelas. Aku menenggelamkan wajahku ke dalam dekapan kedua tangan yang ku lipat di atas meja. Sesekali menggelengkannya lagi.

Sadarkan dirimu Claretta. Batinku.

Jangan terperdaya oleh ketampanannya. Dia tetap orang yang telah menghinamu. Batinku lagi, di tambah aku paling tidak suka ada orang yang menghina sebelum mengenalku.

Anehnya, seberapa keras ku arahkan seluruh pasukan Claretta untuk menghapus kejadian tadi hanya berujung menambah debaran jantungku. Rasanya jantungku akan mencuat keluar jika seperti ini.

Tunggu, jangan menjadi cewek emosi, plinpan dan gampangan secara bersamaan Claretta!!  Aku terus melancarkan keahlianku mengutuki diri sendiri.

Asal jangan berpikiran yang tidak-tidak dulu tentangku. Coba saja bayangkan orang yang tadinya menghinamu tanpa sengaja justru kamu tolong kemudian tanpa memikirkan rasa jengkel yang timbul karena dia, dia justru dengan gampang mengatakan maaf, menebar pesonanya secara terang-terangan. Bahkan di tambahkannya lagi dengan senyum yang menimbulkan jantungku tersentrum oleh ribuan watt aliran listrik.

Andaikan saja dia tidak setampan itu mungkin aku tidak akan sejengkel ini.

Dan poin yang paling penting adalah AKU MALUU?!!!!!

OMG!!!

Bagaimana dia bisa mendengar suara detak jantungku. Apakah jantungku bertindak di luar batas sampai orang menjengkelkan seperti dia mendengarkannya?

Apakah degup jantungku terlalu cepat sampai membuat kebisingan?

Ahh.. kurasa tidak. Sekeras apapun detak jantung seseorang setauku tidak akan ada yang bisa mendengarnya kecuali dia mendengarkan dengan menempelkan telinganya ke dada.

Apa dia tadi-------???

Arghhh... mikir apa aku inii??

Aku terus bergerak-gerak tanpa alasan yang jelas. Diselingi dengan teriakan putus asa dan kesal yang hadir secara bersamaan.

Putus asa karena tidak bisa mengontrol pasukan karyawan Claretta di otakku untuk menghapus data di superkomputer di otakku.
Dan kesal karena mengapa harus dia, kenapa dia bersikap seperti itu.

Dan ahh..

Aku berharap tidak bertemu dengannya lagi.

Mana mungkin?? Jelas-jelas satu sekolah.

Tanpa ku sadari aku menjadi gila sementara. Sampai aku menyadari aku tengah gila di luar batas dengan pelan tapi pasti aku menyadarkan diri. Mengambil nafas secara perlahan lalu mengembuskan nafas panjang namun lembut. Mengontrol degup jantungku dari dalam, menetralkannya dengan suasana kelas yang sunyi.

Sunyyiii? Ehh sunyii.  Gawat aku lupa. Hari ini jadwal pelajaran olahraga.
Ah sial, dia membuatku lupa segalanya.

Dengan segera, aku mengeluarkan baju olahraga dari tasku. Menuju ke kamar mandi perempuan untuk berganti baju.

Syukurlah, banyak teman-temanku yang masih mengantri untuk berganti baju. Jadi aku tidak perlu khawatir akan tertinggal jam pelajaran olahraga.

Aku melihat Laras yang tengah mengikat rambutnya ekor kuda di depan cermin. Diikuti dengan teman-teman lain yang berjejer untuk mempercantik diri.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang