Renungkan.
Sesali.
Lakukan sekali lagi.Aku tidak sendiri.
*Claretta*Claretta berjalan dengan pelan. Diikuti derap langkah kaki yang membututinya dari tadi.
Kali ini derapan itu tidak membuatnya takut. Justru merasa aman.Claretta merasa sedang dilingkupi oleh bola perlindungan. Siapapun takkan mampu menembusnya.
Tanpa di sadari, langkahnya semakin melambat. Sesuatu dalam hatinya menarik diri untuk keluar. Berlari ke pengendali waktu untuk menghentikan momen ini.
Claretta ingin dia tetap bersamanya. Tak apa jika ia harus kehilangan segalanya. Asal ia berjalan bersama dengan Anonym seperti saat ini.
"Kamu sedang berjalan atau diam? Kenapa langkahmu melambat? Kakimu sakit? Mau ku gendong? Apa tanganmu masih gemetaran? Masih bisakah kamu untuk berjalan?" Barisan pertanyaan itu tak berhasil menembus gendang telinga Claretta.
Alasannya karena wajah Claretta benar-benar dekat sekali dengan Anonym. Claretta dapat merasakan hangat nafasnya.
Menatap mata yang penuh dengan kekhawatiran. Claretta terdiam.
Untuk waktu yang lama. Menikmati detik demi detik pertemuan sepasang mata itu."Hei, kenapa diam? Kamu baik-baik saja?" Tanya Anonym pada Claretta, sembari mengusap pipi Claretta dengan tangan kanannya.
Sentuhan itu membuat hati Claretta semakin berdebar. Pasalnya tangan itu seolah menghipnotis Claretta untuk menculik Anonym ke dalam dunia kedua yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun, imajinasinya.
"Kamu.." ucap Claretta dengan tetap memandang sosok dihadapannya.
"Ya, kenapa?" Anonym kembali bertanya, kali ini suaranya sedikit berat. Mungkin saja menahan sesuatu dalam kerongkongannya yang ingin keluar. Karena kekhawatiran dan pertanyaannya yang tak ku kunjung di jawab oleh Claretta.
"Bisakah kamu pergi dari sisiku?" Pinta Claretta yang berhasil membuat wajah khawatir Anonym berubah tertegun, wajahnya mengetat.
Claretta mengamati perubahan itu. Mulut Anonym bergerak, namun tak satupun kata didengarnya. Semakin mengamati perubahan Anonym, semakin detak jantung Claretta berpacu begitu cepat.
Tampak dihadapannya wajah penuh keputusasaan. Diikuti dengan rasa sedikit sesak dalam hati Claretta melihat wajah muram itu.
Merasakan langkah kaki Anonym yang berbalik memunggungi Claretta, dengan lantang Claretta berteriak:
"Karena jika kamu terus berada disisiku. Aku bisa mati karena detak jantungku berdetak begitu cepat!!!"Grepp!
Suara khas langkah kaki yang terhenti menggema di telinga Claretta bersamaan dengan dengingan terakhir teriakannya.
Claretta memandang Anonym yang terdiam tetap memunggunginya.Ada rasa penyesalan dalam hati karena telah mempermainkan Anonym. Claretta lantas mencoba untuk mendekati Anonym.
Sebelum niatan itu terwujudkan, Anonym lebih dulu berbalik. Claretta menatapnya.
Wajahnya tidak lagi terpasang keputusasaan. Justru wajah datar tanpa makna yang tidak bisa Claretta terka apa maksudnya."Katakan sekali lagi!" Pinta Anonym, matanya berseri tiba-tiba.
Claretta merasa kikuk dengan permintaan itu. Bahkan teriakan sebelumnya belum sepenuhnya dipikirkan. Claretta hanya ingin meluapkan keinginan hati yang tak lagi bisa dibendungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Boy
FanfictionDengan tanpa alasan, banyak hal terjadi di luar dugaan. Entah itu kematian atau kelahiran baru. Sejatinya semua manusia ditakdirkan untuk terus bertemu dengan orang-orang baru selama alur waktu hidupnya, menggantikan orang-orang yang pergi meninggal...