Jangan mengatakan benci, sebab itu berarti sebaliknya. Jangan mengatakan sudah melupakan, sebab itu berarti kamu belum melupakannya.
Akan selalu ada bagian hati yang utuh saat segalanya hancur.⚖️
Mata Claretta sibuk meloncat-loncat. Dari arah jarum jam kemudian kembali ke papan tulis. Fokusnya terganggu memikirkan kekasihnya yang baru mengirim pesan untuk menemuinya di jam istirahat.
Bukan Claretta jika tidak penasaran. Rangkaian angka yang terjejer di papan putih di depan sana seolah tidak terlihat di mata Claretta. Berganti dengan sekumpulan dugaan yang akan dibicarakan Arkana nanti.
"Cla.." Laras menyenggol tangan Claretta. Claretta bergeming. Sibuk dengan rangkaian dugaan dimatanya.
"Claretta!" Nada Laras naik satu oktaf setengah berteriak. Membuat Claretta terperangah.
"Ih iya Laras. Ada apa?"
"Dari tadi kamu di panggil Bu Sila tuh!" Jawab Laras kesal. Claretta mengangkat alisnya. Menatap Bu Sila yang berkacak pinggang menatapnya sakartis."Kamu kenapa Claretta? Kok dari tadi melamun? Tidak mendengarkan penjelasan saya?" Tanya beruntun Bu Sila.
Claretta mengigit bibirnya. Tidak mungkin jujur tentang lamunannya. "Aa.. nu Bu," Claretta tergagap, "Saa.. ya agaa.. k ga.. k enak ba.. dan."
Laras yang mendengarnya tampak kaget. Tangannya buru-buru menempel di kening Claretta. Membolak balikkan telapak dan punggung tangannya disana.
"Ih iya kamu panas, Cla." Laras mulai khawatir. Claretta mengernyitkan dahi. Apa ini yang namanya karma?
Claretta berniat berbohong tetapi tubuhnya justru membantunya. Dan itu tak pernah diinginkan Claretta benar-benar terjadi."Ya sudah lebih baik kamu Istirahat di UKS. Laras antar Claretta!" Jelas Bu Sila.
Claretta mengangguk. Laras segera merangkulnya menuju UKS. Lorong demi lorong dilewati dengan keheningan. Claretta mulai merasakan kepalanya pusing.
Dalam hati memohon ampun atas kebohongan yang menjadi nyata.Laras yang peka dengan keadaan Claretta pun sigap mempercepat langkahnya menuju UKS.
Membaringkan Claretta diatas kasur.
"Mau minum obat?" Tawar Laras.Claretta menggeleng. "Aku tidur sebentar aja, Ras. Nanti pasti sembuh."
Laras pun berpamitan kembali ke kelas. Sebelumnya berjanji untuk kembali menemaninya di jam istirahat nanti.Claretta menatap sayu langit-langit UKS. Kepalanya pusing begitu saja.
Matanya melirik sisi demi sisi ruang UKS yang menyepi."Ah.. kebiasaan sakit gak berasa aku nih." Desah Claretta.
Jika di tanya apa dia sakit atau tidak mungkin itu akan menjadi pertanyaan tersulit bagi Claretta. Pasalnya sejak kecil ia mati rasa dengan rasa sakit.
Ia akan menyadari sakitnya ketika orang lain memergoki sakitnya duluan. Dan Papy nya dulu yang selalu tau pertama kali saat Claretta sakit.Aneh bukan?
Tubuh-tubuhnya sendiri tetap tak dikenalinya secara pasti.Brakkk!!!
Claretta terkesiap. Matanya lari ke arah pintu yang dibuka kasar oleh seseorang. Menangkap semburat khawatir disana.
Arkana segera berlari menuju pembaringan Claretta. Diikuti oleh sosok dengan aura mencengkam yang berjalan santai dengan tangan bersidekap, Kent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Boy
FanfictionDengan tanpa alasan, banyak hal terjadi di luar dugaan. Entah itu kematian atau kelahiran baru. Sejatinya semua manusia ditakdirkan untuk terus bertemu dengan orang-orang baru selama alur waktu hidupnya, menggantikan orang-orang yang pergi meninggal...