10

132 28 11
                                    

Ini bukan tentang lelahnya menunggu. Melainkan perkara waktu menjawab rasaku.
-Anonymous Boy-





















Mata bulat Claretta menatap jengah kedua cowok dihadapannya yang sibuk mengusap pipi masing-masing yang memar setelah berbagi tinju.

Sedetik kemudian Claretta berdecak kesal sembari mengusap helaian rambut halus yang tertiup angin ke belakang.
Kent dan Anonym memaparkan wajah kaget saat Claretta berdecak. Keduanya membisu tanpa sebab.

Tak disangka kedua cowok itu. Aura kemarahan Claretta lebih menyeramkan dari peperangan yang baru saja mereka lalui.

Claretta menatap dengan lirikan tajam ke arah Anonym. Melihatnya, Anonym hanya mampu tertunduk tanpa mampu membalas tatapan membunuh itu.

Melihat respon menggelikan Anonym, Claretta tersenyum sinis.
Matanya beralih ke arah Kent yang setia memegangi pipi kanannya yang memar.

Tidak seperti Anonym yang tertunduk, Kent justru memilih menatap mata Claretta. Namun dengan tatapan memelas yang semakin membuat emosi Claretta memuncak.

"Kalian," sepatah kata yang Claretta ucap serempak mendongakkan kepala kedua cowok nakal itu.

"Puas bikin aku malu di depan puluhan orang?" Tanya Claretta dengan nada bahagia yang mengejek.

Menohok malu kedua cowok nakal dihadapannya dalam sekejap

"Apa kalian datang ke kehidupanku cuma mau bikin malu? Mau bikin rambut aku beruban sebelum tua gara-gara ngadepin kalian?" Tanya Claretta kesekian kali dengan nada yang lebih tinggi.

Merasa tidak ingin terus di vonis sebagai tersangka, Kent membela diri.

"Gue gak niat bikin lo malu. Niat gue ngajak lo makan. Cuman nih upil aja yang maen nonjok gue." Ucap Kent menginformasikan bahwa ia adalah korban.

Merasa terganggu dengan kata upil, Anonym menatap tajam ke arah Kent. Kent membalasnya dengan wajah menantang.

"Apa lo, upil?"

Satu gerakan cepat Anonym berhasil berhadapan dengan jarak 1 langkah dengan Kent. Mengepalkan keras kedua tangannya. Menyalurkan rasa panas yang timbul memenuhi dadanya.

Sesaat sebelum PEPERANGAN JILID 2 itu dimulai. Claretta mendekat. Menarik kedua tangan Anonym yang mengudara menuju sasaran. Meraihnya lembut untuk dilepaskannya secara kasar.

Menghantam telak perasaan Anonym secara tiba-tiba ketika menyadari sentakan itu ditujukan benar-benar padanya dari sosok Claretta yang baru-baru ini memenuhi pikirannya. Claretta menengahi keduanya.

Matanya menatap Anonym dan Kent bergantian dengan wajah penuh emosi.

"Kalian terusin perkelahian kalian setelah aku pergi. Aku berharap setelah ini gak bakal ketemu dan berurusan lagi sama kalian.". Ucap Claretta kemudian berlalu meninggalkan Kent dan Anonym yang memaku.

"Cih." Umpat Kent.



xXxX

Claretta berjalan dengan hentakan kaki yang semakin kuat menghantam tanah di setiap langkahnya. Melampiaskan rasa malu sekaligus kesal yang bergemuruh.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang