Kekuatan bukan tentang seberapa kuatnya kamu menahan luka. Kekuatan adalah tentang bagaimana kamu tetap bisa tersenyum bahkan saat seluruh dunia tak menginginkanmu.
⚖️
Akan datang masanya seseorang yang benar-benar berarti bagimu memberikan segalanya yang ingin kamu miliki. Membuatmu puas dan tak menginginkan hal lain lagi. Cukup dengan bersamanya membuatmu merasa telah menguasai dunia.
Seperti itulah yang dirasakan Claretta. Suara debur ombak menabrak karang dan cuacanya yang cukup bersahabat membuatnya antusias berlarian menikmati pesona pantai dan lautan yang selalu berdampingan.
Claretta menjerit-jerit sepuasnya. Sesekali tertawa menertawakan sikap konyolnya sendiri.Sudah lama Claretta tidak bertemu dengan laut. Dan cukup membahagiakan hari ini bisa merasa angin sepoi dan aroma laut lagi.
Claretta menoleh ke belakang. Menatap lekat sosok yang sedari tadi mengikutinya. Kali ini ia menggunakan kaos bercorak burung berwarna biru. Kedua tangannya tenggelam ke dalam saku. Matanya tertutup oleh kaca mata hitam. Semburat senyum mengembang disana.
"Jangan lari-lari, Sayang." Ucapnya lembut menghampiri Claretta yang setia menunggunya.
"Kenapa lemot banget kaya kura-kura sih kamu?" Protes Claretta. Menyabet tangan Arkana yang tergantung bebas. Kemudian menautkannya.Arkana tergelak. Beberapa hari ini memang sikap kekasihnya itu begitu posesif. Tapi justru membuatnya semakin gemas dengan tingkah laku Claretta. Satu jam berlagak dewasa safu jam kemudian berubah manja seperti anak-anak.
Mungkin bagi orang-orang yang melihat, sikap Claretta dianggap menyebalkan alias ngalem.
Tetapi tidak bagi cowok itu.Baginya, setiap sikap Claretta adalah cerminan kekasihnya. Pada dasarnya manusia tidak bisa menjadi sempurna sekalipun dituntut atau dilatih bertahun-tahun.
Menyadari hal itu, Arkana menganggap setiap sikap yang ditunjukkan Claretta adalah tugas untuknya menyempurnakan.Ketika Claretta bersikap dewasa itu tandanya waktu membukanya untuk bermanja ria menikmati setiap sentuhan kasih sayang dan perhatian Claretta. Sebaliknya ketika Claretta bersikap manja, sudah menjadi tugasnya untuk menanggapinya dengan memberikan kasih sayang yang tak kalah besar.
Dengan itu semuanya menjadi mudah. Sebab mereka saling melengkapi. Bahkan tanpa kompromi saling mengerti dan memahami. Dengan begini, semua sempurna. Saat Arkana dan Claretta bersama.
Hampir sekitar 2 jam Claretta mengajak kejar-kejaran. Arkana pun mulai kehabisan tenaga. Akhirnya mengajak Claretta bersandar disebuah bangku di bawah pohon. Cukup teduh.
Tangan Arkana mengibas-ibas menjadi kipas manual untuk meredakan panas dalam dirinya. Sepasang tangan mungil kembali mendekatinya dan mendekapnya.
"Kenapa sih, Ta? Dari tadi kok terus nempel aku kayak perangko?" Tangan Arkana menyentuh lembut punggung tangan Claretta.
"Karena dengan ini aku tenang." Ucap Claretta yang tenggelam ke dalam dada Arkana.
Arkana terkekeh geli mendengarnya. Mengulang kembali adegan pagi tadi. Dimana ia sengaja menyiapkan makanan buatannya sendiri. Lengkap dengan susu dan buah-buahan. Membawakan makanan itu ke kamar Claretta yang pagi tadi masih tertidur.
Mendapat ide jail, Arkana meniup sebuah balon milik Okan. Meniupnya hingga begitu besar. Mengikatnya agar udara dalam balon terjaga. Kemudian dengan sengaja menancapnya jarum kebalon itu sehingga meledak. Menimbulkan suara yang membuat Claretta tercekat.
Tentu saja Claretta marah. Namun sedetik kemudian setelah melihatnya membopong nakas penuh makanan raut wajah Claretta mendadak tersipu. Tampak jelas wajah Claretta merona tadi pagi. Membuat gemas tertahan melihat gadisnya itu yang selalu terlihat imut dalam keadaan apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Boy
FanfictionDengan tanpa alasan, banyak hal terjadi di luar dugaan. Entah itu kematian atau kelahiran baru. Sejatinya semua manusia ditakdirkan untuk terus bertemu dengan orang-orang baru selama alur waktu hidupnya, menggantikan orang-orang yang pergi meninggal...