Kamu kecil, aku kantongin aja muat.
-Arkana-Tik. Tik. Tik.
Suara pergerakan jarum jam itu memenuhi ruangan kamar Arkana. 2 penghuni itu terdiam kurang lebih dua jam. Sedang malam bergerak semakin larut.
Jam sudah menunjuk pukul 8 malam.
Antara Claretta dan Arkana tidak ingin ada yang memulai pergerakan atau obrolan. Posisi mereka masih sama, saling mendekap dan tak ingin ada yang melepas.
Arkana samar-samar melihat Claretta terpejam di antara cahaya remang sinar bulan yang masuk lewat celah jendela.
Sedang Arkana memilih terjaga dan tenggelam dalam lamunan.
Sebuah gerakan cepat tiba-tiba dirasa Arkana. Sesuatu yang tumpul melesat tempat didadanya.
BUKKK!!
"Astaga!" Jerit Claretta bersamaan dengan suara tubuhnya bangkit, dentuman tangannya yang menepuk keras dada Arkana dan jeritan kesakitan sang korban.
"Aww."
Namun jeritan kesakitan itu tak di gubris Claretta. Claretta sibuk mencari dan menggali isi ingatannya untuk menemukan dimana dengan matanya yang menelusur inci demi inci bagian kamar Arkana.
Merasa tidak di anggap, Arkana jengkel.
"Tas mana tasku? Jam 8 malam. Ya ampun." Racau Claretta disertai pergerakan yang tak kalah kacau, bingung.
Arkana semakin kesal. Sekali tarik, tangannya mendapatkan tubuh Claretta terhuyung ke arahnya bersamaan dengan pekikan Claretta.
"Arkana, lepas lepas." Claretta menepuk-nepuk punggung Arkana saat Arkana kembali memeluknya.
"Enggak mau. Tadi kamu minta peluk aku turutin. Sekarang gantian dong." Ucap Arkana bersikukuh mempertahankan sandera dalam dekapannya.
"Arka ini udah malem. Nanti kalau tiba-tiba mama kamu masuk trus liat kita gini gimana? Lepas, Ka."
"Trus kenapa mikir gitunya gak dari tadi? Giliran aku yang minta peluk kamu cari alasan gitu buat gak peluk aku?" Protes Arkana yang terdengar menggelikan di telinga Claretta.
"Arka, ini beda. Tadi aku kalut sama perasaan aku. Gara-gara kamu juga. Sekarang aku baru nyadar. Udah lepas."
Buk buk buk buk buk.
Suara dentuman tangan Claretta dan punggung Arkana yang bersentuhan itu terdengar nyaring. Namun tak berefek pada sang korban. Justru pukulan itu seperti sebuah gelitikan buatnya.
"Ini juga beda. Sekarang aku kalut sama perasaan. Gara-gara kamu juga. Sekarang aku belum nyadar, jadi tunggu aku sadar. Peluk gih peluk." Arkana membalikkan ucapan Claretta dengan nada manja.
Claretta memutar bola matanya malas. Mengatakan ini bukan waktu yang tepat untuk saling melempar manja.
Arkana tetap mempertahankan pelukannya. Sampai Claretta menyerah dan akhirnya kembali memeluk Arkana. Arkana tersenyum penuh kemenangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Boy
FanfictionDengan tanpa alasan, banyak hal terjadi di luar dugaan. Entah itu kematian atau kelahiran baru. Sejatinya semua manusia ditakdirkan untuk terus bertemu dengan orang-orang baru selama alur waktu hidupnya, menggantikan orang-orang yang pergi meninggal...