23

92 16 4
                                    

Hanya percayalah pada apa yang ingin kamu percaya. Sebab dengan itu kamu akan melalui semuanya dengan mudah

⚖️

Lelah. Claretta berjalan menuju tangga kamar untuk segera membaringkan badannya. Tak terasa malam semakin larut. Jam menunjukkan pukul 21.00.

Ruang tamu yang dilaluinya juga gelap. Bi Darti mungkin juga sudah tidur.
Claretta menguap sambil menggeliat-geliatkan padanya.

Ctakk!!!

Claretta terkesiap saat lampu ruang tamu menyala tiba-tiba. Sosok dengan aura menyeramkan melototi Claretta.
Membuat kantuk Claretta menghilang begitu saja.

"Darimana aja kamu? Jam segini baru pulang?" Claretta menggigil. Pertanyaan itu bagaikan panah es yang menghunusnya pelan.

"Mama bilang ke London?"

"Mama jadi berangkat besok. Kenapa? Kamu enggak suka? Oh.. jadi gini ya kelakuan kamu kalok mama gak di rumah? Kelayapan sampek malem?" Momy mendekati Claretta. Tak lupa dengan mata yang melotot. Kemarahan tampak jelas dari wajahnya.

"Claretta baru sekali pulang malem, My. Lagian ini tadi baru jenguk temen yang sakit." Entahlah itu sebuah kebohongan atau kejujuran. Kenyataan Claretta membolos sekolah tidak bisa dielakkan. Tetapi kebenaran dirinya menjenguk Kent yang sakit juga tidk bisa dipatahkan begitu saja.

"Sampek kapan mau bohong ke momy? Kamu pikir momy gak tau kalau kamu bolos?"

JEDARR!!!

Bak petir yang menyambar, Claretta tercekat. Jelas saja Momymya tidak akan mempercayai apapun yang akan dikatakannya. Melihat situasi yang terjadi. Momynya sudah tampak berada di puncak emosi.

"Seneng ya kamu bikin Momy malu? Emangnya Momy nyekolahin kamu buat pinter bohong gini? Mau jadi apa  kamu besar nanti? Kenapa gak bisa ngehargain Momy yang kerja keras tiap hari buat kamu ha?" Ribuan tangan tak kasat mata berasa meremas hati Claretta. Dari semua luka tentang Momynya inilah yang paling menyakitkan.

Bikin malu Momy?

Claretta tak habis pikir dengan Momynya. Ia merasa tidak melakukan hal buruk apapun yang membuat Momynya malu. Lalu kenapa?

Selama ini Claretta berbesar hati memaklumi perubahan drastis Momynya. Memilih diam dengan luka. Berusaha untuk tidak egois. Sebaik mungkin mereda emosi sebagai penghormatan dirinya pada Momynya yang telah bekerja keras untuknya.

Namun kali ini apa?

Momy terus mengomel tanpa henti. Bersamaan dengan remasan di hati Claretta, tangannya juga tanpa sadar meremas tepi bajunya. Menekan giginya kuat-kuat untuk tetap bungkam menerima setiap kata yang dirasanya begitu menyakitkan.

"Kamu bener-bener anak gak tau diri ya Claretta!" Jika tadi petir terasa menyambar, kali ini tsunamilah yang dirasa menerjang Claretta.

Sudah cukup diamnya!

"Momy!" Teriak Claretta membuat Momy kaget otomatis berhenti bicara.

"Sedikitpun Claretta gak pernah melupakan Momy. Claretta memahami Momy yang selalu sibuk kerja tanpa ada waktu buat aku. Claretta bahkan selalu diam saat Momy menyalahkan Claretta dengan alasan-alasan sepele yang Claretta gak ngerasa melakukan kesalahan. Tapi sekarang apa? Momy minta Claretta menghargai Momy sementara Momy gak pernah mengerti perasaan Claretta. Momy nyadar nggak sih Momy itu berubah. Gak pernah ada waktu Claretta, sikap Momy jadi kasar dan dingin. Claretta muak, My!" Bulir air mata berjatuhan.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang