Ada saat dimana kamu ingin berhenti sementara hatimu masih ingin menanti.
Terlalu sulit untuk mendefinisikan kata bahagia. Sebab bahagia adalah bahagia.
Yang bisa kamu rasakan adalah jantungmu berdebar begitu cepat. Ada sesuatu yang mendorongmu untuk terus bergerak mengimbangi detak jantung itu.Bahkan otot-otot wajahmu menarik sudut bibirmu untuk mengembangkan senyum itu.
Semakin detik berlalu semakin kamu merasa hanyut ke dalam rasa itu. Dan entah kesekian kalinya, kamu memilih untuk tenggelam ke dalam rasa yang pada akhirnya kamu mengetahui jika BAHAGIA sesederhana itu.
Ya, seperti yang Claretta rasakan saat ini. Memiliki sosok yang selalu dikhawatirkan dan mengkhawatirkan membuat jantungnya berdebar.
Ia bahagia dan sedih dalam waktu bersamaan. Rasa khawatir itu mematikan namun melegakan, sebab itu pertanda kamu berarti dan mengarti.
Sebab itu pertanda kamu tidak sendiri.
Claretta menatap genggaman tangan dan ributnya lalu lintas malam secara bergantian. Menulikan telinga untuk sejenak menikmati romansa dalam diam.
Sosok yang berada disampingnya tampak tersenyum memesona, sembari sesekali mengeratkan genggaman. Karena takut kehilangan, mungkin.
Claretta melempar senyum sesaat sebelum kemudian membawa bola matanya menikmati suasana malam. Ratusan kuda besi saling berpacu untuk menembus kemacetan. Suara klakson atau teriakan orang yang tak sabar dengan kemacetan yang kian parah membuat suasana Claretta dan Arkana terpecah.
"Itu orang gak bisa santai apa gimana sih. Minta di tonjok apa ya?" Arkana memukul gigi kemudi kesal merespon suara klakson mobil dan teriakan orang di belakang sana.
Claretta terkekeh geli melihat Arkana yang terlihat terganggu.
"Jangan gitu lah, maklumin Ka. Mungkin aja itu orang lagi buru-buru." Claretta mendekati Arkana untuk kemudian menyandarkan kepalanya di dada Arkana.
"Buru-buru apa cobak? Lagian itu orang paling-paling kebelet pengen ngeluarin nafsu." Disusul dengan umpatan Arkana, Claretta beranjak menarik diri dari dada Arkana. Menutup mulutnya yang menganga mendapati Arkana baru saja membicarakan suatu hal yang tabu baginya.
"Arka, kamu ini apaan sih? Gak boleh gitu!" Claretta dengan kesal menepuk-nepuk dada Arkana karena entah mengapa membuat rona merah Claretta bermunculan.
Arkana yang menyadari kekasihnya itu malu terkekeh geli.
"Kenapa? Kamu gak suka aku ngomong begitu?" Arkana mengusap puncak rambut Claretta gemas setelah berhasil menghentikan pukulan tak berasa didadanya.
"Ya enggak. Ya-----, gitu." Claretta tergagap menjawab Arkana, ini pertamakalinya Claretta mendengar rangkaian kata yang menyangkut konten dewasa.
Arkana tersenyum kecil. Mengalihkan pandangan ke depan. Mendapati lampu berganti warna menjadi hijau. Ia fokus mengemudi sambil kadang melirik Claretta yang terlihat salah tingkah.
"Kamu kaget aku ngomong kayak tadi, Ta?" Arkana memulai pembicaraan untuk mempermudah pergerakan Claretta yang terbata-bata.
"Eh, ya eng... gak gi---tu sih." Claretta tergagap menjawabnya. Tidak ada stok jawaban dalam otaknya.
"Kamu takut sama aku, Ta?"
Arkana kembali menimpali Claretta dengan pertanyaan baru terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Boy
FanfictionDengan tanpa alasan, banyak hal terjadi di luar dugaan. Entah itu kematian atau kelahiran baru. Sejatinya semua manusia ditakdirkan untuk terus bertemu dengan orang-orang baru selama alur waktu hidupnya, menggantikan orang-orang yang pergi meninggal...