6

173 52 18
                                    

Banyak orang bilang buat cewek yang kamu suka tertawa, supaya dia jatuh cinta. Justru yang terjadi padaku sebaliknya, semakin dia tertawa semakin akulah yang jatuh cinta.
-Anonymous Boy-








2 kejadian aneh bin langka hari ini membuatku begitu lelah, kagum sekaligus bahagia.

Takdir Tuhan tidak semenakutkan itu. Memang beberapa titik kita di hadapkan pada sebuah situasi yang menjengkelkan untuk menjemput bahagia secara bersamaan.

Entah takdir semacam apa yang Tuhan sutradarakan untukku. Aku memilih percaya pada waktu.

Aku berjalan dengan wajah yang masih memanas memasuki kelas. Keramaian kelas seperti pasar bahkan tak lagi dapat ku dengar.

Aku malu dengan kata-kata yang baru saja ku lontarkan padanya, sekaligus bahagia mendengar teriakannya.


Aku menangkup kedua pipiku dengan sandaran siku di atas meja bangku. Menggeleng-gelengkan kepala kanan kiri menikmati bunga-bunga yang bermekaran dalam hatiku.

Serasa tak puas aku bila harus menghilangkan kejadian beberapa menit lalu.

"Whaaaaaaaaaaa." Teriakan Laras mengagetkanku, jantungku serasa akan keluar seketika. Tubuhku bergetar.

Ah, aku paling benci situasi seperti ini.

"Laras, apaan sih? Gak lucu tauk!!" Gerutuku sambil menyilangkan tanganku di depan dadaku.

"Kamu yang apa-apaan. Mentang-mentang jam kosong keluyuran aja. Trus balik-balik keliatan kayak bunga-bunga bermekaran mengelilingimu." Ledek Laras yang kemudian ku tanggapi serius.

"Eh, emang keliatan ya Ras?" Tanyaku panik.

Sedetik kemudian Laras tertawa terbahak-bahak. Sial aku di kerjai.

"Jadi beneran nih kamu lagi berbunga-bunga? Ya ampun, Cla. Polos banget sih kamu nih." Ucapnya sambil melanjutkan tertawa.

Aku mengerucutkan bibirku. Cukup sebal kalau Laras sudah menyebalkan seperti ini.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya tertawa.

"Udah belum ketawanya?" Tanyaku judes.

"Eh eh, Cla-claku marah," ucapnya sambil menjewer-jewer pipiku, "Gemes makin gemes kalau lagi marah."

"Aaaww, Laras sakit. Jangan kenceng-kenceng jewernya." Protesku yang menjadi akhir penderitaan pipiku.

Laras tetap tertawa. Mungkin menertawai ekspresi wajahku yang sebelumnya berbunga-bunga berubah menjadi serigala ini. Aku tau aku paling jelek kalau lagi marah.

Sadar dikitlah.

"Lagian kemana sih para guru. Masak seharian ini mau Jam kosong? Tau gini kan gak usah masuk sekolah." Gerutuku sambil mulai tertarik pada aktivitas teman-teman sekelasku.

Ada yang maen game. Sibuk selfie. Ngegosipin. Ada juga yang kutu buku. Ada yang maen sebak bola di kamar. Dan di pojok ada juga yang pacaran.

Pemandangan masa putih abu-abu.

"Kamu ini ya kenapa? Di saat temen-temen lain bersorak ria karena jam kosong. Kamu justru sebel." Laras yang mengambil alih protes padaku.

Aku memilih diam. Tidak menanggapi. Menenggelamkan wajahku di antara dua tanganku.

"Lagian para guru lagi rapat anggaran tahunan sama para donatur, termasuk bokapnya cowok itu." Seketika aku bangun mendadak.

Membuat Laras yang tadinya tenang sedikit kaget dengan pergerakan cepatku.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang