18

97 15 3
                                    

Kenyataannya kita adalah dua orang yang saling berseberangan tanpa tau bagaimana cara bergandengan tangan.
⚖️

Pernahkah kamu merasa begitu dekat dengan seseorang? Namun seiring berjalannya waktu, kedekatan itu dimakan oleh hari-hari yang terus berlalu.

Kamu menemukan sesuatu telah berubah. Kedekatan itu seolah mimpi belaka. Kamu merasa dia berubah, atau kamu mungkin juga berubah. Seolah ada jurang yang memisahkan kalian yang dulu begitu dekat.

Dari yang semula nyaman, menjadi begitu canggung saat berada didekatnya. Dari dulu yang semula kamu bebas mengutarakan apapun menjadi begitu kerepotan sendiri dengan lidahmu. Kamu takut apapun yang kamu katakan menyinggungnya.

Kamu mungkin merasakan hal itu dengan sahabat-sahabatmu semasa Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah.
Tetapi bagaimana jika hal itu terjadi antara seorang Ibu dan anak?

Begitulah keadaan yang di hadapi Claretta. Meja makan di hadapannya lengkap dengan hidangan lezat hanya menjadi pengalih saja. Sebab hatinya terasa diperas merasakan pengapnya keheningan disini.

Hanya suara dentingan piring dari sang Momy yang seolah tak memperdulikan betapa awkward-nya suasa di meja makan.

Claretta menyungutkan bibirnya. Menggerakan tangannya untuk menyendok makanan masuk ke mulutnya. Tanpa berniat menikmati.

"Hari ini berangkat bareng Momy." Claretta menatap Momynya yang bahkan tak melihatnya saat berbicara.

Claretta hanya berdeham, "Em."

Kesekian kalinya di pagi hari Claretta menghela nafas panjang ketika Momynya kembali berbicara, "Momy bakal ke London selama 3 hari urusan kerjaan. Kamu baik-baik di rumah."

Bukan hal baru lagi jika Momynya lebih mementingkan pekerjaan dari pada pertumbuhan masa remajanya. Claretta merasa pilihan terakhir untuk Momynya ketika dibutuhkan.

Hati yang terasa diperas menjadikan ia terbiasa. Tetapi sialnya semakin terbiasa semakin sakit rasanya.

⚖️⚖️⚖️

Masih terlalu pagi untuk mengawali hari dengan hati mendidih. Claretta hanya mengembangkan senyum getir kepada setiap siswa yang menyapanya.

Bayangan tentang kekilleran Momynya semakin memberatkan sudut bibirnya untuk tersenyum. Sampai sebuah tangan mengait pundaknya dengan kuat membuat Claretta sedikit terhuyung ke depan.

"Duh Clacla ku pagi-pagi udah unmood kini kenapa sih?" Laras tersenyum sambil kedua alisnya naik turun.

"Enggak, Ras."

"Kamu gak pengen ceritain hubungan kamu sama Anonym?" Ketika nama 'Anonym' disebut sontak kaki Claretta berhenti berjalan.

Ia hampir lupa aksi heroiknya yang berhujung luka maut dilengannya kemarin tentu membuat semua orang disekolah ini bertanya-tanya.

Belum lagi mengingat kejadian pelukan yang disaksikan hampir seluruh kelas 11 itu membuat Claretta pusing rasanya.

Sudah bisa tebak banyak dari mereka yang bertanya-tanya soal hubungannya dengan Arkana. Tak terkecuali sahabatnya yang tengah menggandeng tangannya dengan senyum sumringahnya seolah memamerkan pada dunia bahwa ia tengah punya harta karun sumber terpercaya.

Samar-samar mulai terdengar bisikan-bisikan yang menyebut namanya dan Arkana.

Aku tak ingin menjawab apapun, batinnya

"Ceritain dong, Cla. Ayo Cla. Ya ya yaa... Kamu beneran pacaran nih sama Anonym?" Laras mengoyang-goyangkan badannya ke arah Claretta sehingga mereka tampak seperti bandul yang bergerak dari kanan ke kiri tanpa henti.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang