3

310 90 73
                                    

Belum sekarang, tapi nanti. Kamu akan mencintaiku.
~Anonymous boy~


     
 

          Dia sudah pergi. Sekitar 5 menit yang lalu. Meninggalkanku dengan jejak senyumnya yang masih tertinggal. Aku masih berusaha mengatur nafas senormal mungkin.

Satu per satu teman sekelasku mulai berangsur memenuhin kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.
Dan entah kenapa hatiku menjadi sangat jengkel. 

Berani-beraninya dia yang baru kenal saja sudah mendekatiku secara terang-terangan. Bukan GR. Tapi apa lagi kalau bukan pendekatan yang sedang ia lakukan padaku.

Aku bersumpah akan menunjukkan padanya. Aku bukan cewek yang mudah jatuh hanya karena tebaran pesonanya. Mungkin dia cowok playboy yang gampang banget pindah hati dan dapet cewek. Apalagi kelakuannya yang suka tawuran tadi, ditambah hinaannya tadi pagi.

Akan aku tunjukkan aku bukan cewek gampangan.

Ah, aku semakin jengkel padanya. Ya meski sebagian dari diriku uring-uringan dan memilih percaya dia bukan orang yang seperti itu.

Aku menghela nafas panjang. Menggeleng-gelengkan kepala berkali-kali untuk percaya atau tidak pada asumsi ku ini.

"Kenapa Cla?" Tanya Laras.

"Eh."

Saking asiknya hanyut dalam pikiranku sendiri, aku sampai tidak menyadari Laras sudah duduk di sampingku

"Kenapa mukamu?" Lanjutnya, "Merah gitu?"

Refleks kedua tanganku ku tangkupkan ke kedua sisi pipiku. Menatap Laras dengan bibirku yang cengar-cengir. Mataku gelisah. Aku harus menjawab apa. Apa terlalu kelihatan rona merah maluku gara-gara dia.

Ah dia.

"Lain kali jangan berdiri di bawah sinar matahari. Apalagi kulit kamu itu putih." Ucap Laras sembari merapikan baju.

Uh. Lega sekali hatiku. Sebenarnya tidak ada alasan pasti kenapa aku harus takut pada Laras jika menanyaiku hal-hal yang tengah ku pikirkan. Hanya saja, Laras memang orang seperti itu.

Kadang ia tau pasti apa yang ku alami, tapi justru diplesetkannya ke hal lain sehingga kadang kikuk aku di buatnya.

Ngomong-ngomong soal Laras, aku jadi pengen ngomong.

Eh🤣

"Ras, kamu tau nggak cowok yang tado aku tolongin?" Tanyaku pada Laras.

"Oh Si Anonym. Taulah. Dia populer di sekolah ini. Kenapa? Naksir ya?" Jawab Laras sambil meledek.

Aelah, baru aja di omongin. Laras udah kumat. Tumbuh seperti jenggot, cepet banget sifat nyebelinnya nongol.

Aku menoyor lengannya pelan.
"Apaan sih? Aku kan cuman nanya. Eh siapa tadi namanya?"

"Itu nama sebutannya. Anonymous Boy. Seisi sekolah kecuali Kepsek gak ada yang tau nama aslinya. Cuman nama sebutan itu yang bikin dia jadi perbincangan ladies di sekolah kita. Apalagi dia tampan." Jawab Laras.

Anonymous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang