Menghilang | 12

922 137 18
                                    

'Aku tidak mencarimu. Hanya saja, aku tidak suka jika sulit melihatmu.'

Seminggu setelah 'kunjungan' tak terduga dari Alta, Christel tak lagi bisa menemukan cowok itu. Beberapa kali Christel melewati, bukan, sengaja melewati gedung jurusan Director namun nihil. Pria kulkas itu tetap tidak terlihat.

Harus tanya ke siapa?

Alta terlihat tidak akrab dengan siapa pun. Bahkan seorang teman dekat pun tidak ada.

Siapa yang mau berteman dengan pria nyinyir kayak dia?

Gadis itu terus menggerutu. Kekesalannya semakin memuncak saat dengan iseng bertanya pada teman sekelas Alta.

"Alta emang sering ilang-ilangan gitu, kak. Dari SMA udah sering begitu. Gak tau deh ke mana." Bagus, cowok dengan tampang polos bersama kacamata tebalnya ini bahkan menceritakan soal masa SMA Alta. Ternyata bocah bernama Aji itu adalah teman SMA Alta.

"Tapi dia bakal kuliah lagi kok, kak. Lagian ini kan kampus bapaknya, gak mungkin dia buat malu bapaknya sendiri, kan?" Christel membalas canggung senyuman Aji.

"Biasanya berapa lama dia ngilang kayak gini?"

"Gak lama kok, kak." Aji tampak berpikir. "Dua minggu sih udah cepet. Sebulan deh paling lama."

What? Sebulan dan anak culun ini bilang gak lama?

Ingin rasanya Christel menarik telinga anak itu dan berteriak, LAMA MENURUT LO ITU SEBERAPA???

Sebulan itu punya 4 minggu, mengandung 30 hari dan terdapat berjam-jam waktu di dalamnya. Apa itu masih bisa dibilang 'gak lama'?

"Ya berarti lo harus nunggu 3 minggu lagi buat ketemu sama Alta."

"Apa sih, Kin? Gue gak nunggu dia kok. Gue juga gak bakal kangen sama dia."

"Gue gak bilang lo kangen sama dia kali." Christel menoleh dan menggigit bibir bawahnya.

Benar. Kinan hanya mengatakan soal bertemu dengan Alta. Kok jadi kekangen sih?

Kinan tampak tersenyum curiga. "Lo suka ya sama Alta?" Kinan menyikut lengannya pelan.

"Diem ah. Berisik."

Terdengar suara tawa Kinan. "By the way, minggu ini kita ada kuliah umum. Kabar baiknya, idola lo yang jadi pembicaranya."

Wajah Christel terlihat cerah. "Kak Rana? Serius lo?" Kinan hanya mengangguk, memasukkan sesendok ice cream ke mulutnya.

"Finally, gue bisa dapet nomor kak Rana."

***

Christel tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat bisa duduk dikursi paling depan guna melihat Rana yang menjadi pembicara di kuliah umum kali ini.

Gadis itu benar-benar terpana dan beberapa kali mengajukan pertanyaan. Sampai membuat mahasiswa lain kesal karena tidak mendapat kesempatan untuk bertanya dan Christel tidak peduli. Banyak hal yang memang sudah dia simpan untuk pertanyaan, dan sekarang kesempatan itu muncul.

Siapa yang mau melewatkan kesempatan bertemu dan bertanya langsung dengan idola? Tidak juga denganku. Heh.

Semenjak 'penghinaan' yang Alta lakukan tentang cara berpakaiannya, kini Christel menggunakan segala sesuatu yang sangat-sangat normal. Warna yang tidak lagi mencolok, membuatnya terlihat seperti mahasiswa pada umumnya.

Meski belum ada polesan make up dan hanya cepolan rambut yang melengkapi penampilannya, namun gadis itu terlihat begitu cantik dengan kepolosan penampilannya.

Dengan senyum merekah, Christel menggandeng tangan Kinan yang sibuk dengan ice cream-nya. Gadis berambut panjang dengan tubuh sedikit gemuk itu memang sangat menyukai ice cream.

Mereka berdiri di depan pintu aula. Untuk apa lagi jika bukan untuk mendapatkan nomor handphone idolanya. Dan soal Kinan, Christel sangat berterima kasih karena anak itu mau menemaninya dengan setia.

Senyum sumringah itu terbit saat Rana melambaikan tangan ke arahnya.

"Habis ini ada kuliah lagi?" tanya Rana.

"Nggak ada kak. Mau pulang aja."

"Christel juga mau minta nomor handphone -nya kak Rana."

Christel mengguncang badan sahabatnya yang berbicara terlalu jujur. Kinan hanya nyengir tanpa rasa bersalah.

"Christel juga mau nanya soal Alta yang ngilang semingguan ini, kak." Lagi-lagi, mulut Kinan tidak bisa dikontrol. Gadis mini itu hanya menunduk menahan rasa malu.

Terdengar tawa renyah dari Rana. "Kalo mau nomor handphone aku, ada syaratnya dong. Christel harus temenin aku hari ini."

"Ke mana, kak?" tanpa bisa dicegah, Christel langsung merespon ucapan Rana. "Ke mana pun dan syarat apapun bakal aku sanggupin deh, kak." Gadis itu kembali tersenyum senang.

"Oh iya, kan lo udah latihan memenuhi syarat pas sama si Alta ya, Tel?"

Ingin rasanya Christel membungkam mulut sahabatnya ini. Dilihat Rana yang bingung, Christel langsung tertawa canggung.

"Bukannya lo mau ketemu pak Prapto ya, Kin?" Sahabatnya itu memukul keningnya. Tersadar jika dia melupakan sesuatu.

"Astaga, makasih udah ngingetin, Tel. Kak Rana, aku pergi dulu ya. Harus nemuin pak Prapto buat nyerahin laporan praktek lapangan."

Christel dan Rana ber'dada' sesaat Kinan beranjak dari sana. "Yuk."

"Ke mana, kak?"

"Ke rumah. Soal Alta, nanti kita bicarain lagi."

Meski bingung, Christel hanya mengekor saat Rana menarik tangannya.

Rumah? Maksudnya rumah Rana dan Alta? OMG!!!

☺☺☺

Butuh waktu beberapa hari ya cuman buat dua part aja 😅😅

Mohon pemakluman karna penulis pemula ya 😇😇

Vote dan komen jangan lupa readers 🤗🤗🤗
See ya 😍😍

Je t'Aime [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang