Je t'Aime | 25 (Private)

957 119 18
                                    

'Aku menerima rasamu dengan bahagia. Bukankah cinta itu indah?'

Alta tidak berhenti tersenyum sambil mengemudi. Gadis itu terlihat gugup seperti baru pertama kali menaiki mobil mewah milik laki-laki yang kini terlihat semakin menawan.

"Lo beneran suka Paris?" tanya pria itu tanpa menoleh.

"Suka."

"Kenapa?"

"Gak tau. Suka aja. Mungkin karna orang bilang Paris itu kota romantis."

Alta manggut-manggut. "Gue sering ke sana malah."

"Mau pamer, ya?" Christel menatap kesal, membuat Alta tergelak.

"Secepatnya gue bakal bawa lo ke sana. Tapi lo harus belajar bahasanya dulu."

Christel diam. Masih menatap pria yang dengan santainya mengemudi.

"Enak aja bawa anak orang ke luar negeri. Siapa-siapa juga bukan. Dan paling utama, gue gak bisa bahasanya."

Pria tinggi itu kembali tertawa. Sesaat sudut bibir Christel terangkat. Kenapa sulit untuk tidak memikirkan laki-laki ini?

Dulu dia hanya anak lelaki yang kabur dari acara PKK, dan selalu membuatnya kesal dengan sikap dinginnya.

Tapi sekarang, semua berbanding terbalik. Christel bahkan tidak bisa mengenyahkan pria itu dari pikirannya.

"Kan ada gue yang ngajarin. Ngajaknya juga dengan status yang beda dong." Senyum itu terbit saat sekilas pria itu menoleh.

"Status? Beda?"

"Iyalah. Status lo jadi kawin di KTP."

Christel tak bisa menjawab. Memegang kedua pipinya yang terasa hangat. Tapi pria itu tidak menyadari, atau memang sengaja membuatnya terus-terusan merona.

"Je t'Aime." Ucapnya lirih menatap Christel setelah mobil berhenti di parkiran pasar malam.

Christel menelan ludah. Menahan napas dan debaran yang saat menatap pria itu semakin menjadi.

"Ha?" Alta tertawa kecil melihat respon dari gadis mungilnya.

"Di cari, bukan 'ha'." Usapan lembut terasa di ujung kepala Christel. "No google translate."

"Terus gimana gue bisa tau?"

Alta hanya mengendikkan bahu. "Yang penting jangan cari di internet!"

Gadis itu tersungut melihat Alta yang bersiap keluar dari mobil.

***

Rasa kesal Christel jauh berkurang. Kini dia menikmati pasar malam bersama Alta. Hanya mereka berdua.

Pasar malam yang sama dengan suasana yang berbeda. Rasa yang lebih baik. Christel lebih banyak tertawa dan kembali mencoba semua wahana dan makanan meskipun dia sudah melakukannya kemarin malam.

"Bang, dua puteran, ya?" tanya Alta pada abang-abang penjaga bianglala.

"Nambah dong." Abang itu memainkan jarinya, memberi isyarat untuk menambah bayaran.

"Gampang." Si abang bianglala mengacungkan jempolnya.

Alta menggenggam tangan Christel, membantunya masuk ke bianglala mini. Tidak terlalu mini, ada duapuluh 'kurungan' yang berputar. Beberapa penumpang lain juga ikut menaiki.

Beberapa kali Christel mengibaskan sebelah tangannya. Harusnya dia tidak merasa kepanasan, mengingat malam ini cukup dingin. Tapi genggaman itu membuat jantungnya tidak bisa berdetak normal.

Je t'Aime [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang