'Anggap saja, takdir memaksaku mengikutimu. Dan aku akan membiarkannya terjadi.'
Gadis itu kini berada di angkot. Beberapa kali dia menghempaskan napas, menenangkan hatinya yang sejak menerima pesan dari Rana begitu tak tenang.
Kak Rana Bulan : Christel, main ke rumah lagi bisa? Aku butuh temen ngobrol 😊
Benar juga, Christel belum sempat menanyakan apa pun tentang Alta. Rasa penasarannya tentang pria itu mengalahkan kebahagiaan bisa bertemu dengan Rana di saat senggang seperti ini.
Sesaat Christel melihat kembali pesannya untuk Alta. Belum dibalas, atau lebih tepatnya, belum dibaca. Bahkan Alta aktif saat datang ke rumahnya terakhir kali.
Kemana sih?
***
Rana membuat Christel sedikit melupakan tentang Alta. Pengalaman dan pengetahuan yang Rana bagikan membuat Christel begitu kagum dan tidak berhenti menulis tips yang Rana berikan di buku kecilnya.
Christel melihat Rana yang kini dengan santai bersama gadget-nya. Lagi-lagi, gadis itu memainkan kukunya.
Haruskah bertanya? Ah, kak Rana pasti bakal mikir kalo aku suka sama Alta. Tapi-
Gadis mini itu kembali melirik Rana. "Alta sekarang di mana dong, kak?" Akhirnya, pertanyaan itu terucap. Christel menahan napas sesaat melihat Rana yang sekarang menatapnya.
Seperkian detik, dan belum ada jawaban dari Rana. Christel tidak bisa mengatakan jika Rana memikirkan di mana adiknya sekarang, tapi tatapan dari Rana tak bisa diartikan dalam satu perasaan.
"Dia lagi jalan-jalan." Dahi gadis mini itu berkerut. Senyuman Rana tak bisa memberi kesan bahwa Alta benar dalam sebuah perjalanan.
Tapi setidaknya, jawaban itu bisa menjadi penenang bagi Christel yang begitu ingin tau tentang keberadaan Alta.
Rana mengeluarkan sebuah album dari bawah meja. Membuka beberapa halaman dan menyodorkan album itu ke Christel yang langsung melihat.
Sebuah foto yang sama seperti dibingkai waktu itu. Juga beberapa foto lain yang berlatar belakang sama, kota Paris.
"Alta suka negara itu. Mungkin dia lagi jalan-jalan ke sana. Kalo lagi jenuh dia bisa ngilang dan pergi ke Paris selama dia mau."
Christel tersenyum tipis. Enak banget ya jadi orang kaya.
"Itu album keluarga kami, Tel. Masih banyak sih, tapi yang lain disimpen sama mama, gak tau di mana nyimpennya." Rana tertawa renyah. Christel tersenyum dan kembali membuka album itu.
"Kak, boleh minta fotonya satu?"
Rana menarik alisnya sekilas, lalu tersenyum sambil mengangguk pelan.
***
Berkali-kali cewek mini itu menatap bingkai yang kini menyimpan rapi foto balita dengan kuciran dirambut depannya.
"Aku juga suka Paris, Al. Aku belum pernah ke Paris, tapi rasanya semakin ingin ke sana." Lirih gadis itu menunduk.
Sejak SMA, Christel benar-benar bermimpi bisa pergi ke negara romantis itu meski sekali seumur hidup. Tidak ada alasan khusus, tapi segala apa pun yang berkaitan dengan Paris membuatnya sangat tertarik dan antusias.
Dan untuk memaksa pergi itu hal yang mustahil. Christel bukan anak yang tidak tahu diri memaksakan kehendaknya. Sedang orang tuanya tidak mampu untuk itu.
Jadilah dia tergila-gila dengan dunia pertelevisian dengan harapan bisa menjadi salah satu crew atau bahkan menjadi presenter untuk acara traveling.
Yah, semoga saja.
☺☺☺
Lebih pendek dari part kemarin 😂. maafkeun ya readers😚😚.
Cerita part ini emang cuman segini lho, aku kudu eotteokae?? 😥
Baca terus aja ya 😘 dan jangan lupa vomennya😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'Aime [Sudah Terbit]
General Fiction(Tersedia di shopee dan playstore) Warning !! Sebelum baca Je t'Aime Aussi, disarankan buat baca cerita ini dulu. Biar gak bingung. Tengkiyu Hidup gadis itu berubah setelah bertemu dengan Alta Prasiarkana. Lelaki yang beberapa tahun lebih muda darin...